4.

Senin, 07 Mei 2018

materi al qur an hadits kelas 8 semester 1



SEMESTER 1
KuperindahBacaan Al-QuranDengan Tajwid(Hukum Bacaan Mad ‘Iwadh, Mad Layyin dan Mad ‘Aridh Lissukun)




                                      
BAB I

Kompetensi Inti
KI 1  Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
KI 2  Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
    KI 3 Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan Rasa Keingintahuanmu nya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
    KI 4 Mengolah, menyaji dan menallar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori
Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator
3.1. Memahami ketentuan
3.1.1
Menjelaskan pengertian hukum bacaan mad’Iwadh,
hukum bacaan mad

mad Layyin, dan mad ‘aridh lissukun dalam Al-
‘Iwadh, mad Layyin, dan

Quran surah-surah pendek
pilihan
mad ‘aridh lissukun dalam
3.1.2
Menjelaskan ciri-ciri hukum bacaan mad ‘Iwadh,
al-Quran surah-surah

mad Layyin, dan mad ‘aridh lissukun dalam al-
pendek pilihan

Quran surah-surah pendek
pilihan

3.1.3
Mendiskripsikan cara membunyikan hukum bacaan


‘‘Iwadh, mad Layyin, dan mad ‘aridh lissukun dalam


al-Quran surah-surah pendek pilihan

3.1.4 Mengidentifikasi  hukum
bacaan  ‘Iwadh,  mad


Layyin, dan mad ‘aridh lissukun dalam al-Quran


surah-surah pendek pilihan

3.1.5
Menyimpulkan cara membaca bacaan’Iwadh, mad


Layyin, dan mad ‘aridh lissukun dalam al-Quran


surah-surah pendek pilihan.
4.1. Menerapkan hukum
4.1.1 Mempraktikkan bacaan mad ‘Iwadh, mad Layyin,
bacaan mad ‘Iwadh, mad

dan mad ‘aridh lissukun dalam Al-Quran surah-
Layyin, dan mad ‘aridh

surah pendek pilihan

lissukun dalam Al-Quran



surah-surah pendek pilihan





Membaca al-Quran dengan benar dan fasih menjadi kewajiban bagi setiap umat Islam. Tahukah kalian, panjang atau pendeknya bacaan dalam membaca al-Quran dapat mempengaruhi arti/ makna ayat-ayat al-Quran? Oleh karena itu, dalam membaca al-Quran kalian harus berhati-hati agar tidak terjadi kesalahan bacaan. Membaca al-Quran dengan benar juga akan menambah kesempurnaan kalian dalam beribadah kepada Allah Swt. Dan untuk bisa membaca al-Quran dengan benar, kalian harus memahami ilmu tajwid. Maka, berikut ini kita akan mempelajari materi hukum bacaan mad; mad ‘Iwadh, mad Layyin, dan ‘aridh lis-sukun.

A.     Hukum Bacaan Mad ‘Iwad, Mad Layyin, dan Mad ‘Arid Lissukun
1. Mad ‘Iwadh
Secara bahasa mad artinya panjang, dan ‘Iwadh berarti pengganti. Sedangkan menurut istilah, mad ‘Iwadh yaitu mad yang terjadi apabila ada fathatain yang berada di akhir ayat atau tanda waqaf. Bacaan mad di sini menggantikan bunyi fathatain. Cara membacanya dipanjangkan dua harakat atau satu alif. Contoh hukum bacaan mad ‘Iwadh terdapat pada surah al-Kahfi [18] ayat 110. Perhatikan lafal yang berwarna merah.

قُلۡ إِنَّمَآ أَنَا۠ بَشَرٞ مِّثۡلُكُمۡ يُوحَىٰٓ إِلَيَّ أَنَّمَآ إِلَٰهُكُمۡ إِلَٰهٞ وَٰحِدٞۖ فَمَن كَانَ يَرۡجُواْ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلۡيَعۡمَلۡ عَمَلٗا صَٰلِحٗا وَلَا يُشۡرِكۡ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدَۢا
Juga terdapat pada surah an-Nashr [110] ayat 3. Perhatikan lafal yang berwarna merah berikut :
فَسَبِّحۡ بِحَمۡدِ رَبِّكَ وَٱستَغۡفِرۡهُۚ إِنَّهُۥ كَانَ تَوَّابَۢا
Khusus fatharain yang berada pada huruf ta marbutah tidak di baca mad karena huruf tersebut jika diwaqafkan berubah bunyi menjadi huruf ha.
Contoh ini terdapat pada surah Ali Imran [3] ayat 8. Perhatikan lafal yang berwarna merah berikut ini:

رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوبَنَا بَعۡدَ إِذۡ هَدَيۡتَنَا وَهَبۡ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحۡمَةًۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡوَهَّابُ
2. Mad Layyin
Menurut bahasa mad berarti panjang, dan Layyin artinya lunak. Sedangkan menurut istilah mad Layyin adalah mad yang terjadi apabila ada wau sukun atau ya sukun yang didahului huruf berharakat fathah dan setelahnya berupa huruf hidup yang dibaca waqaf. Cara membacanya boleh dipanjangkan sebanyak dua, empat, atau enam harakat. Contoh mad Layyin terdapat pada surah Quraisy [106] ayat 1-2, surah Ali ‘Imran [3] ayat 26. Perhatikan lafal yang berwarna merah.
لِإِيلَٰفِ قُرَيۡشٍ  ١    إِۦلَٰفِهِمۡ رِحۡلَةَ ٱلشِّتَآءِ وَٱلصَّيۡفِ ٢
قُلِ ٱللَّهُمَّ مَٰلِكَ ٱلۡمُلۡكِ تُؤۡتِي ٱلۡمُلۡكَ مَن تَشَآءُ وَتَنزِعُ ٱلۡمُلۡكَ مِمَّن تَشَآءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَآءُۖ بِيَدِكَ ٱلۡخَيۡرُۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ
3. Mad ’aridh Lissukun
Secara bahasa, mad artinya panjang, ‘aridh berarti baru/ tiba-tiba ada dan sukun artinya mati. Menurut istilah, mad yang terjadi apabila ada huruf mad (wau, alif, atau ya) yang berada di akhir ayat atau tanda waqaf. Cara membaca mad ‘aridh lissukun ada tiga macam: boleh dibaca dua harakat (qashr), empat harakat (tawassuth), atau enam harakat (thul). Tetapi yang paling utama dibaca dengan panjang bacaan enam harakat. Contoh bacaan mad ‘aridh lissukun terdapat pada surah al-Ma’un [107] ayat 1; surah Yasin [36] ayat 9; az- Zumar [39] ayat 20. Perhatikan lafal yang berwarna merah.
أَرَءَيۡتَ ٱلَّذِي يُكَذِّبُ بِٱلدِّينِ ١
وَجَعَلۡنَا مِنۢ بَيۡنِ أَيۡدِيهِمۡ سَدّٗا وَمِنۡ خَلۡفِهِمۡ سَدّٗا فَأَغۡشَيۡنَٰهُمۡ فَهُمۡ لَا يُبۡصِرُونَ ٩
لَٰكِنِ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوۡاْ رَبَّهُمۡ لَهُمۡ غُرَفٞ مِّن فَوۡقِهَا غُرَفٞ مَّبۡنِيَّةٞ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُۖ وَعۡدَ ٱللَّهِ لَا يُخۡلِفُ ٱللَّهُ ٱلۡمِيعَادَ ٢٠
          Contoh Bacaan Mad ‘Iwad, Mad Layyin, dan Mad ‘Arid Lissukun :[2]
No.
Lafal
Hukum Bacaan
1
رَجًّا  إِذَا رُجَّتِ الأرْضُ
Mad ‘Iwadh
2
هَذَا الْبَيْتِ
Mad Layyin
3
هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
Mad ‘aridh Lissukun

