4.

Senin, 07 Mei 2018

materi al quran hadits kelas 8 semester 2


SEMESTER 2


BAB IV
 

Kuperindah Bacaan Al-Quran Dengan Tajwid (Hukum Bacaan Lam dan Ra’)                





Kompetensi Inti (KI)
KI 1
Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
KI 2
Menghargai, dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong  royong),  santun,  percaya  diri,  dalam  berinteraksi  secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
KI 3
Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan Rasa Keingintahuanmu tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
KI 4
Mengolah, menyaji   dan menalar, dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranahabstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator
3.1. Memahami ketentuan
3.1.1
Menjelaskan pengertian hukum bacaan Lam dan
hukum bacaan Lam

Ra’ dalam Q.S Al- Humazah (104), Q.S
Dan Ra dalam Q.S. al-

At-Takatsur (102), dan
Surah-surah lain dalam
Humazah (104), Q.S

Al-Qur an

At-Takatsur (102), dan
3.1.2
Menjelaskan ciri-ciri hukum bacaan Lam dan
Surah-surah lain dalam Al-

Ra’ dalam Q.S Al- Humazah (104), Q.S
        Qur’an

At-Takatsur (102), dan
Surah-surah lain dalam


Al-Qur an

       
3.1.3
Mendiskripsikan cara membunyikan hukum bacaan


Lam dan Ra’ dalam Q.S Al- Humazah (104), Q.S


At-Takatsur (102), dan Surah-surah lain dalam


Al-Qur an

3.1.4 Mengidentifikasi  hukum
bacaan  Lam dan


Ra’ dalam Q.S Al- Humazah (104), Q.S


At-Takatsur (102), dan Surah-surah lain dalam


Al-Qur an

3.1.5
Menyimpulkan cara membaca bacaan Lam dan


Ra’ dalam Q.S Al- Humazah (104), Q.S


At-Takatsur (102), dan Surah-surah lain dalam


Al-Qur an
4.1. Menerapkan hukum
4.1.1 Mempraktikkan bacaan Lam dan Ra’ dalam Q.S
bacaan Lam dan Ra’

Al- Humazah (104), Q.S At-Takatsur (102), dan
dalam Q.S Al- Humazah

Surah-surah lain dalam
Al-Qur an
(104), Q.S At-Takatsur



(102), dan Surah-surah



lain dalam Al-Qur an




Membaca al-Qur’an harus benar dan sesuai dengan kaidah ilmu Tajwid. Apabila salah dalam membaca akan merusak arti dan makna yang terkandung di dalamnya. Membaca al-Qur’an dengan benar juga akan menambah kekhusu’an dan menambah pahala ibadah. Selain itu nantinya akan menjadikan kita mendapat syafa’at di akhirat. Agar kita mampu membaca al-Qur’an dengan baik dan benar kalian harus mempelajari Ilmu Tajwid dengan teliti. Nah pada kesempatan ini kalian akan mempelajari Ilmu Tajwid yaitu hukum bacaan Lam dan Ra.
A.    Hukum Bacaan Lam  (  ل  )
 Di dalam Ilmu Tajwid hukum bacaan Lam  ada dua macam, yaitu :
1.      Lam tafkhim ( تفحيم ) tebal / Mufakhkhamah.
Apabila ada huruf Lam (ل ) dalam  lafzul  jalalah ( الله ) yang didahului oleh huruf yang berharakat fathah ( ـَـ ) atau damah ( ـُـ ). Maka harus dibaca tafkhim atau tebal. Lam yang terdapat dalam lafzull Jalalah dinamakan lam jalalah. Cara mengucapkannya ialah dengan menjorokkan kedua bibir ke depan.
Contoh : - Lafzul Jalalah ( الله ) yang didahului oleh huruf yang berharakat fathah
 اللهُ  -  قُلْ هُوَاللهُ أَحَدٌ  -  شَهِدَ اللهُ  -  لاَإِلٰهَ إِلاَّ اللهُ معَ
-  Lafzul Jalalah (  الله  )  yang didahului oleh huruf yang  berharakat damah وَرَحْمَة ُاللهِ  -  يُؤْتِيَهمُ الله خَيْرًا  -  يُحْبِبْكُمُ اللهُ  -  عَبْدُ اللهِ .
2. Lam Tarqiq (ترقيق ) Tipis / Muraqqaqah
Huruf Lam dibaca Tarqiq ada dalam dua keadaan, yaitu :
a.    Lam yang terdapat pada Lafzul jalalah ( الله )  dan didahului oleh huruf yang
berharakat kasrah. ( ـِـ ). Posisi mulut tidak menjorok kedepan.  
Contoh : بِسْمِ اللهِ  -  فِىْ رَسُوْلِ اللهِ  -  فِىْ دِيْنِ اللهِ أَفْوَاجًا  
b.   Semua Lam yang terdapat dalam lafal selain lafzul jalalah
Contoh :   وَعَلَّمَ  -  لِكُلِّ  -  لُمَزَةٍ
B.     Hukum Bacaan Ra (ر )
Hukum bacaan  ra ( ر ) dibagi menjadi tiga , yaitu :
1.      Ra Tafhim (  تفحيم  )  artinya  ra yang dibaca tebal .
Ra dibaca tebal. Apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
 a. Jika huruf  ra berharakat fathah atau fathatain  ( رَ  /  رً )
Contoh : -  Ra difathah        رَبُّكُمْ  -  رَبِّ الْفَلَقِ -  غُفِرَلَهُ  -  اَلَمْ تَرَ :                           ر
 - Ra difathatain     نَارًا -   خَيْرًا -  طَيْرًا -  شرًا                           رً

b. Jika ra berharakat dammah atau dammatain  ( رُ  /  رٌ ) Contoh : - Ra dammah          رُزِقْنَا  -  كَفَرُوْا  -  أَكْبَرُ  -  نَصْرُاللهِ     رُ
- Ra dhammatain   غفورٌ  -  أجرٌ  -  مَبرُورٌ  -  نورٌ     رٌ
c. Jika ra  berharakat sukun jatuh sesudah huruf yang difathah atau didammah ( + رْ ـُـ /  رْ +  ـَـ )




Contoh :
- Ra sukun jatuh sesudah huruf difathah ( رْ +  ـَـ ) وَأَرْسَلَ -  تَرْمِيْهِمْ  -  فَأَ ثَرْنَ بِهِ  -  وَانْحَرْ 
- Ra sukun jatuh sesudah huruf didammah ( ــُ  + رْ ) تُرْحَمُوْنَ  -  مُرْسَلِيْنَ  -  قُرْآنٌ  -  مُرْتَفَقًا
d. Jika ra  berharakat sukun didahului oleh huruf yang berharakat kasrah tetapi kasrahnya tidak asli dari kalimat itu.  ( رْ     ِ   / kasrah tidak asli )
Contoh :        اِرْجِعِىْ  -  اِرْكَبْ  -  اِرْحَمْنَا 
e. Jika ra berharakat sukun sedangkan huruf sebelumnya berharakat kasrah asli, namun sesudah ra sukun itu ada huruf ISTI’LA ( إسـتـعـلاء ) yang tidak dikasrah (huruf isti’la tidak dikasrah  +  رْ +  ِ      / kasrah asli ). Sedangkan huruf isti’la itu ialah ص -    ض  -  ط  -  ظ  -  خ  -  غ  -  ق 
Contoh : قِرْطَاسٌ  -   مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ   -   مِرْصَادٌ      .
2.      Tarqiq ( ترقيق ) tipis / Muraqqaqah.
Ra tarqiq atau muraqqaqah ialah ra yang dibaca tipis. Di dalam ilmu tajwid ra ( ر )  dibaca tipis jika memenuhi persyatan-persyaratan., yaitu :
a.       Jika ra  berharakat kasrah atau kasratain  ( ِر  /  ٍر )
Contoh : - Ra dikasrah    ِ      رِمَاحُكُم ْ  -  كَرِيْمٌ  -  مِنَ الرِّّجَالِ 
 - Ra dikasratain  ( لَفِىْ حُسْرٍ
b. Jika ra berharakat sukun  dan huruf sebelumnya  berharakat kasrah  asli tetapi sesudah ra sukun  bukan huruf isti’la. (  bukan huruf isti’la +  رْ +   ـِـ       ).
Contoh : فِرْعَوْنَ  -  فَبَشِّرْهُ  -  وَأَنْذَرْبِهِ  -  مِْرفَقًا
c. Jika ra diwaqafkan dan huruf sebelumnya ya sukun  ( ra waqaf  +    يْ   )
Contoh :شَيْئٍ قَدِ يْرٌ-  وَهُوَالسَّمِيْعُ الْخَبِيْر    سَمِيْع ٌبَصِيْرٌ-  لَكُم ُالْخَيْرُ
d. Jika ra diwaqafkan dan huruf sebelumnya dikasrah ( ra waqaf +   ـِـ      )
 Contoh :وَلاَ ناَصِرَ     -  هُوَالْكَافِرُ -  بِمُصَيْطِرٍ.
C.    Jawazul Wajhain ( جواز الوجهين ) artinya boleh  dibaca tebal dan  boleh  dibaca tipis Huruf ra boleh dibaca tafkhim atau tarqiq jika ra itu disukun dan huruf sebelumnya dikasrah sedangkan setelah ra sukun itu ada huruf isti’la yang dikasrah. (huruf isti’la yang dikasrah  +  رْ +  ِ      )
 Contoh :مِنْ عِرْضِهِ  -  بِحِرْصٍ
D.     Menerapkan Hukum Bacaan Lam dan Ra’ dalam Al-Quran Surah
Al-Humazah dan at-Takatsur.
Untuk lebih memperdalam pengetahuan kalian tentang hukum bacaan lam dan ra’, bukalah al-Quran dan bacalah surat al-Humazah dan at-Takatsur di bawah ini dengan memperhatikan kalimat yang mengandung hukum bacaan lam dan ra’. Ucapkanlah huruf lam dan ra’ yang ada di dalamnya sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah kalian pelajari.






1.      al-Humazah

وَيۡلٞ لِّكُلِّ هُمَزَةٖ لُّمَزَةٍ ١  ٱلَّذِي جَمَعَ مَالٗا وَعَدَّدَهُۥ ٢  يَحۡسَبُ أَنَّ مَالَهُۥٓ أَخۡلَدَهُۥ ٣  كَلَّاۖ لَيُنۢبَذَنَّ فِي ٱلۡحُطَمَةِ ٤ وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا ٱلۡحُطَمَةُ ٥  نَارُ ٱللَّهِ ٱلۡمُوقَدَةُ ٦ ٱلَّتِي تَطَّلِعُ عَلَى ٱلۡأَفۡ‍ِٔدَةِ ٧  إِنَّهَا عَلَيۡهِم مُّؤۡصَدَةٞ ٨  فِي عَمَدٖ مُّمَدَّدَةِۢ ٩

2.      at-Takatsur

أَلۡهَىٰكُمُ ٱلتَّكَاثُرُ ١  حَتَّىٰ زُرۡتُمُ ٱلۡمَقَابِرَ ٢  كَلَّا سَوۡفَ تَعۡلَمُونَ ٣  ثُمَّ كَلَّا سَوۡفَ تَعۡلَمُونَ ٤  كَلَّا لَوۡ تَعۡلَمُونَ عِلۡمَ ٱلۡيَقِينِ ٥  لَتَرَوُنَّ ٱلۡجَحِيمَ ٦ ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيۡنَ ٱلۡيَقِينِ ٧  ثُمَّ لَتُسۡ‍َٔلُنَّ يَوۡمَئِذٍ عَنِ ٱلنَّعِيمِ ٨

No
Lafadz
Hukum Bacaan
1.


