1. Konsep Kepedulian Sosial
menurut
QS.
al-Kautsar
[107]
dan
QS.
al-Ma‘un [107]
a. Kepedulian Sosial
Kepedulian
berasal dari akar kata peduli, yaitu memperhatikan atau menghiraukan. Menaruh peduli berarti menaruh perhatian atau
menghiraukan sesuatu. Kepedulian
adalah sikap memperhatikan atau menghiraukan urusan orang lain (sesama anggota masyarakat). Kepedulian sosial bukan berarti
mencampuri urusan orang lain, lebih dari
itu untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi orang lain dengan tujuan kebaikan.
Mengapa
manusia perlu memiliki kepedulian sosial? Karena manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa menjalin hubungan kerjasama
dengan orang lain. Kerjasama tersebut dapat terjalin harmonis
manakala masing-masing pihak memiliki
kepedulian sosial.
Di dalam Islam
sikap semacam ini sangat dianjurkan sebab mempunyai dampak positif. Di antara dampak positif
tersebut antara lain terwujudnya sikap tolong menolong sehingga menumbuhkan kerukunan dan kebersamaan. Selain
itu, untuk menumbuhkan
kepekaan dan kepedulian sosial ada berbagai cara yang harus ditempuh, antara lain:
a. Menyadari bahwa
rezeki berasal dari Allah. Maka,
jika Dia menghendaki dapat diambil sewaktu-waktu.
b. Menyadari bahwa kepedulian sosial termasuk ibadah yang akan mendapatkan
pahala dari Allah Swt.
c. Menjauhkan diri dari sifat
rakus (tamak) dan kikir.
Konsep-konsep
kepedulian sosial ini terdapat pada surah al-Kautsar dan al-Ma'un.
2. Surah Al-Kautsar dan Al-Ma‘un Tentang Kepedulian Sosial
a. Surah al-Kautsar
إِنَّآ
أَعۡطَيۡنَٰكَ ٱلۡكَوۡثَرَ ١ فَصَلِّ
لِرَبِّكَ وَٱنۡحَرۡ ٢ إِنَّ شَانِئَكَ
هُوَ ٱلۡأَبۡتَرُ ٣
b. Terjemah Surah
1. Sesungguhnya Kami telah memberikan
kepadamu nikmat yang banyak.
2. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu;
dan berkorbanlah
3. Sesungguhnya orang-orang yang membenci
kamu dialah yang terputus.
c. Penjelasan
surah
Surah
al-Kautsar terdiri dari 3 ayat, dan termasuk
di antara surat-surat Makkiyah.
Surah ini mengabarkan tentang
anugerah Allah Swt. berupa kebajikan
yang melimpah kepada Nabi
Muhaammad Saw.
yang sangat banyak, baik dalam hal
kedudukannya sebagai Nabi maupun pribadi. Adapun
isi kandungan surah al-Kautsar sebagai berikut:
Ayat 1; menerangkan tentang nikmat Allah
yang melimpah yang telah diberikan kepada Nabi Muhammad Saw. Kenikmatan yang melimpah itu disebut
al-Kautsar.
Ayat 2;
menerangkan tentang dua perintah kepada Nabi Muhammad Saw. khususnya, dan
umat Islam pada umumnya. Kedua perintah itu adalah pelaksanaan shalat dan kurban. Pelaksanaan dua
perintah tersebut sebagai bukti rasa syukur
atas limpahan nikmat Allah yang
begitu banyak
Ayat 3;
menerangkan perihal orang yang membenci Nabi Muhammad Saw. dan risalahnya.
Kebencian ini akan mengakibatkan terputus dari rahmat-Nya. Selain itu, dalam ayat ini juga terdapat
lafaz al-abtar. Kata ini bermula dari ba-ta-ra yang berarti putus atau terputus. Semula kata
ini untuk menjuluki binatang yang
tidak memiliki ekor. Kemudian kata
ini mengalami perluasan makna sehingga digunakan
untuk menyebut orang-orang yang tidak memiliki keturunan anak laki-laki.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan,
isi kandungan surah al-Kautsar
menjelaskan tentang nikmat Allah yang dianugerahkan kepada Nabi Muhammad Saw. Dengan kenikmatan inilah, Allah memerintahkan Nabi untuk bersyukur
dengan mendirikan shalat dan berkurban sepenuh hati. Sedangkan
orang-orang yang membenci Nabi
Muhammad tidak akan mendapatkan kebaikan
di dunia dan akhirat,
dan termasuk orang yang merugi.
d. Surah Al-Ma‘un [107]
أَرَءَيۡتَ
ٱلَّذِي يُكَذِّبُ بِٱلدِّينِ ١ فَذَٰلِكَ
ٱلَّذِي يَدُعُّ ٱلۡيَتِيمَ ٢ وَلَا
يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ ٱلۡمِسۡكِينِ ٣ فَوَيۡلٞ لِّلۡمُصَلِّينَ ٤ ٱلَّذِينَ هُمۡ
عَن صَلَاتِهِمۡ سَاهُونَ ٥ ٱلَّذِينَ
هُمۡ يُرَآءُونَ ٦ وَيَمۡنَعُونَ
ٱلۡمَاعُونَ ٧
e. Terjemah surah
1. Tahukah kamu (orang)
yang mendustakan agama?
2. Itulah orang yang
menghardik anak yatim,
3. dan tidak menganjurkan
memberi makan orang miskin.
4. Maka kecelakaanlah bagi
orang-orang yang shalat,
5. (yaitu) orang-orang
yang lalai dari shalatnya,
6. orang-orang yang
berbuat riya’.
7. dan enggan (menolong
dengan) barang berguna.
f. Penjelasan Surah
Ayat 1-3;
menjelaskan tentang pendusta agama. Mereka adalah orang-orang yang menghardik
(menyia-nyiakan) anak yatim dan enggan memberi makan orang miskin.
Ayat 4-7;
menjelaskan perihal orang-orang yang melaksanakan shalat tapi mendapat celaka.
Kecelakan itu disebabkan mereka lalai atau mengabaikan waktu shalatnya.
Orang
yang melalaikan shalatnya termasuk pendusta agama. Di samping itu, juga menjelaskan
tentang sifat riya’, atau orang-orang yang berbuat baik demi memperoleh
pujian dan sanjungan dari orang lain, bukan ikhlas karena Allah.
Dalam
menerangkan tentang riya’ Al-Ghazali mengatakan jika seseorang
menampilkan amal ibadahnya dengan tujuan untuk diperhatikan orang lain, hingga
ia mendapatkan tempat di dalam hatinya. Dan orang yang bersikap riya’
termasuk pendusta agama karena ia sama halnya telah menyekutukan Allah Swt.
Ayat 7; merupakan salah satu
ajaran tentang larangan berperilaku bakhil atau kikir, dan sikap enggan memberi
bantuan kepada orang lain. Perilaku ini termasuk pendustaan terhadap agama.
Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan, isi surah al-Ma’un menjelaskan tentang
sifat manusia yang dipandang sebagai pendusta agama, di antaranya:
a)
Orang-orang yang menghardik anak yatim
b) Enggan memberi bantuan kepada orang lain yang sangat mem-butuhkan.
c)
Tidak memberi makan fakir miskin.
d)
Orang yang lalai dalam shalat dan bersikap riya’.
Berkaitan dengan hal di atas, ada dua pengertian tentang
menghardik anak yatim. Pertama,
menghardik secara verbal; kedua, menghardik secara non verbal.
Menghardik secara verbal yaitu dengan kata-kata kasar. Sedangkan menghardik
yang bersifat nonverbal, misalnya, bertutur kata lembut dengan mereka tapi tidak
memperhatikan makan, pakaian, dan pendidikan yang layak buat mereka.
Orang-orang yang berperilaku demikian akan mendapatkan balasan dari Allah,
sebagaimana ditegaskan dalam surah an-Nisa’ ayat 10 bahwa mereka diibaratkan
menelan api dalam perutnya dan akan masuk ke dalam api neraka yang
menyala-nyala.
إِنَّ ٱلَّذِينَ يَأۡكُلُونَ أَمۡوَٰلَ
ٱلۡيَتَٰمَىٰ ظُلۡمًا إِنَّمَا يَأۡكُلُونَ فِي بُطُونِهِمۡ نَارٗاۖ
وَسَيَصۡلَوۡنَ سَعِيرٗا
Artinya,
“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya
mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang
menyala-nyala (neraka).”
Demikian
pula dengan menghina anak yatim. Seseorang yang melakukan perbuatan ini sama
halnya sedang menempuh perjalanan ke neraka. Karena anak-anak yatim adalah orang-orang
yang disayangi Rasulullah Saw. Apalagi doa anak yatim itu cepat dikabulkan
Allah Swt. Dengan demikian, barangsiapa menyakiti hati mereka, berarti ia melapangkan
jalan menuju neraka.
3. Hadis Tolong
Menolong dan Mencintai Anak Yatim
a. Hadis Tentang Tolong Menolong
Hadis 1
عَنْ اِبْنُ شِهاَبٍ اَنِّ
ساَلِمَ بْنَ عَبْد اللَّهِ بْنِ عُمَرَ اَخْبَرَهُ اَنَّ عَبْد اللَّهِ بْنَ
عُمَرَ اَخْبَرَهُ اَنَّ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلىَ اللَّهُ عَلَيْهِ ؤَسَلَّمَ قاَ
لَ : الْمُسْلِمُ اَخُوْ الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَ لاَ يُسْلِمُهُ مَنْ كاَ
نَ فِيْ حاَ جَةِ اَخِيْهِ كَا نَ اللَّهُ عَزَّ وِجَلَّ فِيْ حاَ جَتِهِ وَمَنْ
فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ بِهاَ كُرْبَةً مِنْ
كُرْبِ يَوْمٍ الْقِياَمَةِ وَمَنْ سَترَ مُسْلِماً سَترَاللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَوْمَ
الْقِياَمَةِ ( رواه البخاري)
Artinya: Dari
Ibn Syihab, sesungguhnya Salim bin Abdullah telah mengkahabarkankepadanya bahwa
sesungguhnya Abdullah bin Umar RA. mengabarkan, Rasulullah Saw.. bersabda, “Muslim
yang satu adalah saudara muslim yang lain. Oleh karena itu, ia tidak boleh
menganiaya dan menyerahkannya (kepada musuh).Barangsiapamemperhatikan kepentingan
saudaranya, Allah akan memperhatikan kepentingannyaBarangsiapa membantu
kesulitan seorang muslim, maka Allah akan membantu kesulitannya dari beberapa
kesulitannya pada hari kiamat kelak. Dan, barangsiapa menutupi (aib) seorang
muslim, Allah akan menutupi (aib)nya pada hari kiamat.” (HR. Bukhari)
Hadis 2
مَنْ نَفْسَ عَنْ مُؤْمِنٍ
كُرْبَةً مِنْ كُراَبِ الدّنْياَنَفَّسَ اللَّهُ عِنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُراَبِ
يَوْمَ الْقِياَمَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلىَ مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَليْهِ فىِ الدّنْيا
وَالاَخِرَةِ وَمَنْ سَترَ مُسْلِماً
سَترَاللَّهُ فىَ الدُّنْياَ وَالاَخِرَةِ وَاللَّهُ فىِ عَوْنِ الْعَبْدِ
ماَ كاَنَ الْعَبْدُ فىْ عَوْنَ اَحِيْهِ (رواه مسلم عن ابي هريرة)
Artinya:
“Barangsiapa melapangkan seorang mukmin
dari satu kesusahan dunia, Allah akan melapangkannya dari salah satu kesusahan
di hari kiamat. Barangsiapa meringankan penderitaan seseorang, Allah akan meringankan penderitaannya di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan menutupi (aib)nya di dunia dan akhirat. Allah akan menolong
seorang hamba selama hamba itu mau menolong saudaranya. (HR.
Muslim dari Abu Hurairah).
b. Penjelasan Hadis
Hadis Pertama:
Rasulullah
Saw. mengajarkan kita untuk saling
tolong-menolong. Tolong menolong atau ta’awun merupakan keharusan bagi setiap orang. Karena manusia tidak bisa hidup di dunia tanpa pertolongan orang lain. Setiap pekerjaan, apapun bentuknya, pasti
membutuhkan kerjasama dengan orang lain.
Di samping itu, tolong menolong dibutuhkan tidak hanya dalam urusan pekerjaan, melainkan dalam hal-hal nasihat-menasihati dalam
kebaikan, anjuran berbuat kebajikan,
dan lain sebagainya. Hal ini sebagaimana tercermin dalam firman Allah
Swt.
وَلَا تَعَاوَنُواْ
عَلَى ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوَٰنِۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ
ٱلۡعِقَابِ ٢
Artinya: “…
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah
kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah itu amat berat siksa-Nya.”(QS.al-Maidah
[5]: 2)
Di samping itu, ta’awun
adalah salah satu cara menjaga Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan dalam
Islam). Tidak ada artinya ketika kita menganggap orang lain sebagai
saudara, tapi tidak memberikan bantuan manakala ia sedang membutuhkan. Tolong
menolong dan bahu-membahu menjadi tuntuntan dalam kehidupan bermasyarakat.
Misalnya, ketika tetangga kita sedang menderita sakit maka selayaknya kita
menjenguk dan mendoakannya. Atau tatkala orang-orang di sekitar kita mengalami suatu musibah, hendaknya kita membesarkan hatinya dengan
mengunjunginya atau menghiburnya. Sebab kehadiran kita akan membantu
meringankan beban mereka danmenjadi pelipulara dalam kehidupannya.
Dalam
hal ini, Rasulullah Saw. telah mengajarkan untuk saling tolong menolong dalam
bermasyarakat. Beliau mengibaratkan sikap semacam ini sebagai bangunan yang
saling menguatkan satu sama lain:
Artinya: “Mukmin
yang satu dengan yang lainnya bagaikan sebuah bangunan yang saling menguatkan
antara sebagian dengan sebagian lainnya. (Rasulullah Saw. sambil memasukkan
jari-jari tangan ke sela jari-jari lainnya) (HR. Bukhari)
Coba kalian
renungkan:
Sebuah batu bata
tampak lemah bila ia hanya teronggok sendirian tanpa yang lainnya. Demikian
juga, ratusan bahkan ribuan batu bata tetap tampak lemah jika hanya berserakan
tanpa kesatuan yang dapat menguatkan mereka. Akan tetapi, bila ribuan batu bata
itu tersusun dengan rapi dan sesuai dengan aturan yang berlaku, seperti ditata
dengan rancang-bangun yang presisi, direkatkan dengan semen yang bercampur air
dan pasir, dan lain sebagainya maka akan menjadi sebuah banguan yang kokoh.
Batu bata tidak lagi sebagai batu bata, tetapi menjadi dinding dan bangunan
yang kuat, yang berfungsi sebagai rumah, hotel, istana, gerbang, dan lain
sebagainya. Demikian inilah permisalan yang digambarkan Rasulullah berkaitan
dengan pentingnya sikap saling tolong menolong, terutama dengan sesama Muslim.
Dalam Hadis di
atas juga dijelaskan, Allah Swt. mengapresiasi orang yang mau membantu
keperluan saudaranya. Dia akan membantunya dalam memenuhi kebutuhan dan
mengabulkan hajatnya. Seseorang yang mau melepaskan kesusahan orang lain, ia
akan dilepaskan dari kesusahannya di hari kiamat. Dan orang yang suka menutupi
aib orang lain, aibnya pun akan ditutupi oleh Allah pada hari kiamat kelak.
Hadis
Kedua: Menjelaskan tentang sikap hidup yang
harus ditumbuhkembangkan dalam kehidupan bermasyarakat. Sikap tersebut antara
lain: Kesediaan melapangkan kesusahan, meringankan beban penderitaan; menjaga
atau menutupi aib saudaranya, dan kesediaan menolong sesama. Jika sikap
tersebut tertanam dalam dada seorang muslim, sekaligus menjadi karakter yang
dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari maka Allah Swt. akan membalas dengan
balasan yang sama; dilapangkan, diringankan, ditutupi aibnya dan memperoleh
pertolongan Allah dari kesusahan-kesusahan pada hari kiamat.
b. Hadis Tentang Mencintai Anak Yatim
Hadis 1
عَنْ سَهْلٍ بن سَعْدٍ رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله
عليه وسلم :اَنَا وَكاَ فِلُ الْيَتِيْمِ في الْجَنَّةِ هكَذأ وَاَشاَ رَ بِالسّباَ بَةِ
وَالْوُسْطىَ وَاَشاَرَ بَيْنَهُمَا (رواه البحاري)
Artinya:
Dari Sahl bin Sa’ad ra. barkata, Rasulullah Saw bersabda, “Aku dan
orangorang yang memelihara anak yatim di surga seperti ini beliau menunjukkan
jari telunjuk dan jari tengah serta merenggangkan antara keduanya.” (HR.
Bukhari)
Hadis 2
عن ابي هريرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه
وسلّم خَيْرٌ بَيْتٍ في الْمُسْلِمِيْنَ بَيْتٌ فيه يضتِيْمٌ يُحْسَنُ اِلَيْهِ
وَشَرُّ بَيْتٍ فالمُسْلِمِيْنَ بَيْتٌ فيه يتيمٌ يُساءُ اِلَيْهِ (رواه ابن ماجه)
Artinya:
Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baik rumah
seorang muslim adalah rumah yang di dalamnya ada anak yatim dan diasuhdengan
baik. Seburuk-buruk rumah orang Islam adalah rumah yang di dalamnya ada anak
yatim yang diperlakukan dengan jahat.” (HR. Ibnu Majah).
c. Penjelasan Hadis
Hadis
di atas mengajarkan kepada kita untuk peduli terhadap anak yatim. Seseorang
yang mau peduli terhadap anak yatim dengan cara memeliharanya secara layak,
memberikan pendidikan dan pelatihan yang bermanfaat, membesarkan jiwanya dengan
perlakuan yang baik dan wajar, akan memperoleh kedudukan yang tinggi di surga
bersama nabi Muhammad Saw. Kebersamaannya di surga Rasulullah digambarkan
layaknya kedekatan antara jari telunjuk dan jari tengah.