B.     Menyakini Pentingnya Hukum Bacaan Mad ‘Iwad, Mad Layyin  dan Mad ‘Arid Lissukun
Keyakinan akan kebenaran kaidah ilmu tajwid (termasuk hukum bacaan mad ‘iwad, mad layyin, dan mad’arid lissukun) dapat diwujudkan sekurang-kurangnya dalam dua hal yaitu:
1.      Memiliki semangat untuk mempelajari ilmu tajwid dalam rangka memperbaiki bacaan saat membaca kitab suci Al-Qur’an.
2.      Menerapkan dengan bai kaidah-kaidah ilmu tajwid yang telah dipelajari saat membaca Al-Qur’an, termasuk hukum bacaan mad ‘iwad, mad layyin, dan mad’arid lissukun.

C.     Terbiasa Menerapkan Hukum Bacaan Mad ‘Iwad, Mad Layyin  dan Mad ‘Arid Lissukun Dalam Al-Qur’an

Bagi muslim dan muslimat, membaca Al-Qur’an adalah kegiatan rutin setiap hari walau hanya satu atau dua rukuk dalam satu hari. Demikian itu sebagai wujud iman kita kepada kitab suci Al-Qur’an. Hukum membaca Al-Qur’an dengan menggunaan aturan tajwid adalah fardhu ‘ain atau merupakan kewajiban pribadi, karenanya apabila seseorang membaca Al-Qur’an dengan tidak menggunakan ilmu tajwid, hukumnya berdosa.
Di antara bukti keimanan kalian terhadap kitab suci Al-Qur’an adalah dengan memperhatikan hal-hal berikut:
1.      Membaca Al-Qur’an secara rutin setiap hari walau hanya dalam waktu 5 menit atau 10 menit sesuai kesempatan yang ada.
2.      Membaca ayat-ayatnya dengan tartil (pelan-pelan tetapi jelas), tidak tergesa-gesa
3.      Tidak bernafsu untuk segera menyelesaikan bacaan yang banyak sehingga mengabaikan kaidah-kaidah ilmu tawidnya. Lebih baik sediit tapi benar dan baik bacaannya daripada banya tetapi salah bacaannya.
4.      Mencermati kaidah-kaidah bacaannya, baik yang menyangkut  hukum bacaan madmaupun yang lain. Terapkan baik-baik ilmu tajwid yang telah kalian kuasai
5.      Untuk tahap awal kalian dapat membaca surah-surah pendek dari Juz Amma.
6.      Melakukan semua itu karena mencari ridha Allah Swt. semata-mata.[3]

D.     Identifikasi Hukum Bacaan
Identifikasikanlah hukum bacaan yang ada di dalam Q.S Al-Ma’un berikut ini:
أَرَءَيۡتَ ٱلَّذِي يُكَذِّبُ بِٱلدِّينِ ١  فَذَٰلِكَ ٱلَّذِي يَدُعُّ ٱلۡيَتِيمَ ٢  وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ ٱلۡمِسۡكِينِ ٣ فَوَيۡلٞ لِّلۡمُصَلِّينَ ٤ ٱلَّذِينَ هُمۡ عَن صَلَاتِهِمۡ سَاهُونَ ٥  ٱلَّذِينَ هُمۡ يُرَآءُونَ ٦  وَيَمۡنَعُونَ ٱلۡمَاعُونَ ٧

No
Lafadz
Hukum Bacaan
1.


2.


3.


4.


5.


6.


7.


8.


9.


10.





Rangkuman

1.        Menurut istilah madIwadh adalah mad yang terjadi apabila ada fathatain yang berada di akhir ayat atau ada tanda waqaf. Bacaan mad di sini menggantikan bunyi fathatain.
2.        Panjang bacaan madIwadh adalah dua harakat atau satu alif.
3.        Mad Layyin adalah mad yang terjadi apabila ada wau sukun atau ya sukun didahului dengan huruf berharakat fathah dan sesudahnya berupa huruf hidup.
4.        Panjang bacaan mad Layyin dua, empat, atau enam harakat.
5.        Mad ‘aridh lissukun adalah mad yang terjadi apabila ada huruf mad (wau, alif, atau ya) yang berada di akhir ayat atau pada tanda waqaf.
6.        Panjang bacaan mad ‘aridh lissukun adalah dua, empat, atau enam harakat.[4]








BAB 2

KuGAPAI REZEKI-Mu dengan ikhtiyarku











Kompetensi Inti (KI)

KI 1      Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
KI 2     Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
KI 3     Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan Rasa Keingintahuanmu nya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

KI 4     Mengolah, menyaji dan menallar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori
Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator
3.2
Memahami isi kandungan
3.2.1
Menjelaskan pengertian rizeki

QS. al-Quraisy [106] dan
3.2.2
Menterjemahkan QS. al-Quraisy dan QS. al-

QS. al-Insyirah [94] tentang

Insyirah (94) tentang ketentuan rezeki dari Allah

ketentuan rezeki Allah
3.2.3
Menjelaskan isi kandungan QS. al-Quraisy dan





QS. al-Insyirah (94) tentang ketentuan rezeki dari



Allah


3.2.4
Mengidentifikasi isi kandungan QS. al-Quraisy



dan QS. al-Insyirah (94) tentang ketentuan rezeki



dari Allah


3.2.5
Menyimpulkan isi kandungan QS. al-Quraisy dan



QS. al-Insyirah (94) tentang ketentuan rezeki dari



Allah
4.2
Mensimulasikan  isi
4.2.1. Mempresentasikan contoh-contoh sikap orang

kandungan QS. al-Quraisy

yang mencerminkan isi kandungan QS. al-Quraisy

dan QS. al-Insyirah (94)

dan QS. al-Insyirah (94) tentang ketentuan rezeki

tentang ketentuan rezeki dari

dari Allah

Allah


A.     Rezeki Allah Sangat Luas
Allah Swt. menciptakan manusia sebagai makhluk yang sempurna. Manusia dikaruniai badan yang sehat, otak yang cerdas, serta keimanan dan kemampuan melaksanakan ibadah dengan baik. Namun demikian, ada sebagian manusia yang mempunyai pemikiran bahwa rezeki Allah hanya berupa materi. Padahal, rezeki Allah sebenarnya sangat luas. Udara yang kita hirup setiap hari adalah rezeki, kesehatan dan kebugaran tubuh kita juga termasuk bagian dari rezeki; kemampuan untuk melangkah, berjalan, dan beraktivitas adalah rezeki. Bahkan akal pikiran dan perasaan yang dapat mengangkat kita menjadi manusia bermartabat dibandingkan makhluk lain itu juga termasuk rezeki Allah. Lantas, apakah pengertian rezeki itu?
1.      Pengertian Rezeki
        Rezeki berarti segala sesuatu yang bermanfaat, berdaya guna bagi makhluk, serta dapat dimanfaatkan oleh manusia sebagai sumber penghidupan. Rezeki juga berarti anugerah, karunia, atau pemberian dari sisi Allah Swt. kepada makhluk-Nya. Dengan ungkapan lain, segala sesuatu yang dapat menunjang kelangsungan hidup manusia dan mengantarkannya pada kehidupan yang lebih baik disebut rezeki. Maka, tahukah kalian bahwa rezeki manusia dan seluruh makhluk hidup sudah dijamin oleh Allah Swt.? Perhatikanlah firman Allah dalam surah ar-Rum [30]: 40 berikut ini :
ٱللَّهُ ٱلَّذِي خَلَقَكُمۡ ثُمَّ رَزَقَكُمۡ ثُمَّ يُمِيتُكُمۡ ثُمَّ يُحۡيِيكُمۡۖ هَلۡ مِن شُرَكَآئِكُم مَّن يَفۡعَلُ مِن ذَٰلِكُم مِّن شَيۡءٖۚ سُبۡحَٰنَهُۥ وَتَعَٰلَىٰ عَمَّا يُشۡرِكُونَ ٤٠
Artinya :
Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki, lalu mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara yang kamu sekutukan dengan Allah itu dapat berbuat demikian? Maha suci Dia dan Mahatinggi dari apa yang mereka persekutukan”. (QS. ar-Rum [30]: 40)
Pada ayat di atas, Allah menegaskan bahwa Dia telah menghidupkan manusia, memberi rezeki, mematikan, dan menghidupkan mereka kembali. Kemudian Allah mempertanyakan kepada manusia “Adakah di antara mereka yang kamu sekutukan dengan Allah itu dapat berbuat demikian?” Kalimat tanya semacam ini lazim disebut dengan pertanyaan untuk menegaskan. Dalam arti, penegasan bahwa tidak ada makhluk yang dapat berbuat demikian. Inilah yang membutikan bahwa tidak ada yang satu makhluk pun yang dapat disekutukan dengan Allah. Dia Maha suci dari segala prasangka orang-orang yang menyekutukan-Nya.
2.      Spirit Al-Quran dalam Mencari Rezeki
        Setelah kalian mengetahui bahwa seluruh makhluk yang ada di muka bumi telah dijamin rezekinya oleh Allah, bukan berarti rezeki akan datang begitu saja tanpa berbuat apa-apa. Tetapi dengan anugerah akal dan kecerdasan, kita akan memperoleh rezeki dengan cara bekerja dan berusaha. Sehingga apa yang kita peroleh benar-benar dari sumber yang halal dan berkah.
        Islam tidak menganjurkan pemeluknya menjadi pengangguran, meski dengan alasan untuk berkonsentrasi dalam beribadah kepada Allah Swt. Atau, menggantungkan belas kasih orang lain dengan cara meminta-minta. Jadi, usaha mencari rezeki adalah suatu keharusan. Seseorang yang bekerja dengan cara yang baik, halal, dan tujuannya benar, ia akan mendapatkan rezeki dalam bentuk materi, sekaligus memperoleh pahala. Karena apa yang diusahakannya termasuk perbuatan ibadah.
        Renungkanlah firman Allah Swt., “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”(QS. al-Jumu’ah [62]: 10). Dalam tafsir ar-Razi dijelaskan bahwa makna “maka bertebaranlah kamu di muka bumi” mengacu pada dua hal:
Pertama, perintah untuk menyelesaikan tugas-tugas hidup setelah selesai shalat Jumat.
Kedua, larangan untuk duduk-duduk yang tidak bermanfaat dan tidur di dalam masjid seusai shalat Jumat. Dengan ungkapan lain, firman Allah di atas memantik inspirasi bagi kita untuk senantiasa “produktif, energik, dan efisien”dalam menggunakan waktu, sekaligus larangan bermalas-malasan.
Selain itu, Allah Swt. berfirman: “Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagimu. Maka berjalanlah di segala penjurunya, dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya.”(QS. al-Mulk [67]: 15)
Ibnu Katsir juga mengungkapkan, “Menyebarlah kemana pun kalian inginkan di penjuru-penjuru-Nya, dan berkelilinglah di sudut-sudut, tepian, dan wilayah-wilayah-Nya untuk menjalankan usaha dan perniagaan.” Penafsiran Ibnu Katsir ini memberikan isyarat bahwa salah satu pintu rezeki Allah yang bisa dimasuki manusia adalah lewat bidang perdagangan.
Kebiasaan berdagang ini ternyata sudah dilakukan suku Quraisy sejak masa Rasulullah Saw. Mereka melakukan perjalanan dagang ke luar wilayah Makah pada musim dingin. Pergi ke Yaman untuk belanja parfum dan rempah-rempah, serta menjajakan hasil pertanian ke Syam selama musim panas. Hal ini sebagaimana digambarkan oleh Allah dalam QS. Quraisy [106] ayat 2 :
إِۦلَٰفِهِمۡ رِحۡلَةَ ٱلشِّتَآءِ وَٱلصَّيۡفِ ٢ 
Artinya: (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas.
3.      Rezeki yang Halal dan Berkah
       Setiap manusia berhak untuk hidup layak, aman, damai, dan bahagia. Menurut al-Quran, hidup layak merupakan hak sekaligus kewajiban mendasar dan utama dalam Islam. Sehingga ajaran al-Quran dan Hadis mendorong manusia untuk mencari rezeki yang halal dan thayyib agar kebutuhan hidup mereka terpenuhi. Rasulullah Saw. bersabda: “Wahai manusia, bertakwalah engkau kepada Allah, pakailah cara baik dalam mencari (rezeki)...”. Rasulullah Saw. juga mengingatkan manusia agar berhati-hati dalam mencari harta, dan mengajurkan mereka untuk selektif dalam memperolehnya sehingga harta yang menjadi hak miliknya benar-benar halal.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw, bersabda :”Pasti akan datang pada manusia suatu zamzam di mana seseorang tidak peduli lagi dari mana hartanya ia dapatkan, apakah dari yang halal ataukah yang haram (HR. Bukhari dan AbuYa’la).
B.       QS. QURAISY [106] DAN QS. AL-INSYIRAH [94]
QS. QURAISY 1-4
No.
Terjemah
Ayat
1
Karena kebiasaan orang-orang
Quraisy
لِإِيلَٰفِ قُرَيۡشٍ
2

(Yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas
إِۦلَٰفِهِمۡ رِحۡلَةَ ٱلشِّتَآءِ وَٱلصَّيۡفِ
3
Maka hendaklah mereka menyembah Rabb Pemilik rumah ini (Ka’bah).
فَلۡيَعۡبُدُواْ رَبَّ هَٰذَا ٱلۡبَيۡت

4
Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan
ٱلَّذِيٓ   أَطۡعَمَهُم مِّن جُوعٖ وَءَامَنَهُم مِّنۡ خَوۡفِۢ


AL-INSYIRAH 1-8
No.
Terjemah
Ayat
1
Bukankah Kami telah melapangkan dadamu?
أَلَمۡ نَشۡرَحۡ لَكَ صَدۡرَكَ
2
Dan Kami telah menghilangkan darimu bebanmu
وَوَضَعۡنَا عَنكَ وِزۡرَكَ
3
Yang memberatkan punggungmu
ٱلَّذِيٓ أَنقَضَ ظَهۡرَكَ
4
Dan Kami tinggikan bagimu sebutan
(nama)mu
وَرَفَعۡنَا لَكَ ذِكۡرَكَ
5
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan
فَإِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرًا
6
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
إِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرٗا
7
Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain
فَإِذَا فَرَغۡتَ فَٱنصَبۡ
8
Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap
وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَٱرۡغَب

1.      Kandungan QS. Quraisy
       Surah Quraisy terdiri dari 4 ayat dan termasuk surah Makkiyah, atau surat-surat yang diturunkan di Makah. Ayat 1 menjelaskan tentang nama Quraisy yang diambil dari kata “ﺶٍْﻳ ﺮـَُ”, berarti Suku Quraisy. Suku ini mendapat kehormatan untuk memelihara dan menjaga Ka’bah.
Pokok kandungan QS. Quraisy adalah:
Ayat 1; menjelaskan kebiasaan Suku Quraisy yang mempunyai mata pencaharian pokok berdagang,
Ayat 2; menceritakan tentang perjalanan dagang Suku Quraisy pada musim dingin ke Yaman, dan pada musim panas ke Syam dalam setiap tahunnya. Sedangkan keuntungannya digunakan untuk keperluan hidup dan berkhidmat kepada Baitullah yang menjadi kebanggaan mereka.
Ayat 3; Allah mengingatkan Suku Quraisy khususnya, dan umat Islam pada umumnya agar senantiasa bersyukur atas rezeki yang diberikan Allah sekaligus memanfaatkannya sesuai perintah-Nya. Dalam hal ini, mereka diperintahkan untuk beribadah kepada Tuhan, Sang Pemilik Ka’bah.
Ayat 4; Allah Swt. menunjukkan kenikmatan yang telah diberikan kepada mereka berupa makanan dan rasa aman. Tuhan pemilik Ka’bah itu telah memberi makanan untuk menghilangkan lapar. Maka dari itu selayaknya mereka mengesakan Allah Swt. dalam beribadah, tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dan tidak menyembah selain Allah. Barangsiapa yang mendurhakai perintah Allah, Dia akan mencabut rasa amannya kelak di akhirat, sebagaimana firman-Nya:
وَضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلٗا قَرۡيَةٗ كَانَتۡ ءَامِنَةٗ مُّطۡمَئِنَّةٗ يَأۡتِيهَا رِزۡقُهَا رَغَدٗا مِّن كُلِّ مَكَانٖ فَكَفَرَتۡ بِأَنۡعُمِ ٱللَّهِ فَأَذَٰقَهَا ٱللَّهُ لِبَاسَ ٱلۡجُوعِ وَٱلۡخَوۡفِ بِمَا كَانُواْ يَصۡنَعُونَ ١١٢ وَلَقَدۡ جَآءَهُمۡ رَسُولٞ مِّنۡهُمۡ فَكَذَّبُوهُ فَأَخَذَهُمُ ٱلۡعَذَابُ وَهُمۡ ظَٰلِمُونَ ١١٣
Artinya: “Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)-nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; Karena itu, Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka seorang Rasul dari mereka sendiri, tetapi mereka mendustakannya; Karena itu mereka dimusnahkan azab dan mereka adalah orang-orang yang zalim.” (QS. an-Naḥl [16]: 112-113)
وَضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلٗا قَرۡيَةٗ كَانَتۡ ءَامِنَةٗ مُّطۡمَئِنَّةٗ يَأۡتِيهَا رِزۡقُهَا رَغَدٗا مِّن كُلِّ مَكَانٖ فَكَفَرَتۡ بِأَنۡعُمِ ٱللَّهِ فَأَذَٰقَهَا ٱللَّهُ لِبَاسَ ٱلۡجُوعِ وَٱلۡخَوۡفِ بِمَا كَانُواْ يَصۡنَعُونَ ١١٢
وَلَقَدۡ جَآءَهُمۡ رَسُولٞ مِّنۡهُمۡ فَكَذَّبُوهُ فَأَخَذَهُمُ ٱلۡعَذَابُ وَهُمۡ ظَٰلِمُونَ ١١٣
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan, inti pokok QS. Quraisy [106] adalah peringatan Allah kepada masyarakat Quraisy tentang nikmat-nikmat yang telah dianugerahkan kepada mereka. Karena itu, mereka diperintahkan untuk menyembah Allah semata, dan tidak menyekutukan dengan sesuatu pun.
2.      Kandungan QS. al-Insyirah [94]
        Surat al-Insyirah terdiri dari 8 ayat, dan termasuk surah Makkiyah. Surah al-Insyirah ini diturunkan sebagai pelipurlara bagi Rasulullah Saw. ketika menghadapi ujian-ujian dalam berdakwah.
Adapun isi kandungannya antara lain:
Ayat 1; Allah menyatakan kepada Nabi Muhammad Saw., sesungguhnya Kami telah melapangkan dadamu dan Kami memberikan cahaya, hingga dadamu menjadi lapang dan luas.
Ayat 2-3; Allah mengabarkan tentang kemudahan yang akan diperoleh Nabi Muhammad Saw. sekaligus menanggalkan beban yang selama ini dipikulnya dan begitu memberatkannya.
Ayat 4; Allah memberikan penghargaan kepada Nabi Muhammad Saw., yakni meninggikan sebutan untuk Nabi. Hal ini terbukti dengan ditetapkannya nama Muhammad yang selalu bersanding dengan nama Allah dalam konteks pengakuan keesaan-Nya, misalnya dalam dua kalimat syahadat, serta azan dan iqamat.
Ayat  5-6;  Allah  menyatakan,  setelah  kesulitan  akan  datang  kemudahan.  Dia menyampaikan hal tersebut untuk memotivasi Nabi dan umatnya bahwa tidak ada kesulitan yang tidak teratasi selama manusia memiliki semangat untuk keluar dari kesulitan tersebut, dan selalu bertawakal kepada Allah.
Ayat 7; Allah mengingatkan kepada Nabi Muhammad saw. dan umatnya agar tidak cepat puas dengan hasil usahanya. Juga mengingatkan, jika telah menyelesaikan suatu urusan maka bergegaslah menyelesaikan urusan lainnya.
Ayat 8; Allah mengingatkan kepada Nabi Muhammad saw. dan umatnya agar senantiasa bersandar dan mohon pertolongan hanya kepada Allah Swt.[5]
C.      Keterkaitan Isi Kandungan Surah Quraisy dan al-Insyirah tentang Ketentuan Rezeki Allah Swt.
Surah Quraisy dan al-Insyirah memiliki keterkaitan tentang ketentuan rezeki Allah Swt., antara lain sebagai berikut:
1.      Kedua surah tersebut memberikan pelajaran kepada kita bahwa Allah Swt. meyediaan rezeki untuk segala kebutuhan manusia.
2.      Rezeki yang diberikan Allah Swt. kepada hamba-Nya sangat banyak macamnya. Dalam surah Quraisy, dijelaskan bahwa rezeki Allah Swt., ada yang berupa harta hasil perniagaan, makanan, rasa aman, dan dijauhkan dari rasa cemas. Adapun daam surah al-Insyirah, disebutkan beberapa rezekiAllah Swt., antara lain sikap lapang dada (sabar) dalam berdakwah, diringankan dari beban yang terasa berat dalam berdakwah, diangatnya nama Nabi Muhammad Saw. dan kemudahan-kemudahan yang diberikan Allah Swt.
3.      Dalam surah Quraisy dijelaskan bahwa rezeki Allah Swt. akan diperoleh dengan usaha yang dilakukan manusia, seperti berdagang. Adapun dalam surah al-Insyirah, terdapat perintah memanfaatkan waktu. Waktu sangat berharga bagi manusia. Dengan demikian, manusia wajib berusaha mencari rezeki Allah Swt. untuk memnuhi kebutuhannya.[6]

Rangkuman
1.        Rezeki adalah segala sesuatu yang dapat berdaya guna bagi kelangsungan makhluk hidup.
2.        Allah Swt. memerintahkan manusia untuk senantiasa bersyukur atas rezeki yang telah diberikan.
3.        Mata pencaharian suku Quraisy umumnya adalah berdagang. Pada musim dingin mereka berdagang ke Yaman, sedangkan pada musim panas mereka pergi ke Syam (Suriah).
4.        Allah Swt. telah melapangkan dada nabi Muhammad saw. sebagai tameng untuk menghadapi rintangan orang-orang kafir.
5.        Allah Swt. menjanjikan kepada nabi Muhammad saw. dan umatnya bahwa setelah kesulitan akan datang kemudahan.
6.        Etos kerja harus ditumbuh kembangkan dengan cara bergegas menyelesaikan satu pekerjaan, dan berganti ke pekerjaan berikutnya.
7.        Kita harus senantiasa mengharapkan pertolongan dari Allah Swt. karena Dialah sebaik-baik pemberi pertolongan.[7]





          
           BAB 3

Kebahagiaan anak yatim adalah kebahagiaanku









Kompetensi Inti
KI 1  Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutny
KI 2  Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
KI 3     Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan Rasa Keingintahuanmu nya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
KI 4     Mengolah, menyaji dan menallar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori
Kompetensi Dasar dan Indikator
3.3         Memahami isi kandungan Q.S AL-Kautsar (108) dan Q.S al-Ma’un (107) tentang kepedulian sosial
              3.3.1 Menjelaskan pengertian peduli sosial
          3.3.2 Mengartikan Q.S al-Kautsar (108) dan Q.S al-Ma’un (107)
3.3.3 Mengartikan Hadis tentang perilaku tolong menolong riwayat al-Bukhari dari Abdullah Ibnu Umar
الـمسلم اخو الـمسلم لا يظلمه ولا يسلمه
dan hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah
من نفس عن مؤمن كربة من كرب الدنيا نفس الله عنه كربة
dan hadis tentang mencintai anak yatim riwayat al-Bukhari dari Sahl bin Saad
أنا وكافل اليتيم
dan hadis riwayat Ibnu Majah dari Abu Hurairah
خير بيت في المسلمين بيت

3.3.4        Menunjukkan sikap yang mencerminkan isi kandungan Q.S al-Kautsar (108) dan Q.S al-Ma’un (107) tentang kepedulian sosial dan isi kandungan hadis tentang perilaku tolong menolong riwayat al-Bukhari dari Abdullah Ibnu Umar
4.      الـمسلم اخو الـمسلم لا يظلمه ولا يسلمه

Dan hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah
من نفس عن مؤمن كربة من كرب الدنيا نفس الله عنه كربة
Dan hadis tentang mencintai anak yatim riwayat al-Bukhari dari Sahl bin Saad
 أنا وكافل اليتيم
Dan Hadis riwayat Ibnu Majah dari Abu Hurairah
خير بيت في المسلمين بيت
Dalam fenomena kehidupan dan akibatnya.

4.3      Mensimulasikan sikap tolong menolong dan peduli terhadap ana yatim sesuai isi Q.S al-Kautsar (108) dan Q.S al-Ma’un (107) dan sikap tolong menolong sesama muslim sesuai isi kandungan hadis tentang tolong menolong  riwayat Al-Bukhari dari Abdullah bin Umar
       الـمسلم اخو الـمسلم لا يظلمه ولا يسلمه
           Dan hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah
          من نفس عن مؤمن كربة من كرب الدنيا نفس الله عنه كربة
           Dan hadis tentang mencintai anak yatim riwayat Al-Bukhari dari Sahl bin Sa’ad
            أنا وكافل اليتيم
           Dan hadis riwayat Ibnu Majah dari Abu Hurairah
           خير بيت في المسلمين بيت
           4.3.1 Mempresentasikan contoh sikp orang yang tolong menolong dan peduli terhadap ana yatim sesuai isi Q.S al-Kautsar (108) dan Q.S l-Ma’un (107) dan sikap tolong menolong sesama muslim sesuai isi kandungan hadis tentang tolong menolong riwayat Al-Bukhari dari Abdullah bin Umar
  الـمسلم اخو الـمسلم لا يظلمه ولا يسلمه
           Dan Hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah
           من نفس عن مؤمن كربة من كرب الدنيا نفس الله عنه كربة
           Dan hadis tentang mencintai anak yatim riwayat Al-Bukhari dari Sahl bin Sa’ad
                                   أنا وكافل اليتيم
           Dan hadis riwayat Ibnu Majah dari Abu Hurairah
           خير بيت في المسلمين بيت






















1.  Konsep  Kepedulian  Sosial  menurut  QS.  al-Kautsar  [107]  dan  QS. al-Ma‘un [107]
a.   Kepedulian Sosial
Kepedulian berasal dari akar kata peduli, yaitu memperhatikan atau menghiraukan. Menaruh peduli berarti menaruh perhatian atau menghiraukan sesuatu. Kepedulian adalah sikap memperhatikan atau menghiraukan urusan orang lain (sesama anggota masyarakat). Kepedulian sosial bukan berarti mencampuri urusan orang lain, lebih dari itu untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi orang lain dengan tujuan kebaikan.
Mengapa manusia perlu memiliki kepedulian sosial? Karena manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa menjalin hubungan kerjasama dengan orang lain. Kerjasama tersebut dapat terjalin harmonis manakala masing-masing pihak memiliki kepedulian sosial.
Di dalam Islam sikap semacam ini sangat dianjurkan sebab mempunyai dampak positif. Di antara dampak positif tersebut antara lain terwujudnya sikap tolong menolong sehingga menumbuhkan kerukunan dan kebersamaan. Selain itu, untuk menumbuhkan kepekaan dan kepedulian sosial ada berbagai cara yang harus ditempuh, antara lain:
a.       Menyadari bahwa rezeki berasal dari Allah. Maka, jika Dia menghendaki dapat diambil sewaktu-waktu.
b.      Menyadari bahwa kepedulian sosial termasuk ibadah yang akan mendapatkan pahala dari Allah Swt.
c.       Menjauhkan diri dari sifat rakus (tamak) dan kikir.
Konsep-konsep kepedulian sosial ini terdapat pada surah al-Kautsar dan al-Ma'un.
2. Surah Al-Kautsar dan Al-Ma‘un Tentang Kepedulian Sosial
a. Surah al-Kautsar
إِنَّآ أَعۡطَيۡنَٰكَ ٱلۡكَوۡثَرَ ١  فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنۡحَرۡ ٢  إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ ٱلۡأَبۡتَرُ ٣
b.   Terjemah Surah
1.   Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.
2.   Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah
3.   Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.
c.   Penjelasan surah
Surah al-Kautsar terdiri dari 3 ayat, dan termasuk di antara surat-surat Makkiyah. Surah ini mengabarkan tentang anugerah Allah Swt. berupa kebajikan yang melimpah kepada Nabi Muhaammad Saw. yang sangat banyak, baik dalam hal kedudukannya sebagai Nabi maupun pribadi. Adapun isi kandungan surah al-Kautsar sebagai berikut:
Ayat 1; menerangkan tentang nikmat Allah yang melimpah yang telah diberikan kepada Nabi Muhammad Saw. Kenikmatan yang melimpah itu disebut al-Kautsar.
Ayat 2; menerangkan tentang dua perintah kepada Nabi Muhammad Saw. khususnya, dan umat Islam pada umumnya. Kedua perintah itu adalah pelaksanaan shalat dan kurban. Pelaksanaan dua perintah tersebut sebagai bukti rasa syukur atas limpahan nikmat Allah yang begitu banyak
Ayat 3; menerangkan perihal orang yang membenci Nabi Muhammad Saw. dan risalahnya. Kebencian ini akan mengakibatkan terputus dari rahmat-Nya. Selain itu, dalam ayat ini juga terdapat lafaz al-abtar. Kata ini bermula dari ba-ta-ra yang berarti putus atau terputus. Semula kata ini untuk menjuluki binatang yang tidak memiliki ekor. Kemudian kata ini mengalami perluasan makna sehingga digunakan untuk menyebut orang-orang yang tidak memiliki keturunan anak laki-laki.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, isi kandungan surah al-Kautsar menjelaskan tentang nikmat Allah yang dianugerahkan kepada Nabi Muhammad Saw. Dengan kenikmatan inilah, Allah memerintahkan Nabi untuk bersyukur dengan mendirikan shalat dan berkurban sepenuh hati. Sedangkan orang-orang yang membenci Nabi Muhammad tidak akan mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat, dan termasuk orang yang merugi.

d.   Surah Al-Ma‘un [107]
أَرَءَيۡتَ ٱلَّذِي يُكَذِّبُ بِٱلدِّينِ ١  فَذَٰلِكَ ٱلَّذِي يَدُعُّ ٱلۡيَتِيمَ ٢  وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ ٱلۡمِسۡكِينِ ٣ فَوَيۡلٞ لِّلۡمُصَلِّينَ ٤ ٱلَّذِينَ هُمۡ عَن صَلَاتِهِمۡ سَاهُونَ ٥  ٱلَّذِينَ هُمۡ يُرَآءُونَ ٦  وَيَمۡنَعُونَ ٱلۡمَاعُونَ ٧

e. Terjemah surah
1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
2. Itulah orang yang menghardik anak yatim,
3. dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
6. orang-orang yang berbuat riya.
7. dan enggan (menolong dengan) barang berguna.

f. Penjelasan Surah
Ayat 1-3; menjelaskan tentang pendusta agama. Mereka adalah orang-orang yang menghardik (menyia-nyiakan) anak yatim dan enggan memberi makan orang miskin.
Ayat 4-7; menjelaskan perihal orang-orang yang melaksanakan shalat tapi mendapat celaka. Kecelakan itu disebabkan mereka lalai atau mengabaikan waktu shalatnya.
Orang yang melalaikan shalatnya termasuk pendusta agama. Di samping itu, juga menjelaskan tentang sifat riya’, atau orang-orang yang berbuat baik demi memperoleh pujian dan sanjungan dari orang lain, bukan ikhlas karena Allah.
Dalam menerangkan tentang riya’ Al-Ghazali mengatakan jika seseorang menampilkan amal ibadahnya dengan tujuan untuk diperhatikan orang lain, hingga ia mendapatkan tempat di dalam hatinya. Dan orang yang bersikap riya’ termasuk pendusta agama karena ia sama halnya telah menyekutukan Allah Swt.
Ayat 7; merupakan salah satu ajaran tentang larangan berperilaku bakhil atau kikir, dan sikap enggan memberi bantuan kepada orang lain. Perilaku ini termasuk pendustaan terhadap agama.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan, isi surah al-Ma’un menjelaskan tentang sifat manusia yang dipandang sebagai pendusta agama, di antaranya:
a) Orang-orang yang menghardik anak yatim
b) Enggan memberi bantuan kepada orang lain yang sangat mem-butuhkan.
c) Tidak memberi makan fakir miskin.
d) Orang yang lalai dalam shalat dan bersikap riya.
Berkaitan dengan hal di atas, ada dua pengertian tentang menghardik anak yatim. Pertama, menghardik secara verbal; kedua, menghardik secara non verbal. Menghardik secara verbal yaitu dengan kata-kata kasar. Sedangkan menghardik yang bersifat nonverbal, misalnya, bertutur kata lembut dengan mereka tapi tidak memperhatikan makan, pakaian, dan pendidikan yang layak buat mereka. Orang-orang yang berperilaku demikian akan mendapatkan balasan dari Allah, sebagaimana ditegaskan dalam surah an-Nisa’ ayat 10 bahwa mereka diibaratkan menelan api dalam perutnya dan akan masuk ke dalam api neraka yang menyala-nyala.
إِنَّ ٱلَّذِينَ يَأۡكُلُونَ أَمۡوَٰلَ ٱلۡيَتَٰمَىٰ ظُلۡمًا إِنَّمَا يَأۡكُلُونَ فِي بُطُونِهِمۡ نَارٗاۖ وَسَيَصۡلَوۡنَ سَعِيرٗا
Artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).”

Demikian pula dengan menghina anak yatim. Seseorang yang melakukan perbuatan ini sama halnya sedang menempuh perjalanan ke neraka. Karena anak-anak yatim adalah orang-orang yang disayangi Rasulullah Saw. Apalagi doa anak yatim itu cepat dikabulkan Allah Swt. Dengan demikian, barangsiapa menyakiti hati mereka, berarti ia melapangkan jalan menuju neraka.

3.    Hadis Tolong Menolong dan Mencintai Anak Yatim
a. Hadis Tentang Tolong Menolong
Hadis 1
عَنْ اِبْنُ شِهاَبٍ اَنِّ ساَلِمَ بْنَ عَبْد اللَّهِ بْنِ عُمَرَ اَخْبَرَهُ اَنَّ عَبْد اللَّهِ بْنَ عُمَرَ اَخْبَرَهُ اَنَّ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلىَ اللَّهُ عَلَيْهِ ؤَسَلَّمَ قاَ لَ : الْمُسْلِمُ اَخُوْ الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَ لاَ يُسْلِمُهُ مَنْ كاَ نَ فِيْ حاَ جَةِ اَخِيْهِ كَا نَ اللَّهُ عَزَّ وِجَلَّ فِيْ حاَ جَتِهِ وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ بِهاَ كُرْبَةً مِنْ كُرْبِ يَوْمٍ الْقِياَمَةِ وَمَنْ سَترَ مُسْلِماً سَترَاللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَوْمَ الْقِياَمَةِ ( رواه البخاري)

Artinya: Dari Ibn Syihab, sesungguhnya Salim bin Abdullah telah mengkahabarkankepadanya bahwa sesungguhnya Abdullah bin Umar RA. mengabarkan, Rasulullah Saw.. bersabda, “Muslim yang satu adalah saudara muslim yang lain. Oleh karena itu, ia tidak boleh menganiaya dan menyerahkannya (kepada musuh).Barangsiapamemperhatikan kepentingan saudaranya, Allah akan memperhatikan kepentingannyaBarangsiapa membantu kesulitan seorang muslim, maka Allah akan membantu kesulitannya dari beberapa kesulitannya pada hari kiamat kelak. Dan, barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan menutupi (aib)nya pada hari kiamat.” (HR. Bukhari)

Hadis 2
مَنْ نَفْسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُراَبِ الدّنْياَنَفَّسَ اللَّهُ عِنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُراَبِ يَوْمَ الْقِياَمَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلىَ مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَليْهِ فىِ الدّنْيا وَالاَخِرَةِ وَمَنْ سَترَ مُسْلِماً سَترَاللَّهُ فىَ الدُّنْياَ وَالاَخِرَةِ وَاللَّهُ فىِ عَوْنِ الْعَبْدِ ماَ كاَنَ الْعَبْدُ فىْ عَوْنَ اَحِيْهِ (رواه مسلم عن ابي هريرة)
Artinya: “Barangsiapa melapangkan seorang mukmin dari satu kesusahan dunia, Allah akan melapangkannya dari salah satu kesusahan di hari kiamat. Barangsiapa meringankan penderitaan seseorang, Allah akan meringankan penderitaannya di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan menutupi (aib)nya di dunia dan akhirat. Allah akan menolong seorang hamba selama hamba itu mau menolong saudaranya. (HR. Muslim dari Abu Hurairah).
b.   Penjelasan Hadis
Hadis  Pertama:  Rasulullah Saw. mengajarkan kita untuk saling tolong-menolong. Tolong menolong atau ta’awun merupakan keharusan bagi setiap orang. Karena manusia tidak bisa hidup di dunia tanpa pertolongan orang lain. Setiap pekerjaan, apapun bentuknya, pasti membutuhkan kerjasama dengan orang lain. Di samping itu, tolong menolong dibutuhkan tidak hanya dalam urusan pekerjaan, melainkan dalam hal-hal nasihat-menasihati dalam kebaikan, anjuran berbuat kebajikan, dan lain sebagainya. Hal ini sebagaimana tercermin dalam rman Allah Swt.
وَلَا تَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوَٰنِۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ ٢
Artinya: “… dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah itu amat berat siksa-Nya.”(QS.al-Maidah [5]: 2)

Di samping itu, ta’awun adalah salah satu cara menjaga Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan dalam Islam). Tidak ada artinya ketika kita menganggap orang lain sebagai saudara, tapi tidak memberikan bantuan manakala ia sedang membutuhkan. Tolong menolong dan bahu-membahu menjadi tuntuntan dalam kehidupan bermasyarakat. Misalnya, ketika tetangga kita sedang menderita sakit maka selayaknya kita menjenguk dan mendoakannya. Atau tatkala orang-orang di sekitar kita mengalami suatu musibah, hendaknya kita membesarkan hatinya dengan mengunjunginya atau menghiburnya. Sebab kehadiran kita akan membantu meringankan beban mereka danmenjadi pelipulara dalam kehidupannya.
Dalam hal ini, Rasulullah Saw. telah mengajarkan untuk saling tolong menolong dalam bermasyarakat. Beliau mengibaratkan sikap semacam ini sebagai bangunan yang saling menguatkan satu sama lain:
Artinya: “Mukmin yang satu dengan yang lainnya bagaikan sebuah bangunan yang saling menguatkan antara sebagian dengan sebagian lainnya. (Rasulullah Saw. sambil memasukkan jari-jari tangan ke sela jari-jari lainnya) (HR. Bukhari)

Coba kalian renungkan:

Sebuah batu bata tampak lemah bila ia hanya teronggok sendirian tanpa yang lainnya. Demikian juga, ratusan bahkan ribuan batu bata tetap tampak lemah jika hanya berserakan tanpa kesatuan yang dapat menguatkan mereka. Akan tetapi, bila ribuan batu bata itu tersusun dengan rapi dan sesuai dengan aturan yang berlaku, seperti ditata dengan rancang-bangun yang presisi, direkatkan dengan semen yang bercampur air dan pasir, dan lain sebagainya maka akan menjadi sebuah banguan yang kokoh. Batu bata tidak lagi sebagai batu bata, tetapi menjadi dinding dan bangunan yang kuat, yang berfungsi sebagai rumah, hotel, istana, gerbang, dan lain sebagainya. Demikian inilah permisalan yang digambarkan Rasulullah berkaitan dengan pentingnya sikap saling tolong menolong, terutama dengan sesama Muslim.
Dalam Hadis di atas juga dijelaskan, Allah Swt. mengapresiasi orang yang mau membantu keperluan saudaranya. Dia akan membantunya dalam memenuhi kebutuhan dan mengabulkan hajatnya. Seseorang yang mau melepaskan kesusahan orang lain, ia akan dilepaskan dari kesusahannya di hari kiamat. Dan orang yang suka menutupi aib orang lain, aibnya pun akan ditutupi oleh Allah pada hari kiamat kelak.

Hadis Kedua: Menjelaskan tentang sikap hidup yang harus ditumbuhkembangkan dalam kehidupan bermasyarakat. Sikap tersebut antara lain: Kesediaan melapangkan kesusahan, meringankan beban penderitaan; menjaga atau menutupi aib saudaranya, dan kesediaan menolong sesama. Jika sikap tersebut tertanam dalam dada seorang muslim, sekaligus menjadi karakter yang dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari maka Allah Swt. akan membalas dengan balasan yang sama; dilapangkan, diringankan, ditutupi aibnya dan memperoleh pertolongan Allah dari kesusahan-kesusahan pada hari kiamat.

b. Hadis Tentang Mencintai Anak Yatim
Hadis 1
عَنْ سَهْلٍ بن سَعْدٍ رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :اَنَا وَكاَ فِلُ الْيَتِيْمِ  في الْجَنَّةِ هكَذأ وَاَشاَ رَ بِالسّباَ بَةِ وَالْوُسْطىَ وَاَشاَرَ بَيْنَهُمَا (رواه البحاري)
Artinya: Dari Sahl bin Sa’ad ra. barkata, Rasulullah Saw bersabda, “Aku dan orangorang yang memelihara anak yatim di surga seperti ini beliau menunjukkan jari telunjuk dan jari tengah serta merenggangkan antara keduanya.” (HR. Bukhari)

Hadis 2
عن ابي هريرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلّم خَيْرٌ بَيْتٍ في الْمُسْلِمِيْنَ بَيْتٌ فيه يضتِيْمٌ يُحْسَنُ اِلَيْهِ وَشَرُّ بَيْتٍ فالمُسْلِمِيْنَ بَيْتٌ فيه يتيمٌ يُساءُ اِلَيْهِ (رواه ابن ماجه)
Artinya: Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baik rumah seorang muslim adalah rumah yang di dalamnya ada anak yatim dan diasuhdengan baik. Seburuk-buruk rumah orang Islam adalah rumah yang di dalamnya ada anak yatim yang diperlakukan dengan jahat.” (HR. Ibnu Majah).

c. Penjelasan Hadis
Hadis di atas mengajarkan kepada kita untuk peduli terhadap anak yatim. Seseorang yang mau peduli terhadap anak yatim dengan cara memeliharanya secara layak, memberikan pendidikan dan pelatihan yang bermanfaat, membesarkan jiwanya dengan perlakuan yang baik dan wajar, akan memperoleh kedudukan yang tinggi di surga bersama nabi Muhammad Saw. Kebersamaannya di surga Rasulullah digambarkan layaknya kedekatan antara jari telunjuk dan jari tengah.
Anak yatim adalah anak-anak yang belum baligh yang ditinggal mati orang tuanya, atau salah satunya. Di Indonesia dikenal dengan istilah yatim piatu, atau anak yang ditinggal mati oleh keduanya. Setelah kematian salah satu dari kedua orang tuanya maka orang yang pertama kali harus bertanggung jawab adalah ahli warisnya. Mereka berkewajiban untuk memelihara, memberikan kehidupan serta pendidikan yang layak, mengajarkan moralitas dan membangkitkan etos kerja guna mempersiapkan masa depan yang mandiri.
Sama halnya dengan anak-anak lainnya, anak-anak yatim ini juga membutuhkan bimbingan dan kasih sayang orang tua dalam rangka perkembangan kepribadiannya. Namun, mereka tidak mendapatkan hal tersebut karena ayah atau ibunya telah tiada. Maka, diperlukan orang lain yang dapat menggantikan peran orang tua guna menuntun mereka ke jalan yang benar. Karena anak-anak yang kehilangan orang tua ini tidak akan tumbuh dengan baik dan seimbang, baik dari segi jasmani, mental, maupun spiritual tanpa kasih sayang orang-orang di sekitarnya. Maka dari itu, diperlukan orang tua asuh untuk membangkitkan jiwa dan karakternya yang terpuruk dan terbelakang, sekaligus menggantikan peran kedua orang tuanya. Tindakan menyelamatkan generasi dari anak-anak yatim ini tentu tidak mudah, dan memerlukan perjuangan dan keikhlasan yang sangat besar.

Sebagian masyarakat selama ini memahami bahwa menyantuni anak yatim hanya terbatas pada kebutuhan fisik, seperti memenuhi kebutuhan sandang dan pangan. Dan kebanyakan dari mereka tidak mempertimbangkan perihal pendidikan, pembekalan skil, dan aspek psikologis lainnya. Padahal, selain kebutuhan makanan dan pakaian anak-anak yatim yang tinggal di panti maupun di rumahnya sendiri juga membutuhkan pendidikan dan bekal skil yang dapat dikembangkan kelak ketika mereka dewasa. Di samping itu, mereka merindukan fi gur orang tua yang menjadi tempat bertukar pikiran dan curahan hati. Oleh karena itu, seharusnya pemberian bantuan fi sik disertai pula dengan komunikasi pribadi yang intens untuk memahami kebutuhan psikologis maupun pengembangan bakat dan minat anak yang bermanfaat bagi masa depannya.
Hal ini sebagaimana dijelaskan Rasulullah Saw. pada hadis tersebut bahwa orang yang menyantuni anak yatim dengan baik, ia akan berada di surga bersanding bersama Rasulullah Saw.

Demikian pula pada Hadis kedua bahwa rumah yang paling mulia dalam pandangan Nabi Muhammad adalah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim dan diasuh dengan baik. Sebaliknya, seburuk-buruk rumah yaitu bila di dalamnya ada anak yatim tapi disia-siakan. Jika demikian halnya maka keberkahan hidup tidak akan pernah terpancar dari rumah tersebut beserta penghuninya.[8]
5.      Mensimulasikan Sikap Tolong Menolong dan Peduli terhadap Anak Yatim Sesuai Kandungan Surah al-Kautsar dan al-Ma’un
Siswa kelas 2 Madrasah  Tsanawiyah berasal dari berbagai daerah. Tingkat kemampuan ekonomi wali murid pun amat berbada. Beberapa wali murid yang berdomisili di kota ada yang menjadi pengusaha swasta dan pegawai negeri. Sementara itu wali murid yang berdomisili di desa pun juga demikian halnya. Sebagian mereka menjadi pedagang kayu yang sukses, sebagian menjadi petani yang sukses dan sebagainya.
Setelah mempelajari surah al-kautsar dan al-Maun, guru agama kelas dua bermaksud mengajak para siswa yang berasal dari keluarga mampu untuk mengamalkan isi kandungan kesua surah tersebut.[9]















Rangkuman

1.      Surat al-Kautsar dan al-Ma’un adalah surat yang mengungkap informasi dari Allah bahwa kaum Muslimin harus mempunyai dan selalu menumbuh kembangkan sikap kepedulian sosial terhadap orang lain
2.      Kepedulian sosial dalam surat al-Kautsar diwujudkan dengan menyembelih kurban dengan niat semata-mata karena Allah Swt.
3.      Kepedulian sosial dalam surat al-Ma’un di wujudkan dalam bentuk
- Tidak menyia-nyiakan anak yatim dan menyantuni fakir miskin
- Menganjurkan untuk memberi makan orang miskin dan memberi sesuatu yang dapat berguna bagi orang lain.
4. Dalam surah al-Ma'un, Allah Swt. menjelaskan tentang ciri-ciri orang yang mendustakan agama, yaitu:
a. Menyia-nyiakan anak yatim
b. Melalaikan shalat
c. Bersikap ria
d. Enggan memberi pertolongan.
5. Mencintai anak yatim adalah perintah agama yang mengandung pahala besar.
6. Keutamaan orang yang mencintai anak yatim adalah ia akan berada di surga bersama Rasulullah. Kedekatannya diumpamakan jari telunjuk dan jari tengah.
7. Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat.[10]



[1] Kementerian Agama Indonesia, Buku Guru Al-Qur’an Hadits , (Jakarta: Kementerian Agama, 2015), hlm. 6-7.
[2]  Kementerian Agama Indonesia, Buku Siswa  Al-Qur’an Hadits , (Jakarta: Kementerian Agama, 2015), hlm. 3
[3] T. Ibrahim dan H. Darsono, Pemahaman Al-Qur’an dan Hadis 2 untuk Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah, (Solo: AQILA, 2015), hlm. 8-9
[4]  Kementerian Agama Indonesia, Buku Siswa  Al-Qur’an Hadits , (Jakarta: Kementerian Agama, 2015), hlm. 9.
[5] Kementerian Agama Indonesia, Buku Siswa  Al-Qur’an Hadits , (Jakarta: Kementerian Agama, 2015), hlm. 13-19.
[6] Ibrahim dan H. Darsono, Op.Cit., hlm.25.
[7] Kementerian Agama Indonesia, Buku Siswa  Al-Qur’an Hadits , (Jakarta: Kementerian Agama, 2015), hlm. 22.
[8] Kementerian Agama Indonesia, Buku Guru Al-Qur’an Hadits , (Jakarta: Kementerian Agama, 2015), hlm. 51-59.
[9]  T. Ibrahim dan H. Darsono, Pemahaman Al-Qur’an dan Hadis 2 untuk Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah, (Solo: AQILA, 2015), hlm. 44.
[10] Kementerian Agama Indonesia, Buku Siswa  Al-Qur’an Hadits , (Jakarta: Kementerian Agama, 2015), hlm. 39.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contact Person

Whatapps : 081542574782

MapleStory Finger Point