2.


3.


4.


5.


6.


7.


8.


9.


10.



                                                  Rangkuman
1. Hukum bacaan lam ada dua, yaitu: lam tafkhim dan lam tarqiq.
2. Hukum bacaan ra’ ada tiga, yaitu: ratarqiq; ratafkhim; jawazul wajhain.
3. Ra’ dibaca tafkhim (tebal) karena beberapa keadaan, di antaranya:
a. Jika ra’ berharakat fathah atau fathatain
b. Jika ra’ berharakat dhamah atau dhammatain
c. Jika ra’ sukun jatuh setelah huruf berharakat fathah atau dhamah.
d. Jika ra’ sukun dan huruf sebelumnya berharakat kasrah tetapi kasrahnya tidak asli dari kalimat tersebut.
e. Jika ra’ sukun sedangkan huruf sebelumnya berharakat kasrah asli, namun sesudah rasukun ada huruf isti’la ( إستعلاء ) yang tidak kasrah (huruf isti’la tidak di-kasrah)
4. Jawazul wajhain ialah ra’ yang dapat dibaca tipis atau tebal
5. Huruf isti’la adalah huruf-huruf yang makhraj-nya terletak pada pangkal lidah sebelah atas.[1]






BAB V
Kuraih ketenangan hidup dengan menghindari sifat tamak



Kompetensi Inti (KI)
KI 1
Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
KI 2
Menghargai, dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong  royong),  santun,  percaya  diri,  dalam  berinteraksi  secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
KI 3
Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan Rasa Keingintahuanmu tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
KI 4
Mengolah, menyaji   dan menalar, dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranahabstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator
3.2  Memahami isi kandungan
3.2.1
Menjelaskan pengertian tamak
Q.S al-Humazah (104)
3.2.2
Menterjemahkan surah Q.S al-Humazah (104) dan
dan Q.S. at-Takatsur (102)

Q.S at-Takatsur (102)

tentang sifat cinta dunia 
3.2.3
Menjelaskan isi kandungan
 surah Q.S al-Humazah
dan melupakan

(104) dan Q.S at-Takatsur (102) tentang sifat cinta
Kebahagiaan hakiki

Dunia dan melupakan kebahagiaan hakiki
       
3.2.4
Mengidentifikasi isi
Kandungan surah Q.S


Q.S at-Takatsur (102)
al-Humazah (104) dan


tentang sifat cinta dunia
Dan melupakan
       

kebahagiaan hakiki

3.2.5
Menunjukkan contoh sikap yang sesuai dengan isi


Kandungan Q.S al-Humazah (104) dan Q.S at-


Takatsur (102) tentang sifat cinta dunia dan

          melupakan kebahagiaan
hakiki
4.2 Mensimulasikan sikap yang
4.2.1
Menunjukkan contoh sikap yang sesuai dengan
      sesuai dengan isi kandungan

isi kandungan Q.S al-Humazah (104) dan Q.S at-
     Q.S al-Humazah (104) dan

Takatsur (102) tentang sifat cinta dunia dan
     Q.S at-Takatsur (102) tentang

Melupakan kebahagiaan hakiki
     sifat cinta dunia dan melupa-


     Kan kebahagiaan hakiki















1.  Tamak terhadap Harta
Islam menganjurkan pemeluknya untuk bekerja mencari nafkah dengan cara baik dan halal. Dengan bekerja, manusia akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya berupa sandang, pangan, dan papan. Selain untuk memenuhi kebutuhan hidup, harta benda juga harus dimanfaatkan untuk tujuan beribadah kepada Allah Swt.
Tahukah kalian, kepemilikan harta yang melimpah terkadang bisa memunculkan perilaku buruk, yaitu kecintaan berlebihan terhadap harta benda atau tamak? Dikarenakan kecintaannya terhadap harta yang mendalam, sebagian manusia hendak menimbun harta untuk kepentingan pribadi. Semakin bertambah jumlah harta seseorang maka akan memunculkan sikap serakah dan hasrat yang tak terkendali terhadap harta kekayaan. Ia akan selalu berusaha mengejar dan mencari kekayaan dengan segala macam cara. Tak peduli halal atau haram, yang penting harta benda dapat terkumpul dalam genggamannya. Ia pun tidak akan pernah merasa puas dan bersyukur terhadap apa yang dimilikinya, dan senantiasa berusaha meraih segala sesuatu yang belum menjadi miliknya. Sikap seperti inilah yang disinyalir Allah dalam al-Quran surat at-Takatsur bahwa sejatinya manusia memiliki kecenderungan untuk tamak dan serakah terhadap harta. Keinginan untuk mengumpulkan kekayaan sebanyak-banyaknya tidak pernah berakhir dalam diri manusia sampai ia masuk ke liang lahat.
a.        Pengertian tamak
Pada zaman sekarang, banyak manusia yang lebih mengejar kehidupan mewah dan berlaku konsumtif daripada hidup sederhana dan apa adanya. Padahal, salah satu efek negatif dari gaya hidup konsumtif adalah menumbuhkan sifat tamak terhadap harta. Lantas, apakah yang dimaksud dengan tamak terhadap harta?
Tamak terhadap harta adalah suatu keinginan yang besar untuk memperoleh harta sebanyak-banyaknya. Hal ini didorong oleh kecintaan yang berlebihan terhadap harta, atau bisa juga dipicu lewat pergaulan dan gaya hidup hedonis dan konsumtif.
Islam tidak melarang seseorang untuk mencintai harta. Hanya saja Islam mengingatkan agar kecintaannya terhadap harta itu bukan dijadikan sebagai tujuan hidup. Sebab tujuan hidup manusia tidak terletak pada kecukupan harta, tetapi kepuasan ruhani yang mengantarkan manusia pada kenikmatan hidup yang hakiki di masa yang akan datang.
Selain itu, al-Quran juga mengungkapkan bahwa harta dan anak-anak tidak lain hanyalah perhiasan dunia. Namun, yang lebih hakiki dan abadi yaitu amal-amal saleh manusia sebagai bekal kehidupan di akhirat kelak. Coba renungkan firman Allah dalam surah al-Kahfi [18] ayat 46, berikut :


ٱلۡمَالُ وَٱلۡبَنُونَ زِينَةُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَٱلۡبَٰقِيَٰتُ ٱلصَّٰلِحَٰتُ خَيۡرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَابٗا وَخَيۡرٌ أَمَلٗا ٤٦
Artinya: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh itu lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”(QS. al-Kahfi [18]: 46)
Lain halnya dengan pernyataan dalam surah at-Takatsur. Kecenderungan manusia untuk berbanyak-banyak harta tidak akan selesai hingga kematian menjemputnya. Sepanjang hayat masih dikandung badan keinginan manusia untuk menambah dan mengumpulkan harta tidak akan putus. Semakin bertambah kekayaan yang diperoleh dan dikuasainya, semakin tinggi pula semangatnya untuk menambah kekayaan. Bahkan dalam sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, Rasulullah Saw. bersabda: “Seandainya manusia ada yang memiliki dua lembah yang penuh dengan emas maka dia akan tetap mengharapkan mempunyai lembah yang ketiga.”
b.       Akibat Buruk dari Sifat Tamak terhadap Harta
Perilaku-perilaku negatif yang ditimbulkan dari sifat tamak antaralain:
a)       Bakhil. Sikap ini dipicu karena cinta harta secara berlebihan sehingga enggan berbagi dengan orang lain yang membutuhkan.
b)       Egois, atau suatu sikap mementingkan diri sendiri
c)       Individualis, sikap tidak peduli dengan lingkungannya.
d)      Ambisius; hasrat berpacu untuk memperoleh harta sebanyak-banyaknya.
e)       Menjadikan harta sebagai “berhala”(sesuatu yang dipuja-puja dan diimpikan) sehingga melalaikan tujuan kehidupan hakiki (akhirat).
Demikianlah, sifat tamak terhadap harta akan membuat pelakunya semakin jauh dengan Allah Swt. karena ia akan mencintai harta dan sedikit demi sedikit fmelupakan Allah Swt. sebaagai Dzat yang Maha Mencukupi dan Maha Memberi.
Selanjutnya, kita akan membahas Surat al-Humazah dan at-Takatsur. Di dalam kedua surat ini terkandunng peringatan Allah Swt.agar kita tidak tamak terhadap harta benda. Di samping itu, surah ini juga menggambarkan perihal ancaman Allah bagi orang-orang yang suka mencela, menimbun harta, bermegah-megahan dengan hartanya, serta enggan menafkahkan harta di jalan Allah.
2.  Kandungan Surah al-Humazah dan at-Takatsur
Surah al-Humazah dan at-Takatsur adalah dua surah yang membahas tentang sifat orang yang tamak terhadap harta. Untuk mengetahui lebih lanjut kandungan surah ini, mari kita pelajari dengan sungguh-sungguh!



a.        Surah al-Humazah
Pembahasan surah al-Humazah meliputi lafal, terjemah, dan penjelasan surah.
a)       Lafal dan terjemahan surah al-Humazah
وَيۡلٞ لِّكُلِّ هُمَزَةٖ لُّمَزَةٍ ١  ٱلَّذِي جَمَعَ مَالٗا وَعَدَّدَهُۥ ٢  يَحۡسَبُ أَنَّ مَالَهُۥٓ أَخۡلَدَهُۥ ٣  كَلَّاۖ لَيُنۢبَذَنَّ فِي ٱلۡحُطَمَةِ ٤ وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا ٱلۡحُطَمَةُ ٥  نَارُ ٱللَّهِ ٱلۡمُوقَدَةُ ٦ ٱلَّتِي تَطَّلِعُ عَلَى ٱلۡأَفۡ‍ِٔدَةِ ٧  إِنَّهَا عَلَيۡهِم مُّؤۡصَدَةٞ ٨  فِي عَمَدٖ مُّمَدَّدَةِۢ ٩
Artinya: “Celakalah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya. Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya. Sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah. Dan tahukah kamu apa Huthamah itu? (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan, yang (membakar) sampai ke hati. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka, (sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.”
b)      Asbabun Nuzul
Dalam salah satu riwayat dikatakan, ‘Utsman dan Ibnu ‘Umar berkata: “Masih segar terngiang di telinga kami bahwa ayat ini (surah al-Humazah 1-2) turun berkenaan dengan Ubay bin Khalaf, seorang tokoh Quraisy yang kaya raya. Ia selalu mengejek dan menghina Rasul dengan kekayaannya.”Demikianlah yang diriwayatkan Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari ‘Utsman dan Ibnu ‘Umar.
c)       Penjelasan Ayat
Surah al-Humazah termasuk di antara surah Makkiyah. Surah ini terdiri dari sembilan ayat. al-Humazah berarti pengumpat, salah satu sifat tercela dan dilarang oleh agama.
Adapun pokok kandungan surah al-Humazah adalah sebagai berikut:
Ayat 1; menjelaskan tentang orang yang suka mencela dan mengumpat akan celaka.
Ayat 2; menjelaskan tentang perilaku orang kafir yang gemar mengumpulkan harta dan sibuk menghitung kekayaannya. Mereka lebih berkonsentrasi pada kehidupan dunia yang fana daripada mencari hidayah Allah Swt. dan memikirkan kehidupan akhirat yang abadi.
Ayat 3, menjelaskan tentang perilaku orang kafir yang menganggap bahwa harta yang dimiliki bisa membawa pada kesenangan selama-lamanya.

Ayat 4; Allah menjelaskan bahwa semua anggapan orang kafir itu salah, dan kekayaan yang mereka miliki tidak ada manfaatnya. Mereka akan mendapat balasan dari perbuatannya, yaitu dilempar ke neraka Huthamah.
Ayat 5-7; menjelaskan tentang tempat bagi pencela dan pengumpat, yaitu neraka Huthamah, dengan api yang akan membakar hingga masuk ke dalam hati mereka.
Ayat 8-9; menjelaskan keadaan mereka di dalam neraka Huthamah. Mereka tidak dapat keluar karena sudah ditutup rapat dan diikat di tiang-tiang panjang.
Setelah kalian memahami kandungan surah al-Humazah, pasti kalian akan berpikir lebih jauh untuk sedapat mungkin menghindari perilaku-perilaku buruk yang diungkapkan dalam surah tersebut. Maka, yakinlah bahwa kalian sanggup, dan mohonlah perlindungan dari Allah karena Dia-lah sebaik-baik tempat berlindung.
Ketahuilah, ancaman bagi orang-orang yang tidak mampu menghindari sifat-sifat buruk yang terungkap dalam surah al-Humazah adalah neraka Huthamah. Sifat api Huthamah berbeda dengan api yang berada di dunia. Api Huthamah dapat menyusup masuk ke rongga badan, hingga membakar hati. Mereka pun akan terkunci rapat di dalam neraka. Sehingga setiap kali mereka hendak keluar karena merasakan kesengsaraan, niscaya mereka akan dikembalikan lagi ke dalamnya. Begitulah seterusnya penderitaan yang mereka alami.
b.       Surah at-Takatsur
Pembahasan surah at-Takatsur meliputi lafal surah, terjemah dan penjelasannya.
a)       Lafal dan Terjemah Surah at-Takatsur
أَلۡهَىٰكُمُ ٱلتَّكَاثُرُ ١  حَتَّىٰ زُرۡتُمُ ٱلۡمَقَابِرَ ٢  كَلَّا سَوۡفَ تَعۡلَمُونَ ٣  ثُمَّ كَلَّا سَوۡفَ تَعۡلَمُونَ ٤  كَلَّا لَوۡ تَعۡلَمُونَ عِلۡمَ ٱلۡيَقِينِ ٥  لَتَرَوُنَّ ٱلۡجَحِيمَ ٦ ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيۡنَ ٱلۡيَقِينِ ٧  ثُمَّ لَتُسۡ‍َٔلُنَّ يَوۡمَئِذٍ عَنِ ٱلنَّعِيمِ ٨
Artinya: “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahim dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan `ainul yaqin, kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).”


b)      Asbabun Nuzul
Surah at-Takatsur ayat 1-2 turun berkenaan dengan dua kabilah Anshar; Bani Haritsah dan Banil Harits yang saling menyombongkan diri dengan kekayaan dan keturunannya. Mereka saling bertanya, “Apakah kalian mempunyai pahlawan segagah dan secekatan si Fulan?” Mereka saling menyombongkan diri dengan kedudukan dan kekayaan orang-orang yang masih hidup. Mereka juga saling mengajak pergi ke kuburan untuk menyombongkan kepahlawanan golongannya yang sudah gugur dengan menunjukkan kuburannya.
Ayat ini turun sebagai teguran kepada orang-orang yang hidup bermegah-megah sehingga ibadahnya kepada Allah terabaikan. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Buraidah)
c)       Penjelasan Ayat
Surah at-Takatsur terdiri dari delapan ayat, dan termasuk golongan surat Makiyyah. At-Takatsur artinya bermegah-megahan. Seakan-akan ayat ini hendak mengungkap-kan penyebab kecelakaan itu karena saling memperbanyak kenikmatan duniawi, yang mengakibatkan mereka enggan untuk kalah bersaing. Mereka mengunggulkan kenikmatan harta benda dan anak-anak. Keengganan untuk kalah bersaing itu mendorong mereka untuk mengangung-agungkan leluhur mereka demi membuktikan keunggulan satu sama lain. Hingga hal ini melalaikan mereka dari ibadah kepada Allah sampai ajal menjemput.
Pokok kandungan surah at-Takatsur tentang perilaku manusia yang suka bermegah-megahan dalam soal kehidupan duniawi sehingga menyebabkan melalaikan dari tujuan hidupnya.
Allah Swt. sangat mencela perilaku bermegah-megahan dan saling membanggakan status sosial. Di akhirat nanti Allah akan menyediakan tempat bagi mereka yaitu neraka Jahim, dan mereka benar-benar kekal di dalamnya. Di akhir surah ini, Allah menegaskan bahwa pada hari kiamat nanti manusia akan dimintai pertanggung-jawaban tentang kenikmatan yang dibangga-bangakan ketika di dunia itu.
Setelah kalian memahami kandungan surah at-Takatsur, pasti timbul keinginan untuk menghindari perbuatan-perbuatan tercela tersebut dengan segala daya upaya dan ridha dari Allah Swt.
Surah al-Humazah dan at-Takatsur mempunyai keterkaitan erat, yaitu :


1.        Surah al-Humazah dan at-Takatsur sama-sama mengungkap tentang perilaku orang-orang yang membanggakan kemewahan dunia dan bermegah-megahan, hingga melalaikan kehidupan akhirat.
2.        Orang yang bermegah-megahan itu menganggap bahwa ia akan memperoleh kenikmatan yang abadi. Padahal, kehidupan dunia bersifat sementara, sedangkan kelak mereka pasti akan dimintai pertanggungjawaban tentang harta yang mereka bangga-banggakan di dunia.
3.        Kedua surah ini sama-sama mengiformasikan tentang ancaman siksa neraka. Mereka yang suka mencela dan mengumpat akan berada di neraka Huthamah, sedangkan orang-orang yang suka bermegah-megahan dan membanggakan harta hingga melalaikan tujuan kehidupan akhirat akan berada di neraka Jahim.

Setelah kalian mempelajari kandungan kedua surah di atas, kalian harus bisa mengambil hikmah dari penjelasan di atas. Berikut adalah beberapa cara untuk menghindari ancaman neraka, antara lain:
1.        Tidak membanggakan harta yang dimilikinya.
2.        Memilih pola hidup sederhana tapi bermartabat.
3.        Tidak menjadikan harta kekayaan sebagai tujuan hidup.
4.        Harta kekayaan tidak menjadikan lalai kepada Allah Swt.
5.        Bersikap selektif dengan tidak menghalalkan segala cara.
6.        Mencari harta yang halal dan thayyib.
7.        Menanamkan kesadaran bahwa harta kekayaan yang dimiliki merupakan amanah yang akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Swt.[2]








Rangkuman
1. Tamak terhadap harta adalah suatu keinginan yang sangat besar untuk memperoleh harta sebanyak-banyaknya. Perilaku tersebut termasuk kategori akhlak mazmumah.
2. Kandungan QS. al-Humazah dan at-Takatsur memiliki keterkaitan yang sangat erat, di antaranya:
a. Keduanya menerangkan tentang keadaan orang yang bangga dan bermegahmegahan dengan kehidupan dunia.
b. Orang yang bermegah-megahan menganggap dirinya akan memperoleh kenikmatan abadi. Padahal, sejatinya kehidupan dunia bersifat sementara. Mereka lupa bahwa mereka akan dimintai pertanggungjawaban atas harta yang mereka miliki dan mereka bangga-banggakan di dunia.
c. Keduanya sama-sama mengabarkan perihal ancaman Allah terhadap orang yang bangga dan bermegah-megahan dalam hal kehidupan dunia hingga melalaikan kehidupan akhirat. Ancaman itu berupa neraka Hawiyah dan neraka Jahim.
d. Kehidupan dunia merupakan lahan untuk menyemai bibit-bibit kebajikan yang akan kita panen di akhirat kelak.[3]





Bab vi
Keseimbangan hidup di dunia dan  akhirat






Kompetensi Inti (KI)
KI 1
Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
KI 2
Menghargai, dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong  royong),  santun,  percaya  diri,  dalam  berinteraksi  secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
KI 3
Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan Rasa Keingintahuanmu tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
KI 4
Mengolah, menyaji   dan menalar, dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranahabstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator
3.3         Memahami isi kandungan Hadis tentang perilaku keseimbangan hidup di dunia dan      akhirat riwayat Ibnu Asakir dari Anas
              3.3.1 Menjelaskan pengertian hidup seimbang
          3.3.2 Menerjemahkan Hadis tentang perilaku keseimbangan hidup di dunia dan   akhirat riwayat Ibnu Asakir dari Anas
                      لَيْسَ بِخَيْرِ كُمْ مَنْ تَرَكَ دُنْيَاهُ لِاخِرَتِهِ
Dan Hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah
اَلْمُؤْ مِنُ اْلقَوِيُّ خَيْرٌوَاَحَبُّ اِلَى اللهِ مِنَ اْلمُؤْمِنِ 
              Dan Hadis riwayat Al-Bukhari dari Zubair bin Awwam
              لَاءَنْ يَاءْخُذَ اَحَدُ كُمْ اَحْبَلاً فَيَأْ خُذَحُزْمَةً
3.3.3 Mengidentifikasi sikap hidup yang sesuai Hadis tentang keseimbangan hidup di dunia dan akhirat riwayat Ibnu Asakir dari Anas
                      لَيْسَ بِخَيْرِ كُمْ مَنْ تَرَكَ دُنْيَاهُ لِاخِرَتِهِ
         Dan Hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah
                      اَلْمُؤْ مِنُ اْلقَوِيُّ خَيْرٌوَاَحَبُّ اِلَى اللهِ مِنَ اْلمُؤْمِنِ 
         Dan Hadis riwayat Al-Bukhari dari Zubair bin Awwam
                        لَاءَنْ يَاءْخُذَ اَحَدُ كُمْ اَحْبَلاً فَيَأْ خُذَحُزْمَةً
4.3      Menyajikan data tentang sikap hidup yang seimbang antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat sesuai Hadis tentang keseimbangan hidup di dunia dan akhirat riwayat Ibnu Asakir dari Anas
           لَيْسَ بِخَيْرِ كُمْ مَنْ تَرَكَ دُنْيَاهُ لِاخِرَتِهِ
          

           Dan Hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah
          اَلْمُؤْ مِنُ اْلقَوِيُّ خَيْرٌوَاَحَبُّ اِلَى اللهِ مِنَ اْلمُؤْمِنِ 
           Dan Hadis riwayat Al-Bukhari dari Zubair Awwam
           لَاءَنْ يَاءْخُذَ اَحَدُ كُمْ اَحْبَلاً فَيَأْ خُذَحُزْمَةً
           4.3.1 Menunjukkan sikap yang mencerminkan isi kandungan Hadis sesuai Hadis
            Tentang tentang keseimbangan hidup di dunia dan akhirat riwayat Ibnu Asakir dari Anas لَيْسَ بِخَيْرِ كُمْ مَنْ تَرَكَ دُنْيَاهُ لِاخِرَتِهِ
          
           Dan Hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah
           اَلْمُؤْ مِنُ اْلقَوِيُّ خَيْرٌوَاَحَبُّ اِلَى اللهِ مِنَ اْلمُؤْمِنِ 
           Dan Hadis riwayat Al-Bukhari dari Zubair Awwam
           لَاءَنْ يَاءْخُذَ اَحَدُ كُمْ اَحْبَلاً فَيَأْ خُذَحُزْمَةً

1. Konsep Keseimbangan Hidup Dunia dan Akhirat
a. Lafal Hadis

لَيْسَ بِخَيْرِ كُمْ مَنْ تَرَكَ دُنْيَاهُ لِاخِرَتِهِ وَلاَ اخِرَتَهُ لِدُنْيَاهُ حَتّى يُصِيْبُ مِنْهُمَاجَمِيْعًا
فَاِنَّ الدَّنْيَا بَلَاغٌ اِلَى اْلاخِرَةِ وَلَاتَكُوْنُوْا كَلًّ عَلَى النَّاسِ ( رواه ابن عسا كرعن انس )

اَلْمُؤْ مِنُ اْلقَوِيُّ خَيْرٌوَاَحَبُّ اِلَى اللهِ مِنَ اْلمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ وَفِى كُلٍّ خَيْرٌ
اِحْرِصْ عَلَى مَايَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِا للهِ وَلَاتَعْجِرْ ( رواه عن ابى هريرة )

لَاءَنْ يَاءْخُذَ اَحَدُ كُمْ اَحْبَلاً فَيَأْ خُذَحُزْمَةً مِنْ حَطَبٍ فَيَبِيْعَ فَيَكُفَّ اللهُ بِهِ وَجْهَهُ
خَيْرٌ مِنْ اَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ اُعْطِيَ اَمْ مُنِعَ (رواه البخارى عن الزبير بن العوام)

b. Terjemah Hadis
Hadis Pertama
Bukanlah orang yang baik diantara kamu yang meninggalkan kepentingan dunia untuk mengejar akhirat atau meninggalkan akhirat untuk mengejar dunia sehingga dapat memadukan keduanya. Sesungguhnya kehidupan dunia mengantarkan kamu menuju kehidupan akhirat. Janganlah kamu menjadi beban orang lain. (HR. Ibnu Asakir dari anas)
Hadis kedua
Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang
lemah, sedangkan pada masing-masing ada kebaikannya. Bersemangatlah kamu untuk mencapai sesuatu yang bermanfaat bagimu. Mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu merasa tak berdaya. (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
Hadis ketiga
Sungguh jika salah seorang diantara kamu membawa seutas tali untuk mencari seikat kayu bakar, lalu kayu itu dijual sehingga Allah mencukupkan kebutuhan hidupnya dengan hasil jualannya, itu lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain, baik diberi atau ditolak (HR. al-Bukhari)


Hadis Riwayat Ibnu ’Asakir dari Anas di atas mengandung beberapa pelajaran yang perlu kita cermati. Adapun beberapa pelajaran yang dapat kita ambil dari sabda Rasulullah Saw. tersebut di atas ialah :
a) Tidak dibenarkan orang Islam lebih mengutamakan kehidupan akhiratnya hingga melalaikan kehidupan dunianya. Begitu pula sebaliknya mengejar kehidupan dunia hingga melupakan akhiratnya juga bukanlah hal yang baik.
b) Yang terbaik dalam Islam adalah adanya perhatian yang seimbang antara kehidupan dunia dan akhirat
c) Kehidupan dunia perlu diperhatikan bukanlah sebagai tujuan hidup, akan tetapi sebagai sarana untuk mencapai kehidupan akhirat
d) Dengan adanya perhatian yang seimbang antara kehidupan dunia dan akhirat, Allah Swt. berjanji akan memberikan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
e) Agama Islam melarang pemeluknya menjadi beban yang memberatkan bagi orang lain. Maka wajib bagi umat Islam berusaha dengan keras untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri. Sehingga tidak akan menjadi beban orang lain.
c. Kandungan Hadis
Beberapa pelajaran yang terkandung dalam Hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah ialah :
a) Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah., dari pada orang mukmin yang lemah.
b) Hadis ini merupakan motivasi bagi Umat Islam untuk menjadi umat yang kuat. Kuat yang dimaksud adalah kuat dalam berbagai hal diantaranya ialah:
1) Kuat iman, yaitu imannya teguh dan tidak terpengaruh oleh situasi dan kondisi apapun.
2) Kuat ilmu, yaitu memiliki ilmu dan wawasan yang luas. Sehingga dengan ilmunya itu akan dapat memperjuangkan Islam dengan benar.
3) Kuat ekonomi, yaitu hidup kecukupan sehingga akan dapat memperjuangkan Islam dengan mudah. Karena ditopang dengan harta yang cukup.
4) Kuat semangat, yaitu memiliki semangat yang kuat dalam segala aspek kehidupan. Dengan semangat ini berarti telah memiliki modal yang besar untuk mencapai kejayaan Islam.

5) Kuat fisik, yaitu badan sehat dan tidak sakit-sakitan. Dengan badan yang sehat ini akan dapat menopang terhadap perjuangan Islam.
Memperhatikan uraian di atas, maka tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa seorang mukmin yang kuat merupakan aset yang besar dan syarat bagi tercapainya kejayaan Islam
Oleh karena itu setiap mukmin harus memiliki semangat yang kuat untuk berusaha mencapai cita-citanya yang mulia. Agar cita-cita yang mulia dapat tercapai, maka selain harus berusaha dengan semangat yang tinggi, setiap mukmin wajib berdo’a dan minta pertolongan kepada Allah Swt.
Hadis riwayat al-Bukhari dari Zubair bin Awwam mengandung beberapa pelajarann yang bisa kita ambil berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.
Beberapa pelajaran itu antara lain :
a) Motivasi untuk bekerja guna memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya.
b) Untuk tidak merasa rendah diri dalam melakukan pekerjaan yang halal meskipun harus mencari kayu bakar.
c) Bekerja dengan semampunya untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya jauh lebih mulia ketimbang meminta-minta kepada orang lain.
d) Meminta-minta kepada orang lain adalah perbuatan yang tidak terhormat dan seharusnya dijauhi oleh setiap muslim.
e) Wajib bagi setiap muslim memiliki penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga tidak menjadi beban orang lain.

2. Menjelaskan Keterkaitan Kandungan Hadis dalam Perilaku Keseimbangan Hidup di Dunia dan Akhirat dalam Fenomena Kehidupan dan Akibatnya
Memperhatikan kandungan ketiga Hadis di atas, maka dapatlah kita ketahui bahwa terdapat keterkaitan yang erat antara Hadisyang satu dengan Hadis yang lain hubungannya dengan fenomena kehidupan setiap manusia. Keterkaitan ketiga Hadis tersebut dalam fenomena kehidupan manusia sehari-hari dan akibat (dampak positif) bagi kehidupan manusia adalah sebagai berikut :
a. Keterkaitan Kandungan Hadis
Hadis pertama mengajarkan tentang keseimbangan dalam perhatiannya terhadap kehidupan dunia dan akhirat. Jadi tidak benar meninggalkan dunianya demi kepentingan akhiratnya, begitu pula sebaliknya. Islam melarang kepada pemeluknya menjadi beban orang lain. Ini berarti mendorong untuk hidup mandiri.

Hadis kedua mengandung motivasi agar hidup penuh semangat dan untuk selalu minta pertolongan kepada Allah sehingga akan menjadi orang mukmin yang kuat. Karena orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah Swt..
Hadis ketiga merupakan dorongan yang sangat kuat untuk bekerja keras dalam rangka memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya, apapun pekerjaannya yang penting halal.
Hal ini akan dapat menghindari perilaku meminta-minta kepada orang lain.
Kesimpulan yang dapat kita ambil setelah memperhatikan kandungan ketiga Hadis tersebut ialah bahwa setiap muslim haruslah memiliki perilaku dalam kehidupan sehariharinya sebagai berikut :
a) berusaha menyeimbangkan antara urusan dunia dan akhirat.
b) berusaha untuk menjadi orang mukmin yang kuat dalam segala bidang.
c) mempunyai semangat yang tinggi dalam meraih sesuatu yang bermanfaat dan mulia.
d) selalu memohon pertolongan kepada Allah Swt. dalam segala hal.
e) mau bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya.
f) Tidak mau meminta-minta dan menjadi beban orang lain.
b. Akibat (Dampak Positif)                          
Dampak positif yang akan dapat diperoleh umatIslam ketika menerapkan ajaran-ajaran yang terkandung pada ketiga Hadis di atas ialah :
a) Akan tercapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
b) Dapat memenuhi kebutuhan hidup sendiri sehingga tidak meminta-minta dan
  menjadi beban orang lain.
c) Memiliki pribadi yang mandiri.
d) Menjadi mukmin yang kuat dalam segala bidang.
e) Terasa selalu dekat kepada Allah Swt. sehingga hidupnya tenang.
f) Dapat memperjuangkan Islam dengan kekuatan yang maksimal.
g) Menjadi orang yang terhormat sehingga tidak menjadi bahan cemoohan orang, disegani oleh musuh-musuh Islam sehingga tidak senantiasa diganggu mereka.[4]




3. Menyajikan Data Tentang Sikap Hidup yang Seimbang antara Dunia dan Akhirat Sesuai Kandungan Hadis
            Berikut ini adalah indikasi dimilikinya perilaku yang mencerminkan keseimbangan hidup dunia dan akhirat
a.       Berusaha secara wajar dalam mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan tidak terlampau bernafsu untuk mencapainya.
b.      Tidak tampak terlampau gembira sampai melebihi batas kewajiban bila dapat memperoleh keuntungan dunia.
c.       Tidak terlampau bersedih bila belum dapat mencapai kesejahteraan hidup di dunia dengan tetap bersabar dan berusaha.
d.      Pandai-pandai mensyukuri nikmat Allah yang diterima dengan cara memanfaatkannya sesuai petunjuk agama.
e.       Gemar mengeluarkan sebagian harta, tenaga maupun pikiran untuk kepentingan agama dan kemanusiaan.
f.       Rajin dan tekun beribadah di samping berusaha mencara penghidupan.[5]


Rangkuman         
1. Tujuan hidup manusia adalah untuk mencapai kebahagian hidup dunia dan akhirat
2. Dunia merupakan sarana menuju kehidupan di akhirat.
3. Orang Islam harus mempunyai semangat yang kuat untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat dan dilarang menjadi beban orang lain
4. Bekerja keras dengan menjual kayu bakar itu lebih baik dan lebih terhormat dari pada meminta-minta belas kasihan orang lain.[6]








DAFTAR PUSTAKA

Agama Indonesia, Kementerian.2015.  Buku Siswa  Al-Qur’an Hadits . Jakarta: Kementerian Agama.

Agama Indonesia, Kementerian.2015.  Buku Guru  Al-Qur’an Hadits . Jakarta: Kementerian Agama.

T. Ibrahim dan H. Darsono. 2015.Pemahaman Al-Qur’an dan Hadis 2 untuk Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah. Solo: AQILA..



[1] Kementerian Agama Indonesia, Buku Siswa  Al-Qur’an Hadits , (Jakarta: Kementerian Agama, 2015), hlm. 44-52.
[2]  Kementerian Agama Indonesia, Buku Guru Al-Qur’an Hadits , (Jakarta: Kementerian Agama, 2015), hlm. 103-109.
[3] Kementerian Agama Indonesia, Buku Siswa  Al-Qur’an Hadits , (Jakarta: Kementerian Agama, 2015), hlm. 63.
[4] Kementerian Agama Indonesia, Buku Siswa  Al-Qur’an Hadits , (Jakarta: Kementerian Agama, 2015), hlm. 70-73.
[5] T. Ibrahim dan H. Darsono, Pemahaman Al-Qur’an dan Hadis 2 untuk Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah, (Solo: AQILA, 2015), hlm. 116.
[6]  Kementerian Agama Indonesia, Buku Siswa  Al-Qur’an Hadits , (Jakarta: Kementerian Agama, 2015), hlm. 76.

1 komentar:

Contact Person

Whatapps : 081542574782

MapleStory Finger Point