1.
Tamak terhadap Harta
Islam menganjurkan
pemeluknya untuk bekerja mencari nafkah dengan cara baik dan halal. Dengan
bekerja, manusia akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya berupa sandang, pangan,
dan papan. Selain untuk memenuhi kebutuhan hidup, harta benda juga harus
dimanfaatkan untuk tujuan beribadah kepada Allah Swt.
Tahukah kalian,
kepemilikan harta yang melimpah terkadang bisa memunculkan perilaku buruk,
yaitu kecintaan berlebihan terhadap harta benda atau tamak? Dikarenakan
kecintaannya terhadap harta yang mendalam, sebagian manusia hendak menimbun
harta untuk kepentingan pribadi. Semakin bertambah jumlah harta seseorang maka
akan memunculkan sikap serakah dan hasrat yang tak terkendali terhadap harta
kekayaan. Ia akan selalu berusaha mengejar dan mencari kekayaan dengan segala
macam cara. Tak peduli halal atau haram, yang penting harta benda dapat
terkumpul dalam genggamannya. Ia pun tidak akan pernah merasa puas dan
bersyukur terhadap apa yang dimilikinya, dan senantiasa berusaha meraih segala
sesuatu yang belum menjadi miliknya. Sikap seperti inilah yang disinyalir Allah
dalam al-Quran surat at-Takatsur bahwa sejatinya manusia memiliki kecenderungan
untuk tamak dan serakah terhadap harta. Keinginan untuk mengumpulkan kekayaan
sebanyak-banyaknya tidak pernah berakhir dalam diri manusia sampai ia masuk ke
liang lahat.
a.
Pengertian
tamak
Pada zaman sekarang, banyak manusia
yang lebih mengejar kehidupan mewah dan berlaku konsumtif daripada hidup
sederhana dan apa adanya. Padahal, salah satu efek negatif dari gaya hidup
konsumtif adalah menumbuhkan sifat tamak terhadap harta. Lantas, apakah yang
dimaksud dengan tamak terhadap harta?
Tamak terhadap harta adalah suatu
keinginan yang besar untuk memperoleh harta sebanyak-banyaknya. Hal ini
didorong oleh kecintaan yang berlebihan terhadap harta, atau bisa juga dipicu
lewat pergaulan dan gaya hidup hedonis dan konsumtif.
Islam tidak melarang seseorang untuk
mencintai harta. Hanya saja Islam mengingatkan agar kecintaannya terhadap harta
itu bukan dijadikan sebagai tujuan hidup. Sebab tujuan hidup manusia tidak
terletak pada kecukupan harta, tetapi kepuasan ruhani yang mengantarkan manusia
pada kenikmatan hidup yang hakiki di masa yang akan datang.
Selain itu, al-Quran juga
mengungkapkan bahwa harta dan anak-anak tidak lain hanyalah perhiasan dunia.
Namun, yang lebih hakiki dan abadi yaitu amal-amal saleh manusia sebagai bekal
kehidupan di akhirat kelak. Coba renungkan firman Allah dalam surah al-Kahfi
[18] ayat 46, berikut :
ٱلۡمَالُ وَٱلۡبَنُونَ زِينَةُ ٱلۡحَيَوٰةِ
ٱلدُّنۡيَاۖ وَٱلۡبَٰقِيَٰتُ ٱلصَّٰلِحَٰتُ خَيۡرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَابٗا وَخَيۡرٌ
أَمَلٗا ٤٦
Artinya: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi
amalan-amalan yang kekal lagi saleh itu lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu
serta lebih baik untuk menjadi harapan.”(QS. al-Kahfi [18]: 46)
Lain halnya dengan pernyataan dalam
surah at-Takatsur. Kecenderungan manusia untuk berbanyak-banyak harta tidak
akan selesai hingga kematian menjemputnya. Sepanjang hayat masih dikandung
badan keinginan manusia untuk menambah dan mengumpulkan harta tidak akan putus.