Anak
yatim adalah anak-anak yang belum baligh yang ditinggal mati orang tuanya, atau
salah satunya. Di Indonesia dikenal dengan istilah yatim piatu, atau anak yang ditinggal
mati oleh keduanya. Setelah kematian salah satu dari kedua orang tuanya maka
orang yang pertama kali harus bertanggung jawab adalah ahli warisnya. Mereka
berkewajiban untuk memelihara, memberikan kehidupan serta pendidikan yang
layak, mengajarkan moralitas dan membangkitkan etos kerja guna mempersiapkan
masa depan yang mandiri.
Sama
halnya dengan anak-anak lainnya, anak-anak yatim ini juga membutuhkan bimbingan
dan kasih sayang orang tua dalam rangka perkembangan kepribadiannya.
Namun, mereka tidak mendapatkan hal tersebut karena ayah atau ibunya telah
tiada. Maka, diperlukan orang lain yang dapat menggantikan peran orang tua guna
menuntun mereka ke jalan yang benar. Karena anak-anak yang kehilangan orang tua
ini tidak akan tumbuh dengan baik dan seimbang, baik dari segi jasmani, mental,
maupun spiritual tanpa kasih sayang orang-orang di sekitarnya. Maka dari itu,
diperlukan orang tua asuh untuk membangkitkan jiwa dan karakternya yang
terpuruk dan terbelakang, sekaligus menggantikan peran kedua orang tuanya.
Tindakan menyelamatkan generasi dari anak-anak yatim ini tentu tidak mudah, dan
memerlukan perjuangan dan keikhlasan yang sangat besar.
Sebagian
masyarakat selama ini memahami bahwa menyantuni anak yatim hanya terbatas pada
kebutuhan fisik, seperti memenuhi kebutuhan sandang dan pangan. Dan kebanyakan
dari mereka tidak mempertimbangkan perihal pendidikan, pembekalan skil, dan
aspek psikologis lainnya. Padahal, selain kebutuhan makanan dan pakaian
anak-anak yatim yang tinggal di panti maupun di rumahnya sendiri juga
membutuhkan pendidikan dan bekal skil yang dapat dikembangkan kelak ketika
mereka dewasa. Di samping itu, mereka merindukan fi gur orang tua yang menjadi
tempat bertukar pikiran dan curahan hati. Oleh karena itu, seharusnya pemberian
bantuan fi sik disertai pula dengan komunikasi pribadi yang intens untuk
memahami kebutuhan psikologis maupun pengembangan bakat dan minat anak yang
bermanfaat bagi masa depannya.
Hal ini
sebagaimana dijelaskan Rasulullah Saw. pada hadis tersebut bahwa orang yang
menyantuni anak yatim dengan baik, ia akan berada di surga bersanding bersama
Rasulullah Saw.
Demikian pula
pada Hadis kedua bahwa rumah yang paling mulia dalam pandangan Nabi Muhammad
adalah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim dan diasuh dengan baik.
Sebaliknya, seburuk-buruk rumah yaitu bila di dalamnya ada anak yatim tapi
disia-siakan. Jika demikian halnya maka keberkahan hidup tidak akan pernah
terpancar dari rumah tersebut beserta penghuninya.
1. Mensimulasikan Sikap Tolong Menolong dan
Peduli terhadap Anak Yatim Sesuai Kandungan Surah al-Kautsar dan al-Ma’un
Siswa kelas 2
Madrasah Tsanawiyah berasal dari
berbagai daerah. Tingkat kemampuan ekonomi wali murid pun amat berbada.
Beberapa wali murid yang berdomisili di kota ada yang menjadi pengusaha swasta
dan pegawai negeri. Sementara itu wali murid yang berdomisili di desa pun juga
demikian halnya. Sebagian mereka menjadi pedagang kayu yang sukses, sebagian menjadi
petani yang sukses dan sebagainya.
Setelah
mempelajari surah al-kautsar dan al-Maun, guru agama kelas dua bermaksud
mengajak para siswa yang berasal dari keluarga mampu untuk mengamalkan isi
kandungan kesua surah tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar