SEMESTER 2
BAB IV

|
|
|
|
Kompetensi Inti (KI)
KI 1
|
Menghargai
dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
|
KI 2
|
Menghargai, dan
menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (toleransi, gotong royong),
santun,
percaya
diri,
dalam
berinteraksi
secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
|
KI 3
|
Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan Rasa Keingintahuanmu
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
|
KI 4
|
Mengolah, menyaji dan menalar, dalam ranah
konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan
membuat) dan ranahabstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang
sama dalam sudut pandang/teori.
|
Kompetensi
Dasar (KD) dan Indikator

3.1.
Memahami ketentuan
|
3.1.1
|
Menjelaskan
pengertian hukum bacaan Lam dan
|
|
hukum
bacaan Lam
|
|
Ra’ dalam
Q.S Al- Humazah (104), Q.S
|
|
Dan Ra
dalam Q.S. al-
|
|
At-Takatsur
(102), dan
|
Surah-surah
lain dalam
|
Humazah
(104),
Q.S
|
|
Al-Qur
an
|
|
At-Takatsur (102), dan
|
3.1.2
|
Menjelaskan
ciri-ciri hukum bacaan Lam dan
|
|
Surah-surah
lain dalam Al-
|
|
Ra’ dalam
Q.S Al- Humazah (104), Q.S
|
|
Qur’an
|
|
At-Takatsur
(102), dan
|
Surah-surah
lain dalam
|
|
|
Al-Qur
an
|
|
|
3.1.3
|
Mendiskripsikan
cara membunyikan hukum bacaan
|
|
|
|
Lam dan Ra’ dalam
Q.S Al- Humazah (104), Q.S
|
|
|
|
At-Takatsur
(102), dan Surah-surah lain dalam
|
|
|
|
Al-Qur
an
|
|
|
3.1.4
Mengidentifikasi hukum
|
bacaan Lam dan
|
|
|
|
Ra’ dalam
Q.S Al- Humazah (104), Q.S
|
|
|
|
At-Takatsur
(102), dan Surah-surah lain dalam
|
|
|
|
Al-Qur
an
|
|
|
3.1.5
|
Menyimpulkan
cara membaca bacaan Lam dan
|
|
|
|
Ra’ dalam
Q.S Al- Humazah (104), Q.S
|
|
|
|
At-Takatsur
(102), dan Surah-surah lain dalam
|
|
|
|
Al-Qur
an
|
|
4.1. Menerapkan hukum
|
4.1.1
Mempraktikkan bacaan Lam dan Ra’ dalam Q.S
|
||
bacaan
Lam dan Ra’
|
|
Al- Humazah (104), Q.S At-Takatsur (102), dan
|
|
dalam
Q.S Al- Humazah
|
|
Surah-surah lain dalam
|
Al-Qur an
|
(104), Q.S At-Takatsur
|
|
|
|
(102),
dan Surah-surah
|
|
|
|
lain
dalam Al-Qur an
|
|
|
|
Membaca al-Qur’an harus benar dan sesuai dengan kaidah ilmu
Tajwid. Apabila salah dalam membaca akan merusak arti dan makna yang terkandung
di dalamnya. Membaca al-Qur’an dengan benar juga akan menambah kekhusu’an dan
menambah pahala ibadah. Selain itu nantinya akan menjadikan kita mendapat
syafa’at di akhirat. Agar kita mampu membaca al-Qur’an dengan baik dan benar
kalian harus mempelajari Ilmu Tajwid dengan teliti. Nah pada kesempatan ini
kalian akan mempelajari Ilmu Tajwid yaitu hukum bacaan Lam dan Ra.
A. Hukum Bacaan Lam ( ل )
Di
dalam Ilmu Tajwid hukum bacaan Lam ada dua macam, yaitu :
1. Lam tafkhim ( تفحيم ) tebal / Mufakhkhamah.
Apabila ada huruf Lam (ل ) dalam
lafzul jalalah ( الله ) yang didahului oleh
huruf yang berharakat fathah ( ـَـ ) atau damah ( ـُـ ). Maka harus dibaca
tafkhim atau tebal. Lam yang terdapat dalam lafzull Jalalah dinamakan lam
jalalah. Cara mengucapkannya ialah dengan menjorokkan kedua bibir ke depan.
Contoh : - Lafzul Jalalah ( الله ) yang didahului oleh
huruf yang berharakat fathah
اللهُ - قُلْ
هُوَاللهُ أَحَدٌ - شَهِدَ اللهُ - لاَإِلٰهَ إِلاَّ
اللهُ معَ
- Lafzul Jalalah ( الله ) yang
didahului oleh huruf yang berharakat damah وَرَحْمَة ُاللهِ
- يُؤْتِيَهمُ الله خَيْرًا - يُحْبِبْكُمُ اللهُ -
عَبْدُ اللهِ .
2. Lam Tarqiq (ترقيق ) Tipis / Muraqqaqah
Huruf Lam dibaca Tarqiq ada dalam dua
keadaan, yaitu :
a. Lam yang terdapat pada Lafzul jalalah ( الله ) dan didahului
oleh huruf yang
berharakat kasrah. ( ـِـ ). Posisi mulut tidak
menjorok kedepan.
Contoh : بِسْمِ اللهِ -
فِىْ رَسُوْلِ اللهِ - فِىْ دِيْنِ اللهِ أَفْوَاجًا
b. Semua Lam yang terdapat dalam lafal selain lafzul jalalah
Contoh : وَعَلَّمَ -
لِكُلِّ - لُمَزَةٍ
B. Hukum Bacaan Ra (ر )
Hukum bacaan ra ( ر ) dibagi menjadi
tiga , yaitu :
1. Ra Tafhim ( تفحيم )
artinya ra yang dibaca tebal .
Ra dibaca tebal. Apabila memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
a.
Jika huruf ra berharakat fathah atau fathatain ( رَ / رً
)
Contoh : - Ra difathah
رَبُّكُمْ - رَبِّ الْفَلَقِ
- غُفِرَلَهُ - اَلَمْ تَرَ :
ر
- Ra
difathatain نَارًا -
خَيْرًا - طَيْرًا - شرًا
رً
b. Jika ra berharakat dammah atau
dammatain ( رُ / رٌ ) Contoh : - Ra
dammah رُزِقْنَا -
كَفَرُوْا - أَكْبَرُ - نَصْرُاللهِ
رُ
- Ra dhammatain غفورٌ -
أجرٌ - مَبرُورٌ - نورٌ رٌ
c. Jika ra berharakat sukun jatuh
sesudah huruf yang difathah atau didammah ( + رْ ـُـ / رْ +
ـَـ )
Contoh :
- Ra sukun jatuh sesudah huruf difathah ( رْ + ـَـ )
وَأَرْسَلَ - تَرْمِيْهِمْ - فَأَ ثَرْنَ بِهِ -
وَانْحَرْ
- Ra sukun jatuh sesudah huruf didammah ( ــُ + رْ )
تُرْحَمُوْنَ - مُرْسَلِيْنَ - قُرْآنٌ -
مُرْتَفَقًا
d. Jika ra berharakat sukun didahului
oleh huruf yang berharakat kasrah tetapi kasrahnya tidak asli dari kalimat
itu. ( رْ ِ
/ kasrah tidak asli )
Contoh : اِرْجِعِىْ -
اِرْكَبْ - اِرْحَمْنَا
e. Jika ra berharakat sukun sedangkan huruf
sebelumnya berharakat kasrah asli, namun sesudah ra sukun itu ada huruf ISTI’LA
( إسـتـعـلاء ) yang tidak dikasrah (huruf isti’la tidak dikasrah
+ رْ + ِ / kasrah asli ). Sedangkan huruf isti’la
itu ialah ص - ض - ط - ظ -
خ - غ - ق
Contoh : قِرْطَاسٌ -
مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ - مِرْصَادٌ
.
2. Tarqiq ( ترقيق ) tipis / Muraqqaqah.
Ra tarqiq atau muraqqaqah ialah ra yang
dibaca tipis. Di dalam ilmu tajwid ra ( ر ) dibaca tipis
jika memenuhi persyatan-persyaratan., yaitu :
a. Jika ra berharakat kasrah atau kasratain (
ِر / ٍر )
Contoh : - Ra dikasrah
ِ رِمَاحُكُم ْ - كَرِيْمٌ - مِنَ
الرِّّجَالِ
- Ra dikasratain
( لَفِىْ حُسْرٍ
b. Jika ra berharakat
sukun dan huruf sebelumnya berharakat kasrah asli tetapi sesudah
ra sukun bukan huruf isti’la. ( bukan huruf isti’la + رْ + ـِـ
).
Contoh : فِرْعَوْنَ -
فَبَشِّرْهُ - وَأَنْذَرْبِهِ - مِْرفَقًا
c. Jika ra diwaqafkan dan
huruf sebelumnya ya sukun ( ra waqaf + يْ )
Contoh :شَيْئٍ قَدِ يْرٌ-
وَهُوَالسَّمِيْعُ الْخَبِيْر سَمِيْع ٌبَصِيْرٌ- لَكُم
ُالْخَيْرُ
d. Jika ra diwaqafkan dan
huruf sebelumnya dikasrah ( ra waqaf + ـِـ )
Contoh :وَلاَ ناَصِرَ
- هُوَالْكَافِرُ - بِمُصَيْطِرٍ.
C. Jawazul Wajhain ( جواز الوجهين
) artinya boleh dibaca tebal dan boleh dibaca tipis Huruf ra
boleh dibaca tafkhim atau tarqiq jika ra itu disukun dan huruf sebelumnya
dikasrah sedangkan setelah ra sukun itu ada huruf isti’la yang dikasrah. (huruf
isti’la yang dikasrah + رْ + ِ
)
Contoh :مِنْ عِرْضِهِ
- بِحِرْصٍ
D.
Menerapkan Hukum Bacaan Lam
dan Ra’ dalam Al-Quran Surah
Al-Humazah dan at-Takatsur.
Untuk lebih memperdalam
pengetahuan kalian tentang hukum bacaan lam dan ra’, bukalah
al-Quran dan bacalah surat al-Humazah dan at-Takatsur di bawah ini dengan
memperhatikan kalimat yang mengandung hukum bacaan lam dan ra’.
Ucapkanlah huruf lam dan ra’ yang ada di dalamnya sesuai dengan
kaidah-kaidah yang telah kalian pelajari.
1.
al-Humazah
وَيۡلٞ لِّكُلِّ هُمَزَةٖ
لُّمَزَةٍ ١ ٱلَّذِي جَمَعَ مَالٗا وَعَدَّدَهُۥ
٢ يَحۡسَبُ أَنَّ مَالَهُۥٓ أَخۡلَدَهُۥ
٣ كَلَّاۖ لَيُنۢبَذَنَّ فِي ٱلۡحُطَمَةِ
٤ وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا ٱلۡحُطَمَةُ ٥ نَارُ
ٱللَّهِ ٱلۡمُوقَدَةُ ٦ ٱلَّتِي تَطَّلِعُ عَلَى ٱلۡأَفِۡٔدَةِ ٧ إِنَّهَا عَلَيۡهِم مُّؤۡصَدَةٞ ٨ فِي عَمَدٖ مُّمَدَّدَةِۢ ٩
2. at-Takatsur
أَلۡهَىٰكُمُ ٱلتَّكَاثُرُ ١ حَتَّىٰ زُرۡتُمُ ٱلۡمَقَابِرَ ٢ كَلَّا سَوۡفَ تَعۡلَمُونَ ٣ ثُمَّ كَلَّا سَوۡفَ تَعۡلَمُونَ ٤ كَلَّا لَوۡ تَعۡلَمُونَ عِلۡمَ ٱلۡيَقِينِ
٥ لَتَرَوُنَّ ٱلۡجَحِيمَ ٦ ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا
عَيۡنَ ٱلۡيَقِينِ ٧ ثُمَّ لَتُسَۡٔلُنَّ
يَوۡمَئِذٍ عَنِ ٱلنَّعِيمِ ٨
No
|
Lafadz
|
Hukum Bacaan
|
1.
|
|
|
2.
|
|
|
3.
|
|
|
4.
|
|
|
5.
|
|
|
6.
|
|
|
7.
|
|
|
8.
|
|
|
9.
|
|
|
10.
|
|
|
Rangkuman
1. Hukum bacaan lam ada dua, yaitu: lam tafkhim dan
lam tarqiq.
2. Hukum bacaan ra’ ada tiga, yaitu: ra’ tarqiq;
ra’ tafkhim; jawazul wajhain.
3. Ra’ dibaca tafkhim
(tebal) karena beberapa keadaan, di antaranya:
a. Jika ra’ berharakat fathah atau fathatain
b. Jika ra’ berharakat dhamah atau dhammatain
c. Jika ra’ sukun jatuh setelah huruf berharakat fathah
atau dhamah.
d. Jika ra’ sukun dan huruf sebelumnya berharakat kasrah
tetapi kasrahnya tidak asli dari kalimat tersebut.
e. Jika ra’ sukun sedangkan huruf sebelumnya berharakat kasrah
asli, namun sesudah ra’ sukun ada huruf isti’la ( إستعلاء ) yang tidak kasrah
(huruf isti’la tidak di-kasrah)
4. Jawazul wajhain ialah
ra’ yang dapat dibaca tipis atau tebal
5. Huruf isti’la adalah huruf-huruf yang makhraj-nya
terletak pada pangkal lidah sebelah atas.[1]
BAB V
Kuraih ketenangan hidup
dengan menghindari sifat tamak
Kompetensi Inti (KI)
KI
1
|
Menghargai dan menghayati ajaran agama yang
dianutnya
|
KI
2
|
Menghargai, dan
menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (toleransi, gotong royong),
santun,
percaya
diri,
dalam
berinteraksi
secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
|
KI
3
|
Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan Rasa Keingintahuanmu
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
|
KI
4
|
Mengolah, menyaji dan menalar, dalam ranah
konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan
membuat) dan ranahabstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang
sama dalam sudut pandang/teori.
|
Kompetensi
Dasar (KD) dan Indikator

3.2 Memahami isi kandungan
|
3.2.1
|
Menjelaskan pengertian tamak
|
|
Q.S al-Humazah (104)
|
3.2.2
|
Menterjemahkan surah Q.S
al-Humazah (104) dan
|
|
dan Q.S. at-Takatsur (102)
|
|
Q.S at-Takatsur (102)
|
|
tentang sifat cinta dunia
|
3.2.3
|
Menjelaskan isi kandungan
|
surah Q.S al-Humazah
|
dan melupakan
|
|
(104) dan Q.S at-Takatsur (102)
tentang sifat cinta
|
|
Kebahagiaan hakiki
|
|
Dunia
dan melupakan kebahagiaan hakiki
|
|
|
3.2.4
|
Mengidentifikasi isi
|
Kandungan surah Q.S
|
|
|
Q.S at-Takatsur (102)
|
al-Humazah (104) dan
|
|
|
tentang sifat cinta dunia
|
Dan melupakan
|
|
|
kebahagiaan hakiki
|
|
|
3.2.5
|
Menunjukkan
contoh sikap yang sesuai dengan isi
|
|
|
|
Kandungan Q.S al-Humazah (104)
dan Q.S at-
|
|
|
|
Takatsur (102) tentang sifat
cinta dunia dan
|
|
|
melupakan kebahagiaan
|
hakiki
|
|
4.2 Mensimulasikan sikap yang
|
4.2.1
|
Menunjukkan contoh sikap yang
sesuai dengan
|
|
sesuai dengan isi kandungan
|
|
isi kandungan Q.S al-Humazah
(104) dan Q.S at-
|
|
Q.S al-Humazah (104) dan
|
|
Takatsur (102) tentang sifat
cinta dunia dan
|
|
Q.S at-Takatsur (102) tentang
|
|
Melupakan
kebahagiaan hakiki
|
|
sifat cinta dunia dan melupa-
|
|
|
|
Kan kebahagiaan hakiki
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
|
|
|
|
|
|
|
|
1.
Tamak terhadap Harta
Islam menganjurkan
pemeluknya untuk bekerja mencari nafkah dengan cara baik dan halal. Dengan
bekerja, manusia akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya berupa sandang, pangan,
dan papan. Selain untuk memenuhi kebutuhan hidup, harta benda juga harus
dimanfaatkan untuk tujuan beribadah kepada Allah Swt.
Tahukah kalian,
kepemilikan harta yang melimpah terkadang bisa memunculkan perilaku buruk,
yaitu kecintaan berlebihan terhadap harta benda atau tamak? Dikarenakan
kecintaannya terhadap harta yang mendalam, sebagian manusia hendak menimbun
harta untuk kepentingan pribadi. Semakin bertambah jumlah harta seseorang maka
akan memunculkan sikap serakah dan hasrat yang tak terkendali terhadap harta
kekayaan. Ia akan selalu berusaha mengejar dan mencari kekayaan dengan segala
macam cara. Tak peduli halal atau haram, yang penting harta benda dapat
terkumpul dalam genggamannya. Ia pun tidak akan pernah merasa puas dan
bersyukur terhadap apa yang dimilikinya, dan senantiasa berusaha meraih segala
sesuatu yang belum menjadi miliknya. Sikap seperti inilah yang disinyalir Allah
dalam al-Quran surat at-Takatsur bahwa sejatinya manusia memiliki kecenderungan
untuk tamak dan serakah terhadap harta. Keinginan untuk mengumpulkan kekayaan
sebanyak-banyaknya tidak pernah berakhir dalam diri manusia sampai ia masuk ke
liang lahat.
a.
Pengertian
tamak
Pada zaman sekarang, banyak manusia
yang lebih mengejar kehidupan mewah dan berlaku konsumtif daripada hidup
sederhana dan apa adanya. Padahal, salah satu efek negatif dari gaya hidup
konsumtif adalah menumbuhkan sifat tamak terhadap harta. Lantas, apakah yang
dimaksud dengan tamak terhadap harta?
Tamak terhadap harta adalah suatu
keinginan yang besar untuk memperoleh harta sebanyak-banyaknya. Hal ini
didorong oleh kecintaan yang berlebihan terhadap harta, atau bisa juga dipicu
lewat pergaulan dan gaya hidup hedonis dan konsumtif.
Islam tidak melarang seseorang untuk
mencintai harta. Hanya saja Islam mengingatkan agar kecintaannya terhadap harta
itu bukan dijadikan sebagai tujuan hidup. Sebab tujuan hidup manusia tidak
terletak pada kecukupan harta, tetapi kepuasan ruhani yang mengantarkan manusia
pada kenikmatan hidup yang hakiki di masa yang akan datang.
Selain itu, al-Quran juga
mengungkapkan bahwa harta dan anak-anak tidak lain hanyalah perhiasan dunia.
Namun, yang lebih hakiki dan abadi yaitu amal-amal saleh manusia sebagai bekal
kehidupan di akhirat kelak. Coba renungkan firman Allah dalam surah al-Kahfi
[18] ayat 46, berikut :
ٱلۡمَالُ وَٱلۡبَنُونَ زِينَةُ ٱلۡحَيَوٰةِ
ٱلدُّنۡيَاۖ وَٱلۡبَٰقِيَٰتُ ٱلصَّٰلِحَٰتُ خَيۡرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَابٗا وَخَيۡرٌ
أَمَلٗا ٤٦
Artinya: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi
amalan-amalan yang kekal lagi saleh itu lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu
serta lebih baik untuk menjadi harapan.”(QS. al-Kahfi [18]: 46)
Lain halnya dengan pernyataan dalam
surah at-Takatsur. Kecenderungan manusia untuk berbanyak-banyak harta tidak
akan selesai hingga kematian menjemputnya. Sepanjang hayat masih dikandung
badan keinginan manusia untuk menambah dan mengumpulkan harta tidak akan putus.
Semakin bertambah kekayaan yang diperoleh dan dikuasainya, semakin tinggi pula
semangatnya untuk menambah kekayaan. Bahkan dalam sebuah Hadis yang
diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, Rasulullah Saw. bersabda: “Seandainya
manusia ada yang memiliki dua lembah yang penuh dengan emas maka dia akan tetap
mengharapkan mempunyai lembah yang ketiga.”
b. Akibat Buruk dari Sifat Tamak terhadap Harta
Perilaku-perilaku
negatif yang ditimbulkan dari sifat tamak antaralain:
a)
Bakhil. Sikap ini
dipicu karena cinta harta secara berlebihan sehingga enggan berbagi dengan
orang lain yang membutuhkan.
b)
Egois, atau suatu
sikap mementingkan diri sendiri
c)
Individualis, sikap
tidak peduli dengan lingkungannya.
d)
Ambisius; hasrat
berpacu untuk memperoleh harta sebanyak-banyaknya.
e)
Menjadikan harta
sebagai “berhala”(sesuatu yang dipuja-puja dan diimpikan) sehingga melalaikan
tujuan kehidupan hakiki (akhirat).
Demikianlah, sifat tamak terhadap
harta akan membuat pelakunya semakin jauh dengan Allah Swt. karena ia akan
mencintai harta dan sedikit demi sedikit fmelupakan Allah Swt. sebaagai Dzat
yang Maha Mencukupi dan Maha Memberi.
Selanjutnya, kita akan membahas
Surat al-Humazah dan at-Takatsur. Di dalam kedua surat ini terkandunng
peringatan Allah Swt.agar kita tidak tamak terhadap harta benda. Di samping
itu, surah ini juga menggambarkan perihal ancaman Allah bagi orang-orang yang
suka mencela, menimbun harta, bermegah-megahan dengan hartanya, serta enggan
menafkahkan harta di jalan Allah.
2.
Kandungan Surah al-Humazah dan at-Takatsur
Surah al-Humazah dan
at-Takatsur adalah dua surah yang membahas tentang sifat orang yang tamak
terhadap harta. Untuk mengetahui lebih lanjut kandungan surah ini, mari kita
pelajari dengan sungguh-sungguh!
a.
Surah
al-Humazah
Pembahasan surah al-Humazah meliputi
lafal, terjemah, dan penjelasan
surah.
a) Lafal dan terjemahan
surah al-Humazah
وَيۡلٞ لِّكُلِّ هُمَزَةٖ
لُّمَزَةٍ ١ ٱلَّذِي جَمَعَ مَالٗا وَعَدَّدَهُۥ
٢ يَحۡسَبُ أَنَّ مَالَهُۥٓ أَخۡلَدَهُۥ
٣ كَلَّاۖ لَيُنۢبَذَنَّ فِي ٱلۡحُطَمَةِ
٤ وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا ٱلۡحُطَمَةُ ٥ نَارُ
ٱللَّهِ ٱلۡمُوقَدَةُ ٦ ٱلَّتِي تَطَّلِعُ عَلَى ٱلۡأَفِۡٔدَةِ ٧ إِنَّهَا عَلَيۡهِم مُّؤۡصَدَةٞ ٨ فِي عَمَدٖ مُّمَدَّدَةِۢ ٩
Artinya: “Celakalah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya. Dia mengira
bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya. Sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia
benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah. Dan tahukah kamu apa Huthamah
itu? (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan, yang (membakar)
sampai ke hati. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka, (sedang mereka
itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.”
b) Asbabun Nuzul
Dalam salah satu riwayat dikatakan,
‘Utsman dan Ibnu ‘Umar berkata: “Masih segar terngiang di telinga kami bahwa
ayat ini (surah al-Humazah 1-2) turun berkenaan dengan Ubay bin Khalaf, seorang
tokoh Quraisy yang kaya raya. Ia selalu mengejek dan menghina Rasul dengan
kekayaannya.”Demikianlah yang diriwayatkan Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari
‘Utsman dan Ibnu ‘Umar.
c) Penjelasan Ayat
Surah al-Humazah termasuk di antara
surah Makkiyah. Surah ini terdiri dari sembilan ayat. al-Humazah berarti
pengumpat, salah satu sifat tercela dan dilarang oleh agama.
Adapun pokok kandungan surah
al-Humazah adalah sebagai berikut:
Ayat 1; menjelaskan tentang orang yang
suka mencela dan mengumpat akan celaka.
Ayat 2; menjelaskan tentang perilaku orang
kafir yang gemar mengumpulkan harta dan sibuk menghitung kekayaannya. Mereka
lebih berkonsentrasi pada kehidupan dunia yang fana daripada mencari hidayah
Allah Swt. dan memikirkan kehidupan akhirat yang abadi.
Ayat 3, menjelaskan tentang perilaku orang
kafir yang menganggap bahwa harta yang dimiliki bisa membawa pada kesenangan
selama-lamanya.
Ayat 4; Allah menjelaskan bahwa semua
anggapan orang kafir itu salah, dan kekayaan yang mereka miliki tidak ada manfaatnya.
Mereka akan mendapat balasan dari perbuatannya, yaitu dilempar ke neraka
Huthamah.
Ayat 5-7; menjelaskan tentang tempat bagi
pencela dan pengumpat, yaitu neraka Huthamah, dengan api yang akan membakar hingga
masuk ke dalam hati mereka.
Ayat 8-9; menjelaskan keadaan mereka di
dalam neraka Huthamah. Mereka tidak dapat keluar karena sudah ditutup rapat dan
diikat di tiang-tiang panjang.
Setelah kalian memahami kandungan
surah al-Humazah, pasti kalian akan berpikir lebih jauh untuk sedapat mungkin menghindari
perilaku-perilaku buruk yang diungkapkan dalam surah tersebut. Maka, yakinlah
bahwa kalian sanggup, dan mohonlah perlindungan dari Allah karena Dia-lah
sebaik-baik tempat berlindung.
Ketahuilah, ancaman bagi orang-orang
yang tidak mampu menghindari sifat-sifat buruk yang terungkap dalam surah
al-Humazah adalah neraka Huthamah. Sifat api Huthamah berbeda dengan api yang
berada di dunia. Api Huthamah dapat menyusup masuk ke rongga badan, hingga
membakar hati. Mereka pun akan terkunci rapat di dalam neraka. Sehingga setiap
kali mereka hendak keluar karena merasakan kesengsaraan, niscaya mereka akan
dikembalikan lagi ke dalamnya. Begitulah seterusnya penderitaan yang mereka
alami.
b. Surah at-Takatsur
Pembahasan surah at-Takatsur
meliputi lafal surah, terjemah dan penjelasannya.
a) Lafal dan Terjemah
Surah at-Takatsur
أَلۡهَىٰكُمُ ٱلتَّكَاثُرُ ١ حَتَّىٰ زُرۡتُمُ ٱلۡمَقَابِرَ ٢ كَلَّا سَوۡفَ تَعۡلَمُونَ ٣ ثُمَّ كَلَّا سَوۡفَ تَعۡلَمُونَ ٤ كَلَّا لَوۡ تَعۡلَمُونَ عِلۡمَ ٱلۡيَقِينِ
٥ لَتَرَوُنَّ ٱلۡجَحِيمَ ٦ ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا
عَيۡنَ ٱلۡيَقِينِ ٧ ثُمَّ لَتُسَۡٔلُنَّ
يَوۡمَئِذٍ عَنِ ٱلنَّعِيمِ ٨
Artinya: “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu
akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak
kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan
yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahim dan sesungguhnya
kamu benar-benar akan melihatnya dengan `ainul yaqin, kemudian kamu pasti akan
ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia
itu).”
b) Asbabun Nuzul
Surah at-Takatsur ayat 1-2 turun
berkenaan dengan dua kabilah Anshar; Bani Haritsah dan Banil Harits yang saling
menyombongkan diri dengan kekayaan dan keturunannya. Mereka saling bertanya,
“Apakah kalian mempunyai pahlawan segagah dan secekatan si Fulan?” Mereka
saling menyombongkan diri dengan kedudukan dan kekayaan orang-orang yang masih
hidup. Mereka juga saling mengajak pergi ke kuburan untuk menyombongkan
kepahlawanan golongannya yang sudah gugur dengan menunjukkan kuburannya.
Ayat ini turun sebagai teguran
kepada orang-orang yang hidup bermegah-megah sehingga ibadahnya kepada Allah
terabaikan. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu
Buraidah)
c) Penjelasan Ayat
Surah at-Takatsur terdiri dari
delapan ayat, dan termasuk golongan surat Makiyyah. At-Takatsur artinya
bermegah-megahan. Seakan-akan ayat ini hendak mengungkap-kan penyebab
kecelakaan itu karena saling memperbanyak kenikmatan duniawi, yang
mengakibatkan mereka enggan untuk kalah bersaing. Mereka mengunggulkan
kenikmatan harta benda dan anak-anak. Keengganan untuk kalah bersaing itu
mendorong mereka untuk mengangung-agungkan leluhur mereka demi membuktikan
keunggulan satu sama lain. Hingga hal ini melalaikan mereka dari ibadah kepada
Allah sampai ajal menjemput.
Pokok kandungan surah at-Takatsur
tentang perilaku manusia yang suka bermegah-megahan dalam soal kehidupan
duniawi sehingga menyebabkan melalaikan dari tujuan hidupnya.
Allah Swt. sangat mencela perilaku
bermegah-megahan dan saling membanggakan status sosial. Di akhirat nanti Allah
akan menyediakan tempat bagi mereka yaitu neraka Jahim, dan mereka benar-benar
kekal di dalamnya. Di akhir surah ini, Allah menegaskan bahwa pada hari kiamat
nanti manusia akan dimintai pertanggung-jawaban tentang kenikmatan yang
dibangga-bangakan ketika di dunia itu.
Setelah kalian memahami kandungan
surah at-Takatsur, pasti timbul keinginan untuk menghindari perbuatan-perbuatan
tercela tersebut dengan segala daya upaya dan ridha dari Allah Swt.
Surah al-Humazah dan at-Takatsur
mempunyai keterkaitan erat, yaitu :
1.
Surah al-Humazah dan
at-Takatsur sama-sama mengungkap tentang perilaku orang-orang yang membanggakan
kemewahan dunia dan bermegah-megahan, hingga melalaikan kehidupan akhirat.
2.
Orang yang
bermegah-megahan itu menganggap bahwa ia akan memperoleh kenikmatan yang abadi.
Padahal, kehidupan dunia bersifat sementara, sedangkan kelak mereka pasti akan
dimintai pertanggungjawaban tentang harta yang mereka bangga-banggakan di
dunia.
3.
Kedua surah ini
sama-sama mengiformasikan tentang ancaman siksa neraka. Mereka yang suka
mencela dan mengumpat akan berada di neraka Huthamah, sedangkan orang-orang
yang suka bermegah-megahan dan membanggakan harta hingga melalaikan tujuan
kehidupan akhirat akan berada di neraka Jahim.
Setelah kalian mempelajari kandungan
kedua surah di atas, kalian harus bisa mengambil hikmah dari penjelasan di
atas. Berikut adalah beberapa cara untuk menghindari ancaman neraka, antara
lain:
1.
Tidak membanggakan
harta yang dimilikinya.
2.
Memilih pola hidup
sederhana tapi bermartabat.
3.
Tidak menjadikan harta
kekayaan sebagai tujuan hidup.
4.
Harta kekayaan tidak
menjadikan lalai kepada Allah Swt.
5.
Bersikap selektif
dengan tidak menghalalkan segala cara.
6.
Mencari harta yang
halal dan thayyib.
7.
Menanamkan kesadaran
bahwa harta kekayaan yang dimiliki merupakan amanah yang akan dimintai
pertanggungjawaban di hadapan Allah Swt.[2]
Rangkuman
1. Tamak terhadap harta adalah suatu keinginan yang sangat besar untuk memperoleh harta
sebanyak-banyaknya. Perilaku tersebut termasuk
kategori akhlak mazmumah.
2. Kandungan QS. al-Humazah dan at-Takatsur memiliki keterkaitan
yang sangat erat, di antaranya:
a. Keduanya menerangkan tentang keadaan orang yang bangga dan
bermegahmegahan dengan kehidupan dunia.
b. Orang yang bermegah-megahan menganggap dirinya akan
memperoleh kenikmatan abadi. Padahal, sejatinya kehidupan dunia bersifat
sementara. Mereka lupa bahwa mereka akan dimintai pertanggungjawaban atas harta
yang mereka miliki dan mereka bangga-banggakan di dunia.
c. Keduanya sama-sama mengabarkan perihal ancaman Allah terhadap
orang yang bangga dan bermegah-megahan dalam hal kehidupan dunia hingga
melalaikan kehidupan akhirat. Ancaman itu berupa neraka Hawiyah dan neraka
Jahim.
d. Kehidupan dunia merupakan lahan untuk menyemai bibit-bibit
kebajikan yang akan kita panen di akhirat kelak.[3]
Bab vi
Keseimbangan hidup di dunia dan
akhirat
Kompetensi Inti (KI)
![]() |
Menghargai dan menghayati ajaran agama yang
dianutnya
|
KI
2
|
Menghargai, dan
menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (toleransi, gotong royong),
santun,
percaya
diri,
dalam
berinteraksi
secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
|
KI
3
|
Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan Rasa Keingintahuanmu
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
|
KI
4
|
Mengolah, menyaji dan menalar, dalam ranah
konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan
membuat) dan ranahabstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang
sama dalam sudut pandang/teori.
|
Kompetensi
Dasar (KD) dan Indikator

3.3 Memahami isi kandungan Hadis
tentang perilaku keseimbangan hidup di dunia dan akhirat riwayat Ibnu Asakir dari Anas
3.3.1
Menjelaskan pengertian hidup seimbang
3.3.2
Menerjemahkan Hadis tentang perilaku keseimbangan hidup di dunia dan akhirat riwayat Ibnu Asakir dari Anas
لَيْسَ بِخَيْرِ كُمْ مَنْ تَرَكَ
دُنْيَاهُ لِاخِرَتِهِ
Dan Hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah
اَلْمُؤْ مِنُ اْلقَوِيُّ خَيْرٌوَاَحَبُّ اِلَى اللهِ مِنَ
اْلمُؤْمِنِ
Dan Hadis
riwayat Al-Bukhari dari Zubair bin Awwam
لَاءَنْ يَاءْخُذَ اَحَدُ كُمْ
اَحْبَلاً فَيَأْ خُذَحُزْمَةً
3.3.3 Mengidentifikasi sikap
hidup yang sesuai Hadis tentang keseimbangan hidup di dunia dan akhirat riwayat
Ibnu Asakir dari Anas
لَيْسَ بِخَيْرِ كُمْ مَنْ تَرَكَ
دُنْيَاهُ لِاخِرَتِهِ
Dan Hadis riwayat Muslim dari Abu
Hurairah
اَلْمُؤْ مِنُ اْلقَوِيُّ
خَيْرٌوَاَحَبُّ اِلَى اللهِ مِنَ اْلمُؤْمِنِ
Dan Hadis riwayat Al-Bukhari dari
Zubair bin Awwam
لَاءَنْ يَاءْخُذَ اَحَدُ كُمْ
اَحْبَلاً فَيَأْ خُذَحُزْمَةً
4.3 Menyajikan data tentang sikap hidup yang seimbang antara kehidupan
dunia dan kehidupan akhirat sesuai Hadis tentang keseimbangan hidup di dunia
dan akhirat riwayat Ibnu Asakir dari Anas
لَيْسَ بِخَيْرِ كُمْ مَنْ تَرَكَ
دُنْيَاهُ لِاخِرَتِهِ
Dan
Hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah
اَلْمُؤْ مِنُ اْلقَوِيُّ خَيْرٌوَاَحَبُّ
اِلَى اللهِ مِنَ اْلمُؤْمِنِ
Dan
Hadis riwayat Al-Bukhari dari Zubair Awwam
لَاءَنْ يَاءْخُذَ اَحَدُ كُمْ
اَحْبَلاً فَيَأْ خُذَحُزْمَةً
4.3.1
Menunjukkan sikap yang mencerminkan isi kandungan Hadis sesuai Hadis
Tentang
tentang keseimbangan hidup di dunia dan akhirat riwayat Ibnu Asakir dari Anas لَيْسَ بِخَيْرِ كُمْ مَنْ تَرَكَ
دُنْيَاهُ لِاخِرَتِهِ
Dan
Hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah
اَلْمُؤْ مِنُ اْلقَوِيُّ
خَيْرٌوَاَحَبُّ اِلَى اللهِ مِنَ اْلمُؤْمِنِ
Dan
Hadis riwayat Al-Bukhari dari Zubair Awwam
لَاءَنْ يَاءْخُذَ اَحَدُ كُمْ
اَحْبَلاً فَيَأْ خُذَحُزْمَةً
1. Konsep
Keseimbangan Hidup Dunia dan Akhirat
a. Lafal Hadis
لَيْسَ بِخَيْرِ كُمْ مَنْ تَرَكَ دُنْيَاهُ لِاخِرَتِهِ وَلاَ اخِرَتَهُ لِدُنْيَاهُ حَتّى يُصِيْبُ مِنْهُمَاجَمِيْعًا
فَاِنَّ الدَّنْيَا بَلَاغٌ اِلَى اْلاخِرَةِ وَلَاتَكُوْنُوْا
كَلًّ عَلَى النَّاسِ ( رواه ابن عسا كرعن انس )
اَلْمُؤْ مِنُ اْلقَوِيُّ خَيْرٌوَاَحَبُّ اِلَى اللهِ مِنَ
اْلمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ وَفِى كُلٍّ خَيْرٌ
اِحْرِصْ عَلَى مَايَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِا للهِ
وَلَاتَعْجِرْ ( رواه عن ابى هريرة
)
لَاءَنْ يَاءْخُذَ اَحَدُ كُمْ اَحْبَلاً فَيَأْ خُذَحُزْمَةً
مِنْ حَطَبٍ فَيَبِيْعَ فَيَكُفَّ اللهُ بِهِ وَجْهَهُ
خَيْرٌ مِنْ اَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ اُعْطِيَ اَمْ مُنِعَ
(رواه البخارى عن الزبير بن العوام)
b. Terjemah Hadis
Hadis Pertama
Bukanlah orang yang baik diantara kamu yang meninggalkan
kepentingan dunia untuk mengejar akhirat atau meninggalkan akhirat untuk
mengejar dunia sehingga dapat memadukan keduanya. Sesungguhnya kehidupan dunia
mengantarkan kamu menuju kehidupan akhirat. Janganlah kamu menjadi beban orang
lain. (HR. Ibnu Asakir dari anas)
Hadis kedua
Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada
mukmin yang
lemah, sedangkan pada masing-masing ada kebaikannya.
Bersemangatlah kamu untuk mencapai sesuatu yang bermanfaat bagimu. Mohonlah
pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu merasa tak berdaya. (HR. Muslim
dari Abu Hurairah)
Hadis ketiga
Sungguh jika salah seorang diantara kamu membawa seutas tali untuk
mencari seikat kayu bakar, lalu kayu itu dijual sehingga Allah mencukupkan
kebutuhan hidupnya dengan hasil jualannya, itu lebih baik daripada
meminta-minta kepada orang lain, baik diberi atau ditolak (HR. al-Bukhari)
Hadis Riwayat Ibnu ’Asakir dari Anas di atas mengandung beberapa
pelajaran yang perlu kita cermati. Adapun beberapa pelajaran yang dapat kita
ambil dari sabda Rasulullah Saw. tersebut di atas ialah :
a) Tidak dibenarkan orang Islam lebih mengutamakan kehidupan
akhiratnya hingga melalaikan kehidupan dunianya. Begitu pula sebaliknya
mengejar kehidupan dunia hingga melupakan akhiratnya juga bukanlah hal yang
baik.
b) Yang terbaik dalam Islam adalah adanya perhatian yang
seimbang antara kehidupan dunia dan akhirat
c) Kehidupan dunia perlu diperhatikan bukanlah sebagai tujuan
hidup, akan tetapi sebagai sarana untuk mencapai kehidupan akhirat
d) Dengan adanya perhatian yang seimbang antara kehidupan dunia
dan akhirat, Allah Swt. berjanji akan memberikan kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat.
e) Agama Islam melarang pemeluknya menjadi beban yang
memberatkan bagi orang lain. Maka wajib bagi umat Islam berusaha dengan keras
untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri. Sehingga tidak akan menjadi beban
orang lain.
c. Kandungan Hadis
Beberapa
pelajaran yang terkandung dalam Hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah ialah :
a) Orang mukmin yang kuat
lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah., dari pada orang mukmin yang lemah.
b) Hadis ini merupakan
motivasi bagi Umat Islam untuk menjadi umat yang kuat. Kuat yang dimaksud
adalah kuat dalam berbagai hal diantaranya ialah:
1) Kuat iman, yaitu
imannya teguh dan tidak terpengaruh oleh situasi dan kondisi apapun.
2) Kuat ilmu, yaitu
memiliki ilmu dan wawasan yang luas. Sehingga dengan ilmunya itu akan dapat
memperjuangkan Islam dengan benar.
3) Kuat ekonomi, yaitu
hidup kecukupan sehingga akan dapat memperjuangkan Islam dengan mudah. Karena
ditopang dengan harta yang cukup.
4) Kuat semangat, yaitu
memiliki semangat yang kuat dalam segala aspek kehidupan. Dengan semangat ini
berarti telah memiliki modal yang besar untuk mencapai kejayaan Islam.
5) Kuat fisik, yaitu badan
sehat dan tidak sakit-sakitan. Dengan badan yang sehat ini akan dapat menopang
terhadap perjuangan Islam.
Memperhatikan uraian di atas, maka tidaklah berlebihan kalau
dikatakan bahwa seorang mukmin yang kuat merupakan aset yang besar dan syarat bagi
tercapainya kejayaan Islam
Oleh karena itu setiap mukmin harus memiliki semangat yang kuat
untuk berusaha mencapai cita-citanya yang mulia. Agar cita-cita yang mulia
dapat tercapai, maka selain harus berusaha dengan semangat yang tinggi, setiap
mukmin wajib berdo’a dan minta pertolongan kepada Allah Swt.
Hadis riwayat al-Bukhari dari Zubair bin Awwam mengandung beberapa
pelajarann yang bisa kita ambil berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup
sehari-hari.
Beberapa pelajaran itu antara lain :
a)
Motivasi untuk bekerja guna memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya.
b) Untuk tidak merasa rendah diri dalam melakukan pekerjaan yang
halal meskipun harus mencari kayu bakar.
c) Bekerja dengan semampunya untuk memenuhi kebutuhan diri dan
keluarganya jauh lebih mulia ketimbang meminta-minta kepada orang lain.
d) Meminta-minta kepada orang lain adalah perbuatan yang tidak
terhormat dan seharusnya dijauhi oleh setiap muslim.
e) Wajib bagi setiap muslim memiliki penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, sehingga tidak menjadi beban orang lain.
2. Menjelaskan Keterkaitan Kandungan Hadis dalam Perilaku
Keseimbangan Hidup di Dunia dan Akhirat dalam Fenomena Kehidupan dan Akibatnya
Memperhatikan kandungan ketiga Hadis di atas, maka dapatlah kita
ketahui bahwa terdapat keterkaitan yang erat antara Hadisyang satu dengan Hadis
yang lain hubungannya dengan fenomena kehidupan setiap manusia. Keterkaitan
ketiga Hadis tersebut dalam fenomena kehidupan manusia sehari-hari dan akibat
(dampak positif) bagi kehidupan manusia adalah sebagai berikut :
a. Keterkaitan Kandungan Hadis
Hadis pertama mengajarkan tentang keseimbangan dalam perhatiannya
terhadap kehidupan dunia dan akhirat. Jadi tidak benar meninggalkan dunianya
demi kepentingan akhiratnya, begitu pula sebaliknya. Islam melarang kepada
pemeluknya menjadi beban orang lain. Ini berarti mendorong untuk hidup mandiri.
Hadis kedua mengandung motivasi agar hidup penuh semangat dan
untuk selalu minta pertolongan kepada Allah sehingga akan menjadi orang mukmin
yang kuat. Karena orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh
Allah Swt..
Hadis ketiga merupakan dorongan yang sangat kuat untuk bekerja
keras dalam rangka memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya, apapun pekerjaannya
yang penting halal.
Hal ini akan dapat menghindari perilaku meminta-minta kepada orang
lain.
Kesimpulan yang dapat kita ambil setelah memperhatikan kandungan
ketiga Hadis tersebut ialah bahwa setiap muslim haruslah memiliki perilaku
dalam kehidupan sehariharinya sebagai berikut :
a) berusaha menyeimbangkan antara urusan dunia dan akhirat.
b) berusaha untuk menjadi orang mukmin yang kuat dalam segala
bidang.
c) mempunyai semangat yang tinggi dalam meraih sesuatu yang
bermanfaat dan mulia.
d) selalu memohon pertolongan kepada Allah Swt. dalam segala
hal.
e) mau bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup diri dan
keluarganya.
f) Tidak mau meminta-minta dan menjadi beban orang lain.
b. Akibat (Dampak Positif)
Dampak positif yang akan dapat diperoleh umatIslam ketika
menerapkan ajaran-ajaran yang terkandung pada ketiga Hadis di atas ialah :
a) Akan tercapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
b) Dapat memenuhi kebutuhan hidup sendiri sehingga tidak
meminta-minta dan
menjadi beban orang
lain.
c) Memiliki pribadi yang mandiri.
d) Menjadi mukmin yang kuat dalam segala bidang.
e) Terasa selalu dekat kepada Allah Swt. sehingga hidupnya
tenang.
f) Dapat memperjuangkan Islam dengan kekuatan yang maksimal.
g) Menjadi orang yang terhormat sehingga tidak menjadi bahan
cemoohan orang, disegani oleh musuh-musuh Islam sehingga tidak senantiasa
diganggu mereka.[4]
3. Menyajikan Data Tentang Sikap Hidup yang Seimbang antara
Dunia dan Akhirat Sesuai Kandungan Hadis
Berikut ini adalah indikasi
dimilikinya perilaku yang mencerminkan keseimbangan hidup dunia dan akhirat
a.
Berusaha secara wajar dalam mencapai kesejahteraan hidup di
dunia dan tidak terlampau bernafsu untuk mencapainya.
b.
Tidak tampak terlampau gembira sampai melebihi batas kewajiban
bila dapat memperoleh keuntungan dunia.
c.
Tidak terlampau bersedih bila belum dapat mencapai kesejahteraan
hidup di dunia dengan tetap bersabar dan berusaha.
d.
Pandai-pandai mensyukuri nikmat Allah yang diterima dengan cara
memanfaatkannya sesuai petunjuk agama.
e.
Gemar mengeluarkan sebagian harta, tenaga maupun pikiran untuk
kepentingan agama dan kemanusiaan.
f.
Rajin dan tekun beribadah di samping berusaha mencara
penghidupan.[5]
Rangkuman
1. Tujuan hidup
manusia adalah untuk mencapai kebahagian hidup dunia dan akhirat
2. Dunia merupakan
sarana menuju kehidupan di akhirat.
3. Orang Islam harus mempunyai semangat yang kuat untuk mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat dan dilarang menjadi beban orang lain
4. Bekerja keras dengan menjual kayu bakar itu lebih baik dan
lebih terhormat dari pada meminta-minta belas kasihan orang lain.[6]
DAFTAR
PUSTAKA
Agama
Indonesia, Kementerian.2015. Buku
Siswa Al-Qur’an Hadits . Jakarta:
Kementerian Agama.
Agama
Indonesia, Kementerian.2015. Buku
Guru Al-Qur’an Hadits . Jakarta:
Kementerian Agama.
T.
Ibrahim dan H. Darsono. 2015.Pemahaman Al-Qur’an dan Hadis 2 untuk
Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah. Solo: AQILA..
[1] Kementerian Agama Indonesia, Buku Siswa Al-Qur’an Hadits , (Jakarta:
Kementerian Agama, 2015), hlm. 44-52.
[2] Kementerian Agama Indonesia,
Buku Guru Al-Qur’an Hadits , (Jakarta: Kementerian Agama, 2015), hlm.
103-109.
[3] Kementerian Agama Indonesia, Buku Siswa Al-Qur’an Hadits , (Jakarta:
Kementerian Agama, 2015), hlm. 63.
[4] Kementerian Agama Indonesia, Buku Siswa Al-Qur’an Hadits , (Jakarta:
Kementerian Agama, 2015), hlm. 70-73.
[5] T. Ibrahim dan H. Darsono, Pemahaman Al-Qur’an dan Hadis 2
untuk Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah, (Solo: AQILA, 2015), hlm. 116.
[6] Kementerian Agama Indonesia,
Buku Siswa Al-Qur’an Hadits ,
(Jakarta: Kementerian Agama, 2015), hlm. 76.
Radong blas pak
BalasHapus