Semakin bertambah kekayaan yang diperoleh dan dikuasainya, semakin tinggi pula
semangatnya untuk menambah kekayaan. Bahkan dalam sebuah Hadis yang
diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, Rasulullah Saw. bersabda: “Seandainya
manusia ada yang memiliki dua lembah yang penuh dengan emas maka dia akan tetap
mengharapkan mempunyai lembah yang ketiga.”
b. Akibat Buruk dari Sifat Tamak terhadap Harta
Perilaku-perilaku
negatif yang ditimbulkan dari sifat tamak antaralain:
a)
Bakhil. Sikap ini
dipicu karena cinta harta secara berlebihan sehingga enggan berbagi dengan
orang lain yang membutuhkan.
b)
Egois, atau suatu
sikap mementingkan diri sendiri
c)
Individualis, sikap
tidak peduli dengan lingkungannya.
d)
Ambisius; hasrat
berpacu untuk memperoleh harta sebanyak-banyaknya.
e)
Menjadikan harta
sebagai “berhala”(sesuatu yang dipuja-puja dan diimpikan) sehingga melalaikan
tujuan kehidupan hakiki (akhirat).
Demikianlah, sifat tamak terhadap
harta akan membuat pelakunya semakin jauh dengan Allah Swt. karena ia akan
mencintai harta dan sedikit demi sedikit fmelupakan Allah Swt. sebaagai Dzat
yang Maha Mencukupi dan Maha Memberi.
Selanjutnya, kita akan membahas
Surat al-Humazah dan at-Takatsur. Di dalam kedua surat ini terkandunng
peringatan Allah Swt.agar kita tidak tamak terhadap harta benda. Di samping
itu, surah ini juga menggambarkan perihal ancaman Allah bagi orang-orang yang
suka mencela, menimbun harta, bermegah-megahan dengan hartanya, serta enggan
menafkahkan harta di jalan Allah.
2.
Kandungan Surah al-Humazah dan at-Takatsur
Surah al-Humazah dan
at-Takatsur adalah dua surah yang membahas tentang sifat orang yang tamak
terhadap harta. Untuk mengetahui lebih lanjut kandungan surah ini, mari kita
pelajari dengan sungguh-sungguh!
a.
Surah
al-Humazah
Pembahasan surah al-Humazah meliputi
lafal, terjemah, dan penjelasan
surah.
a) Lafal dan terjemahan
surah al-Humazah
وَيۡلٞ لِّكُلِّ هُمَزَةٖ
لُّمَزَةٍ ١ ٱلَّذِي جَمَعَ مَالٗا وَعَدَّدَهُۥ
٢ يَحۡسَبُ أَنَّ مَالَهُۥٓ أَخۡلَدَهُۥ
٣ كَلَّاۖ لَيُنۢبَذَنَّ فِي ٱلۡحُطَمَةِ
٤ وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا ٱلۡحُطَمَةُ ٥ نَارُ
ٱللَّهِ ٱلۡمُوقَدَةُ ٦ ٱلَّتِي تَطَّلِعُ عَلَى ٱلۡأَفِۡٔدَةِ ٧ إِنَّهَا عَلَيۡهِم مُّؤۡصَدَةٞ ٨ فِي عَمَدٖ مُّمَدَّدَةِۢ ٩
Artinya: “Celakalah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya. Dia mengira
bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya. Sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia
benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah. Dan tahukah kamu apa Huthamah
itu? (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan, yang (membakar)
sampai ke hati. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka, (sedang mereka
itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.”
b) Asbabun Nuzul
Dalam salah satu riwayat dikatakan,
‘Utsman dan Ibnu ‘Umar berkata: “Masih segar terngiang di telinga kami bahwa
ayat ini (surah al-Humazah 1-2) turun berkenaan dengan Ubay bin Khalaf, seorang
tokoh Quraisy yang kaya raya. Ia selalu mengejek dan menghina Rasul dengan
kekayaannya.”Demikianlah yang diriwayatkan Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari
‘Utsman dan Ibnu ‘Umar.
c) Penjelasan Ayat
Surah al-Humazah termasuk di antara
surah Makkiyah. Surah ini terdiri dari sembilan ayat. al-Humazah berarti
pengumpat, salah satu sifat tercela dan dilarang oleh agama.
Adapun pokok kandungan surah
al-Humazah adalah sebagai berikut:
Ayat 1; menjelaskan tentang orang yang
suka mencela dan mengumpat akan celaka.
Ayat 2; menjelaskan tentang perilaku orang
kafir yang gemar mengumpulkan harta dan sibuk menghitung kekayaannya. Mereka
lebih berkonsentrasi pada kehidupan dunia yang fana daripada mencari hidayah
Allah Swt. dan memikirkan kehidupan akhirat yang abadi.
Ayat 3, menjelaskan tentang perilaku orang
kafir yang menganggap bahwa harta yang dimiliki bisa membawa pada kesenangan
selama-lamanya.
Ayat 4; Allah menjelaskan bahwa semua
anggapan orang kafir itu salah, dan kekayaan yang mereka miliki tidak ada manfaatnya.
Mereka akan mendapat balasan dari perbuatannya, yaitu dilempar ke neraka
Huthamah.
Ayat 5-7; menjelaskan tentang tempat bagi
pencela dan pengumpat, yaitu neraka Huthamah, dengan api yang akan membakar hingga
masuk ke dalam hati mereka.
Ayat 8-9; menjelaskan keadaan mereka di
dalam neraka Huthamah. Mereka tidak dapat keluar karena sudah ditutup rapat dan
diikat di tiang-tiang panjang.
Setelah kalian memahami kandungan
surah al-Humazah, pasti kalian akan berpikir lebih jauh untuk sedapat mungkin menghindari
perilaku-perilaku buruk yang diungkapkan dalam surah tersebut. Maka, yakinlah
bahwa kalian sanggup, dan mohonlah perlindungan dari Allah karena Dia-lah
sebaik-baik tempat berlindung.
Ketahuilah, ancaman bagi orang-orang
yang tidak mampu menghindari sifat-sifat buruk yang terungkap dalam surah
al-Humazah adalah neraka Huthamah. Sifat api Huthamah berbeda dengan api yang
berada di dunia. Api Huthamah dapat menyusup masuk ke rongga badan, hingga
membakar hati. Mereka pun akan terkunci rapat di dalam neraka. Sehingga setiap
kali mereka hendak keluar karena merasakan kesengsaraan, niscaya mereka akan
dikembalikan lagi ke dalamnya. Begitulah seterusnya penderitaan yang mereka
alami.
b. Surah at-Takatsur
Pembahasan surah at-Takatsur
meliputi lafal surah, terjemah dan penjelasannya.
a) Lafal dan Terjemah
Surah at-Takatsur
أَلۡهَىٰكُمُ ٱلتَّكَاثُرُ ١ حَتَّىٰ زُرۡتُمُ ٱلۡمَقَابِرَ ٢ كَلَّا سَوۡفَ تَعۡلَمُونَ ٣ ثُمَّ كَلَّا سَوۡفَ تَعۡلَمُونَ ٤ كَلَّا لَوۡ تَعۡلَمُونَ عِلۡمَ ٱلۡيَقِينِ
٥ لَتَرَوُنَّ ٱلۡجَحِيمَ ٦ ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا
عَيۡنَ ٱلۡيَقِينِ ٧ ثُمَّ لَتُسَۡٔلُنَّ
يَوۡمَئِذٍ عَنِ ٱلنَّعِيمِ ٨
Artinya: “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu
akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak
kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan
yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahim dan sesungguhnya
kamu benar-benar akan melihatnya dengan `ainul yaqin, kemudian kamu pasti akan
ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia
itu).”
b) Asbabun Nuzul
Surah at-Takatsur ayat 1-2 turun
berkenaan dengan dua kabilah Anshar; Bani Haritsah dan Banil Harits yang saling
menyombongkan diri dengan kekayaan dan keturunannya. Mereka saling bertanya,
“Apakah kalian mempunyai pahlawan segagah dan secekatan si Fulan?” Mereka
saling menyombongkan diri dengan kedudukan dan kekayaan orang-orang yang masih
hidup. Mereka juga saling mengajak pergi ke kuburan untuk menyombongkan
kepahlawanan golongannya yang sudah gugur dengan menunjukkan kuburannya.
Ayat ini turun sebagai teguran
kepada orang-orang yang hidup bermegah-megah sehingga ibadahnya kepada Allah
terabaikan. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu
Buraidah)
c) Penjelasan Ayat
Surah at-Takatsur terdiri dari
delapan ayat, dan termasuk golongan surat Makiyyah. At-Takatsur artinya
bermegah-megahan. Seakan-akan ayat ini hendak mengungkap-kan penyebab
kecelakaan itu karena saling memperbanyak kenikmatan duniawi, yang
mengakibatkan mereka enggan untuk kalah bersaing. Mereka mengunggulkan
kenikmatan harta benda dan anak-anak. Keengganan untuk kalah bersaing itu
mendorong mereka untuk mengangung-agungkan leluhur mereka demi membuktikan
keunggulan satu sama lain. Hingga hal ini melalaikan mereka dari ibadah kepada
Allah sampai ajal menjemput.
Pokok kandungan surah at-Takatsur
tentang perilaku manusia yang suka bermegah-megahan dalam soal kehidupan
duniawi sehingga menyebabkan melalaikan dari tujuan hidupnya.
Allah Swt. sangat mencela perilaku
bermegah-megahan dan saling membanggakan status sosial. Di akhirat nanti Allah
akan menyediakan tempat bagi mereka yaitu neraka Jahim, dan mereka benar-benar
kekal di dalamnya. Di akhir surah ini, Allah menegaskan bahwa pada hari kiamat
nanti manusia akan dimintai pertanggung-jawaban tentang kenikmatan yang
dibangga-bangakan ketika di dunia itu.
Setelah kalian memahami kandungan
surah at-Takatsur, pasti timbul keinginan untuk menghindari perbuatan-perbuatan
tercela tersebut dengan segala daya upaya dan ridha dari Allah Swt.
Surah al-Humazah dan at-Takatsur
mempunyai keterkaitan erat, yaitu :
1.
Surah al-Humazah dan
at-Takatsur sama-sama mengungkap tentang perilaku orang-orang yang membanggakan
kemewahan dunia dan bermegah-megahan, hingga melalaikan kehidupan akhirat.
2.
Orang yang
bermegah-megahan itu menganggap bahwa ia akan memperoleh kenikmatan yang abadi.
Padahal, kehidupan dunia bersifat sementara, sedangkan kelak mereka pasti akan
dimintai pertanggungjawaban tentang harta yang mereka bangga-banggakan di
dunia.
3.
Kedua surah ini
sama-sama mengiformasikan tentang ancaman siksa neraka. Mereka yang suka
mencela dan mengumpat akan berada di neraka Huthamah, sedangkan orang-orang
yang suka bermegah-megahan dan membanggakan harta hingga melalaikan tujuan
kehidupan akhirat akan berada di neraka Jahim.
Setelah kalian mempelajari kandungan
kedua surah di atas, kalian harus bisa mengambil hikmah dari penjelasan di
atas. Berikut adalah beberapa cara untuk menghindari ancaman neraka, antara
lain:
1.
Tidak membanggakan
harta yang dimilikinya.
2.
Memilih pola hidup
sederhana tapi bermartabat.
3.
Tidak menjadikan harta
kekayaan sebagai tujuan hidup.
4.
Harta kekayaan tidak
menjadikan lalai kepada Allah Swt.
5.
Bersikap selektif
dengan tidak menghalalkan segala cara.
6.
Mencari harta yang
halal dan thayyib.
7.
Menanamkan kesadaran
bahwa harta kekayaan yang dimiliki merupakan amanah yang akan dimintai
pertanggungjawaban di hadapan Allah Swt.
Rangkuman
1. Tamak terhadap harta adalah suatu keinginan yang sangat besar untuk memperoleh harta
sebanyak-banyaknya. Perilaku tersebut termasuk
kategori akhlak mazmumah.
2. Kandungan QS. al-Humazah dan at-Takatsur memiliki keterkaitan
yang sangat erat, di antaranya:
a. Keduanya menerangkan tentang keadaan orang yang bangga dan
bermegahmegahan dengan kehidupan dunia.
b. Orang yang bermegah-megahan menganggap dirinya akan
memperoleh kenikmatan abadi. Padahal, sejatinya kehidupan dunia bersifat
sementara. Mereka lupa bahwa mereka akan dimintai pertanggungjawaban atas harta
yang mereka miliki dan mereka bangga-banggakan di dunia.
c. Keduanya sama-sama mengabarkan perihal ancaman Allah terhadap
orang yang bangga dan bermegah-megahan dalam hal kehidupan dunia hingga
melalaikan kehidupan akhirat. Ancaman itu berupa neraka Hawiyah dan neraka
Jahim.
d.
Kehidupan dunia merupakan lahan untuk menyemai bibit-bibit kebajikan yang akan
kita panen di akhirat kelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar