BAB I
Kompetensi Inti


KI
1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
KI 2 Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya
KI 3 Memahami
pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan Rasa
Keingintahuanmu nya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
KI 4 Mengolah, menyaji dan
menallar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi,
dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan
mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama
dalam sudut pandang/teori
Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator

3.1. Memahami ketentuan
|
3.1.1
|
Menjelaskan pengertian hukum
bacaan mad’Iwadh,
|
|
hukum bacaan mad
|
mad Layyin, dan mad ‘aridh lissukun dalam
Al-
|
||
‘Iwadh, mad Layyin, dan
|
Quran surah-surah pendek
|
pilihan
|
|
mad ‘aridh lissukun dalam
|
3.1.2
|
Menjelaskan ciri-ciri hukum
bacaan mad ‘Iwadh,
|
|
al-Quran surah-surah
|
mad Layyin, dan mad ‘aridh lissukun dalam
al-
|
||
pendek pilihan
|
Quran surah-surah pendek
|
pilihan
|
|
3.1.3
|
Mendiskripsikan cara
membunyikan hukum bacaan
|
||
‘‘Iwadh, mad Layyin, dan mad ‘aridh lissukun dalam
|
|||
al-Quran surah-surah pendek
pilihan
|
|||
3.1.4 Mengidentifikasi hukum
|
bacaan ‘Iwadh, mad
|
||
Layyin, dan mad ‘aridh lissukun dalam
al-Quran
|
|||
surah-surah pendek pilihan
|
|||
3.1.5
|
Menyimpulkan cara membaca
bacaan’Iwadh, mad
|
||
Layyin, dan mad ‘aridh lissukun dalam
al-Quran
|
|||
surah-surah pendek pilihan.
|
|||
4.1. Menerapkan hukum
|
4.1.1 Mempraktikkan bacaan mad ‘Iwadh, mad Layyin,
|
||
bacaan mad ‘Iwadh, mad
|
dan mad ‘aridh lissukun dalam Al-Quran surah-
|
||
Layyin, dan mad ‘aridh
|
surah pendek pilihan
|
||
lissukun dalam Al-Quran
|
|||
surah-surah pendek pilihan
|
Membaca al-Quran dengan benar dan fasih menjadi kewajiban bagi
setiap umat Islam. Tahukah kalian, panjang atau pendeknya bacaan dalam membaca
al-Quran dapat mempengaruhi arti/ makna ayat-ayat al-Quran? Oleh karena itu,
dalam membaca al-Quran kalian harus berhati-hati agar tidak terjadi kesalahan
bacaan. Membaca al-Quran dengan benar juga akan menambah kesempurnaan kalian
dalam beribadah kepada Allah Swt. Dan untuk bisa membaca al-Quran dengan benar,
kalian harus memahami ilmu tajwid. Maka, berikut ini kita akan mempelajari
materi hukum bacaan mad; mad ‘Iwadh, mad Layyin, dan ‘aridh lis-sukun.
A.
Hukum
Bacaan Mad ‘Iwad, Mad Layyin, dan Mad ‘Arid Lissukun
1. Mad ‘Iwadh
Secara bahasa mad artinya panjang, dan ‘Iwadh berarti
pengganti. Sedangkan menurut istilah, mad ‘Iwadh yaitu mad yang
terjadi apabila ada fathatain yang berada di akhir ayat atau tanda
waqaf. Bacaan mad di sini menggantikan bunyi fathatain. Cara membacanya
dipanjangkan dua harakat atau satu alif. Contoh hukum bacaan mad ‘Iwadh
terdapat pada surah al-Kahfi [18] ayat 110. Perhatikan lafal yang berwarna
merah.
قُلۡ
إِنَّمَآ أَنَا۠ بَشَرٞ مِّثۡلُكُمۡ يُوحَىٰٓ إِلَيَّ أَنَّمَآ إِلَٰهُكُمۡ إِلَٰهٞ
وَٰحِدٞۖ فَمَن كَانَ يَرۡجُواْ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلۡيَعۡمَلۡ عَمَلٗا صَٰلِحٗا وَلَا
يُشۡرِكۡ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدَۢا
Juga terdapat pada
surah an-Nashr [110] ayat 3. Perhatikan lafal yang berwarna merah berikut :
فَسَبِّحۡ بِحَمۡدِ رَبِّكَ وَٱستَغۡفِرۡهُۚ إِنَّهُۥ
كَانَ تَوَّابَۢا
Khusus fatharain yang
berada pada huruf ta marbutah tidak di baca mad karena huruf tersebut
jika diwaqafkan berubah bunyi menjadi huruf ha.
Contoh ini terdapat pada surah
Ali Imran [3] ayat 8. Perhatikan lafal yang berwarna merah berikut ini:
رَبَّنَا
لَا تُزِغۡ قُلُوبَنَا بَعۡدَ إِذۡ هَدَيۡتَنَا وَهَبۡ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحۡمَةًۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡوَهَّابُ
2. Mad Layyin
Menurut bahasa mad berarti panjang, dan Layyin artinya
lunak. Sedangkan menurut istilah mad Layyin adalah mad yang terjadi
apabila ada wau sukun atau ya sukun yang didahului huruf berharakat fathah dan
setelahnya berupa huruf hidup yang dibaca waqaf. Cara membacanya boleh
dipanjangkan sebanyak dua, empat, atau enam harakat. Contoh mad Layyin terdapat
pada surah Quraisy [106] ayat 1-2, surah Ali ‘Imran [3] ayat 26. Perhatikan
lafal yang berwarna merah.
لِإِيلَٰفِ
قُرَيۡشٍ ١ إِۦلَٰفِهِمۡ
رِحۡلَةَ ٱلشِّتَآءِ وَٱلصَّيۡفِ ٢
قُلِ ٱللَّهُمَّ
مَٰلِكَ ٱلۡمُلۡكِ تُؤۡتِي ٱلۡمُلۡكَ مَن تَشَآءُ وَتَنزِعُ ٱلۡمُلۡكَ مِمَّن
تَشَآءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَآءُۖ بِيَدِكَ ٱلۡخَيۡرُۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ
قَدِيرٞ
3. Mad ’aridh Lissukun
Secara bahasa, mad artinya panjang, ‘aridh berarti baru/
tiba-tiba ada dan sukun artinya mati. Menurut istilah, mad yang terjadi apabila
ada huruf mad (wau, alif, atau ya) yang berada di akhir
ayat atau tanda waqaf. Cara membaca mad ‘aridh lissukun ada tiga macam: boleh
dibaca dua harakat (qashr), empat harakat (tawassuth), atau enam
harakat (thul). Tetapi yang paling utama dibaca dengan panjang bacaan
enam harakat. Contoh bacaan mad ‘aridh lissukun terdapat pada surah al-Ma’un
[107] ayat 1; surah Yasin [36] ayat 9; az- Zumar [39] ayat 20. Perhatikan lafal
yang berwarna merah.
أَرَءَيۡتَ
ٱلَّذِي يُكَذِّبُ بِٱلدِّينِ ١
وَجَعَلۡنَا
مِنۢ بَيۡنِ أَيۡدِيهِمۡ سَدّٗا وَمِنۡ خَلۡفِهِمۡ سَدّٗا فَأَغۡشَيۡنَٰهُمۡ فَهُمۡ
لَا يُبۡصِرُونَ ٩
لَٰكِنِ
ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوۡاْ رَبَّهُمۡ لَهُمۡ غُرَفٞ مِّن فَوۡقِهَا غُرَفٞ مَّبۡنِيَّةٞ
تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُۖ وَعۡدَ ٱللَّهِ لَا يُخۡلِفُ ٱللَّهُ ٱلۡمِيعَادَ ٢٠
No.
|
Lafal
|
Hukum Bacaan
|
1
|
رَجًّا إِذَا رُجَّتِ الأرْضُ
|
Mad ‘Iwadh
|
2
|
هَذَا الْبَيْتِ
|
Mad Layyin
|
3
|
هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
|
Mad ‘aridh Lissukun
|
B. Menyakini Pentingnya Hukum Bacaan Mad
‘Iwad, Mad Layyin dan Mad ‘Arid
Lissukun
Keyakinan akan
kebenaran kaidah ilmu tajwid (termasuk hukum bacaan mad ‘iwad, mad layyin,
dan mad’arid lissukun) dapat diwujudkan sekurang-kurangnya dalam dua hal
yaitu:
1. Memiliki semangat untuk mempelajari ilmu
tajwid dalam rangka memperbaiki bacaan saat membaca kitab suci Al-Qur’an.
2. Menerapkan dengan bai kaidah-kaidah ilmu
tajwid yang telah dipelajari saat membaca Al-Qur’an, termasuk hukum bacaan mad
‘iwad, mad layyin, dan mad’arid lissukun.
C. Terbiasa Menerapkan Hukum Bacaan
Mad ‘Iwad, Mad Layyin dan Mad ‘Arid Lissukun Dalam Al-Qur’an
Bagi muslim dan
muslimat, membaca Al-Qur’an adalah kegiatan rutin setiap hari walau hanya satu
atau dua rukuk dalam satu hari. Demikian itu sebagai wujud iman kita kepada
kitab suci Al-Qur’an. Hukum membaca Al-Qur’an dengan menggunaan aturan tajwid
adalah fardhu ‘ain atau merupakan kewajiban pribadi, karenanya apabila
seseorang membaca Al-Qur’an dengan tidak menggunakan ilmu tajwid, hukumnya
berdosa.
Di antara bukti
keimanan kalian terhadap kitab suci Al-Qur’an adalah dengan memperhatikan
hal-hal berikut:
1.
Membaca
Al-Qur’an secara rutin setiap hari walau hanya dalam waktu 5 menit atau 10
menit sesuai kesempatan yang ada.
2.
Membaca
ayat-ayatnya dengan tartil (pelan-pelan tetapi jelas), tidak tergesa-gesa
3.
Tidak
bernafsu untuk segera menyelesaikan bacaan yang banyak sehingga mengabaikan
kaidah-kaidah ilmu tawidnya. Lebih baik sediit tapi benar dan baik bacaannya
daripada banya tetapi salah bacaannya.
4.
Mencermati
kaidah-kaidah bacaannya, baik yang menyangkut hukum bacaan madmaupun yang lain.
Terapkan baik-baik ilmu tajwid yang telah kalian kuasai
5.
Untuk
tahap awal kalian dapat membaca surah-surah pendek dari Juz Amma.
6.
Melakukan
semua itu karena mencari ridha Allah Swt. semata-mata.[3]
D. Identifikasi Hukum Bacaan
Identifikasikanlah
hukum bacaan yang ada di dalam Q.S Al-Ma’un berikut ini:
أَرَءَيۡتَ
ٱلَّذِي
يُكَذِّبُ
بِٱلدِّينِ ١ فَذَٰلِكَ
ٱلَّذِي
يَدُعُّ
ٱلۡيَتِيمَ ٢ وَلَا
يَحُضُّ
عَلَىٰ
طَعَامِ
ٱلۡمِسۡكِينِ ٣ فَوَيۡلٞ
لِّلۡمُصَلِّينَ ٤ ٱلَّذِينَ
هُمۡ
عَن
صَلَاتِهِمۡ
سَاهُونَ ٥ ٱلَّذِينَ
هُمۡ
يُرَآءُونَ ٦ وَيَمۡنَعُونَ
ٱلۡمَاعُونَ ٧
No
|
Lafadz
|
Hukum Bacaan
|
1.
|
||
2.
|
||
3.
|
||
4.
|
||
5.
|
||
6.
|
||
7.
|
||
8.
|
||
9.
|
||
10.
|
Rangkuman
1.
Menurut istilah mad ‘Iwadh
adalah mad yang terjadi apabila ada fathatain yang berada di akhir ayat atau
ada tanda waqaf. Bacaan mad di sini menggantikan bunyi fathatain.
2.
Panjang bacaan mad ‘Iwadh
adalah dua harakat atau satu alif.
3.
Mad Layyin adalah mad yang terjadi apabila ada wau sukun atau ya sukun didahului dengan huruf berharakat fathah dan sesudahnya berupa huruf
hidup.
4.
Panjang bacaan mad Layyin dua, empat, atau enam
harakat.
5.
Mad ‘aridh lissukun adalah mad yang terjadi apabila ada huruf mad (wau, alif, atau ya)
yang berada di akhir ayat atau pada tanda waqaf.
6.
Panjang bacaan mad ‘aridh lissukun adalah dua, empat,
atau enam harakat.[4]
BAB 2
KuGAPAI REZEKI-Mu dengan ikhtiyarku

KI 1 Menghargai
dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
KI 2 Menghargai
dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi,
gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
KI 3 Memahami
pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan Rasa
Keingintahuanmu nya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
KI 4 Mengolah,
menyaji dan menallar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung,
menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber
lain yang sama dalam sudut pandang/teori
Kompetensi Dasar (KD) dan
Indikator

3.2
|
Memahami isi
kandungan
|
3.2.1
|
Menjelaskan
pengertian rizeki
|
QS. al-Quraisy [106]
dan
|
3.2.2
|
Menterjemahkan QS.
al-Quraisy dan QS. al-
|
|
QS. al-Insyirah [94]
tentang
|
Insyirah (94)
tentang ketentuan rezeki dari Allah
|
||
ketentuan rezeki
Allah
|
3.2.3
|
Menjelaskan isi kandungan QS. al-Quraisy dan
|
|
QS.
al-Insyirah (94) tentang ketentuan rezeki dari
|
|||
Allah
|
|||
3.2.4
|
Mengidentifikasi isi
kandungan QS. al-Quraisy
|
||
dan
QS. al-Insyirah (94) tentang ketentuan rezeki
|
|||
dari Allah
|
|||
3.2.5
|
Menyimpulkan
isi kandungan QS. al-Quraisy dan
|
||
QS.
al-Insyirah (94) tentang ketentuan rezeki dari
|
|||
Allah
|
|||
4.2
|
Mensimulasikan isi
|
4.2.1.
Mempresentasikan contoh-contoh sikap orang
|
|
kandungan QS.
al-Quraisy
|
yang
mencerminkan isi kandungan QS. al-Quraisy
|
||
dan QS. al-Insyirah
(94)
|
dan
QS. al-Insyirah (94) tentang ketentuan rezeki
|
||
tentang ketentuan
rezeki dari
|
dari Allah
|
||
Allah
|
A.
Rezeki
Allah Sangat Luas
Allah Swt. menciptakan manusia sebagai makhluk yang sempurna.
Manusia dikaruniai badan yang sehat, otak yang cerdas, serta keimanan dan
kemampuan melaksanakan ibadah dengan baik. Namun demikian, ada sebagian manusia
yang mempunyai pemikiran bahwa rezeki Allah hanya berupa materi. Padahal,
rezeki Allah sebenarnya sangat luas. Udara yang kita hirup setiap hari adalah
rezeki, kesehatan dan kebugaran tubuh kita juga termasuk bagian dari rezeki;
kemampuan untuk melangkah, berjalan, dan beraktivitas adalah rezeki. Bahkan
akal pikiran dan perasaan yang dapat mengangkat kita menjadi manusia
bermartabat dibandingkan makhluk lain itu juga termasuk rezeki Allah. Lantas,
apakah pengertian rezeki itu?
1. Pengertian Rezeki
Rezeki berarti segala sesuatu yang
bermanfaat, berdaya guna bagi makhluk, serta dapat dimanfaatkan oleh manusia
sebagai sumber penghidupan. Rezeki juga berarti anugerah, karunia, atau
pemberian dari sisi Allah Swt. kepada
makhluk-Nya. Dengan ungkapan lain, segala sesuatu yang dapat menunjang
kelangsungan hidup manusia dan mengantarkannya pada kehidupan yang lebih baik
disebut rezeki. Maka, tahukah kalian bahwa rezeki manusia dan seluruh makhluk
hidup sudah dijamin oleh Allah Swt.? Perhatikanlah firman Allah dalam surah
ar-Rum [30]: 40 berikut ini :
ٱللَّهُ
ٱلَّذِي خَلَقَكُمۡ ثُمَّ رَزَقَكُمۡ ثُمَّ يُمِيتُكُمۡ ثُمَّ يُحۡيِيكُمۡۖ هَلۡ مِن
شُرَكَآئِكُم مَّن يَفۡعَلُ مِن ذَٰلِكُم مِّن شَيۡءٖۚ سُبۡحَٰنَهُۥ وَتَعَٰلَىٰ عَمَّا
يُشۡرِكُونَ ٤٠
Artinya :
“Allah-lah
yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki, lalu mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di
antara yang kamu sekutukan dengan Allah itu dapat berbuat demikian? Maha suci
Dia dan Mahatinggi dari apa yang mereka persekutukan”. (QS. ar-Rum [30]:
40)
Pada
ayat di atas, Allah menegaskan bahwa Dia telah menghidupkan manusia, memberi
rezeki, mematikan, dan menghidupkan mereka kembali. Kemudian Allah
mempertanyakan kepada manusia “Adakah di
antara mereka yang kamu sekutukan dengan
Allah itu dapat berbuat demikian?” Kalimat tanya semacam ini lazim disebut dengan pertanyaan untuk menegaskan.
Dalam arti, penegasan bahwa tidak ada makhluk yang dapat berbuat demikian.
Inilah yang membutikan bahwa tidak ada yang satu makhluk pun yang dapat
disekutukan dengan Allah. Dia Maha suci dari segala prasangka orang-orang yang
menyekutukan-Nya.
2. Spirit Al-Quran dalam
Mencari Rezeki
Setelah kalian mengetahui bahwa seluruh
makhluk yang ada di muka bumi telah dijamin rezekinya oleh Allah, bukan berarti
rezeki akan datang begitu saja tanpa berbuat apa-apa. Tetapi dengan anugerah
akal dan kecerdasan, kita akan memperoleh rezeki dengan cara bekerja dan
berusaha. Sehingga apa yang kita peroleh benar-benar dari sumber yang halal dan
berkah.
Islam tidak menganjurkan pemeluknya
menjadi pengangguran, meski dengan alasan untuk berkonsentrasi dalam beribadah
kepada Allah Swt. Atau, menggantungkan belas kasih orang lain dengan cara
meminta-minta. Jadi, usaha mencari rezeki adalah suatu keharusan. Seseorang
yang bekerja dengan cara yang baik, halal, dan tujuannya benar, ia akan
mendapatkan rezeki dalam bentuk materi, sekaligus memperoleh pahala. Karena apa
yang diusahakannya termasuk perbuatan ibadah.
Renungkanlah firman Allah Swt., “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah
kamu di muka bumi; dan carilah karunia
Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”(QS.
al-Jumu’ah [62]: 10). Dalam tafsir ar-Razi dijelaskan bahwa makna “maka
bertebaranlah kamu di muka bumi” mengacu pada dua hal:
Pertama, perintah untuk menyelesaikan
tugas-tugas hidup setelah selesai shalat Jumat.
Kedua, larangan untuk duduk-duduk yang
tidak bermanfaat dan tidur di dalam masjid
seusai shalat Jumat. Dengan ungkapan lain, firman Allah di atas memantik
inspirasi bagi kita untuk senantiasa “produktif, energik, dan efisien”dalam
menggunakan waktu, sekaligus larangan bermalas-malasan.
Selain
itu, Allah Swt. berfirman: “Dialah yang
menjadikan bumi itu mudah bagimu. Maka
berjalanlah di segala penjurunya, dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya.”(QS. al-Mulk [67]: 15)
Ibnu
Katsir juga mengungkapkan, “Menyebarlah
kemana pun kalian inginkan di penjuru-penjuru-Nya,
dan berkelilinglah di sudut-sudut, tepian, dan wilayah-wilayah-Nya untuk
menjalankan usaha dan perniagaan.” Penafsiran Ibnu Katsir ini memberikan isyarat bahwa salah satu pintu rezeki
Allah yang bisa dimasuki manusia adalah lewat bidang perdagangan.
Kebiasaan
berdagang ini ternyata sudah dilakukan suku Quraisy sejak masa Rasulullah Saw.
Mereka melakukan perjalanan dagang ke luar wilayah Makah pada musim dingin.
Pergi ke Yaman untuk belanja parfum dan rempah-rempah, serta menjajakan hasil
pertanian ke Syam selama musim panas. Hal ini sebagaimana digambarkan oleh
Allah dalam QS. Quraisy [106] ayat 2 :
إِۦلَٰفِهِمۡ
رِحۡلَةَ ٱلشِّتَآءِ وَٱلصَّيۡفِ ٢
Artinya: (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas.
3. Rezeki yang Halal dan
Berkah
Setiap manusia berhak untuk hidup layak,
aman, damai, dan bahagia. Menurut al-Quran, hidup layak merupakan hak sekaligus
kewajiban mendasar dan utama dalam Islam. Sehingga ajaran al-Quran dan Hadis
mendorong manusia untuk mencari rezeki yang halal dan thayyib agar kebutuhan hidup mereka terpenuhi. Rasulullah Saw.
bersabda: “Wahai manusia, bertakwalah
engkau kepada Allah, pakailah cara baik dalam
mencari (rezeki)...”. Rasulullah Saw. juga mengingatkan manusia agar
berhati-hati dalam mencari harta, dan mengajurkan mereka untuk selektif dalam
memperolehnya sehingga harta yang menjadi hak miliknya benar-benar halal.
Dari
Abu Hurairah, Rasulullah Saw, bersabda :”Pasti akan datang pada manusia suatu
zamzam di mana seseorang tidak peduli lagi dari mana hartanya ia dapatkan,
apakah dari yang halal ataukah yang haram (HR. Bukhari dan AbuYa’la).
B. QS. QURAISY [106] DAN QS.
AL-INSYIRAH [94]
QS. QURAISY 1-4
|
||
No.
|
Terjemah
|
Ayat
|
1
|
Karena kebiasaan orang-orang
Quraisy
|
لِإِيلَٰفِ قُرَيۡشٍ
|
2
|
(Yaitu) kebiasaan
mereka bepergian pada musim dingin
dan musim panas
|
إِۦلَٰفِهِمۡ رِحۡلَةَ ٱلشِّتَآءِ وَٱلصَّيۡفِ
|
3
|
Maka hendaklah mereka
menyembah Rabb Pemilik rumah ini (Ka’bah).
|
فَلۡيَعۡبُدُواْ
رَبَّ هَٰذَا
ٱلۡبَيۡت
|
4
|
Yang
telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan
mereka dari ketakutan
|
ٱلَّذِيٓ أَطۡعَمَهُم
مِّن جُوعٖ وَءَامَنَهُم
مِّنۡ خَوۡفِۢ
|
AL-INSYIRAH 1-8
|
||
No.
|
Terjemah
|
Ayat
|
1
|
Bukankah
Kami telah melapangkan dadamu?
|
أَلَمۡ نَشۡرَحۡ لَكَ صَدۡرَكَ
|
2
|
Dan
Kami telah menghilangkan darimu bebanmu
|
وَوَضَعۡنَا عَنكَ وِزۡرَكَ
|
3
|
Yang memberatkan
punggungmu
|
ٱلَّذِيٓ أَنقَضَ ظَهۡرَكَ
|
4
|
Dan
Kami tinggikan bagimu sebutan
(nama)mu
|
وَرَفَعۡنَا لَكَ ذِكۡرَكَ
|
5
|
Karena
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan
|
فَإِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرًا
|
6
|
Sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
|
إِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرٗا
|
7
|
Maka
apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain
|
فَإِذَا فَرَغۡتَ فَٱنصَبۡ
|
8
|
Dan
hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap
|
وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَٱرۡغَب
|
1. Kandungan QS. Quraisy
Surah Quraisy terdiri dari 4 ayat dan
termasuk surah Makkiyah, atau surat-surat yang diturunkan di Makah. Ayat 1
menjelaskan tentang nama Quraisy yang diambil dari kata “ﺶٍْﻳ ﺮـَُﻗ”, berarti Suku Quraisy. Suku ini
mendapat kehormatan untuk memelihara dan menjaga Ka’bah.
Pokok
kandungan QS. Quraisy adalah:
Ayat 1; menjelaskan kebiasaan Suku Quraisy
yang mempunyai mata pencaharian pokok berdagang,
Ayat 2; menceritakan tentang perjalanan
dagang Suku Quraisy pada musim dingin ke Yaman, dan pada musim panas ke Syam
dalam setiap tahunnya. Sedangkan keuntungannya digunakan untuk keperluan hidup
dan berkhidmat kepada Baitullah yang menjadi kebanggaan mereka.
Ayat 3; Allah mengingatkan Suku Quraisy
khususnya, dan umat Islam pada umumnya agar senantiasa bersyukur atas rezeki
yang diberikan Allah sekaligus memanfaatkannya sesuai perintah-Nya. Dalam hal
ini, mereka diperintahkan untuk beribadah kepada Tuhan, Sang Pemilik Ka’bah.
Ayat 4; Allah Swt. menunjukkan kenikmatan
yang telah diberikan kepada mereka berupa makanan dan rasa aman. Tuhan pemilik
Ka’bah itu telah memberi makanan untuk menghilangkan lapar. Maka dari itu
selayaknya mereka mengesakan Allah Swt. dalam beribadah, tidak menyekutukan-Nya
dengan sesuatu apapun, dan tidak menyembah selain Allah. Barangsiapa yang
mendurhakai perintah Allah, Dia akan mencabut rasa amannya kelak di akhirat,
sebagaimana firman-Nya:
وَضَرَبَ
ٱللَّهُ مَثَلٗا قَرۡيَةٗ كَانَتۡ ءَامِنَةٗ مُّطۡمَئِنَّةٗ يَأۡتِيهَا رِزۡقُهَا
رَغَدٗا مِّن كُلِّ مَكَانٖ فَكَفَرَتۡ بِأَنۡعُمِ ٱللَّهِ فَأَذَٰقَهَا ٱللَّهُ
لِبَاسَ ٱلۡجُوعِ وَٱلۡخَوۡفِ بِمَا كَانُواْ يَصۡنَعُونَ ١١٢ وَلَقَدۡ جَآءَهُمۡ
رَسُولٞ مِّنۡهُمۡ فَكَذَّبُوهُ فَأَخَذَهُمُ ٱلۡعَذَابُ وَهُمۡ ظَٰلِمُونَ ١١٣
Artinya: “Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang
dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya
datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)-nya
mengingkari nikmat-nikmat Allah; Karena itu, Allah merasakan kepada mereka
pakaian kelaparan dan ketakutan disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. Dan
sesungguhnya telah datang kepada mereka seorang Rasul dari mereka sendiri,
tetapi mereka mendustakannya; Karena itu mereka dimusnahkan azab dan mereka
adalah orang-orang yang zalim.” (QS. an-Naḥl [16]: 112-113)
وَضَرَبَ
ٱللَّهُ مَثَلٗا قَرۡيَةٗ كَانَتۡ ءَامِنَةٗ مُّطۡمَئِنَّةٗ يَأۡتِيهَا رِزۡقُهَا رَغَدٗا
مِّن كُلِّ مَكَانٖ فَكَفَرَتۡ بِأَنۡعُمِ ٱللَّهِ فَأَذَٰقَهَا ٱللَّهُ لِبَاسَ ٱلۡجُوعِ
وَٱلۡخَوۡفِ بِمَا كَانُواْ يَصۡنَعُونَ ١١٢
وَلَقَدۡ
جَآءَهُمۡ رَسُولٞ مِّنۡهُمۡ فَكَذَّبُوهُ فَأَخَذَهُمُ ٱلۡعَذَابُ وَهُمۡ ظَٰلِمُونَ
١١٣
Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan, inti pokok QS. Quraisy [106] adalah
peringatan Allah kepada masyarakat Quraisy tentang nikmat-nikmat yang telah
dianugerahkan kepada mereka. Karena itu, mereka diperintahkan untuk menyembah
Allah semata, dan tidak menyekutukan dengan sesuatu pun.
2. Kandungan QS.
al-Insyirah [94]
Surat al-Insyirah terdiri dari 8 ayat,
dan termasuk surah Makkiyah. Surah al-Insyirah ini diturunkan sebagai
pelipurlara bagi Rasulullah Saw. ketika menghadapi ujian-ujian dalam berdakwah.
Adapun isi kandungannya antara lain:
Ayat 1; Allah menyatakan kepada Nabi
Muhammad Saw., sesungguhnya Kami telah melapangkan dadamu dan Kami memberikan cahaya,
hingga dadamu menjadi lapang dan luas.
Ayat 2-3; Allah mengabarkan tentang
kemudahan yang akan diperoleh Nabi Muhammad Saw. sekaligus menanggalkan beban
yang selama ini dipikulnya dan begitu memberatkannya.
Ayat 4; Allah memberikan penghargaan kepada
Nabi Muhammad Saw., yakni meninggikan sebutan untuk Nabi. Hal ini terbukti
dengan ditetapkannya nama Muhammad yang selalu bersanding dengan nama Allah
dalam konteks pengakuan keesaan-Nya, misalnya dalam dua kalimat syahadat, serta
azan dan iqamat.
Ayat 5-6; Allah menyatakan,
setelah kesulitan akan
datang kemudahan. Dia menyampaikan hal tersebut untuk
memotivasi Nabi dan umatnya bahwa tidak ada kesulitan yang tidak teratasi
selama manusia memiliki semangat untuk keluar dari kesulitan tersebut, dan
selalu bertawakal kepada Allah.
Ayat 7; Allah mengingatkan kepada Nabi
Muhammad saw. dan umatnya agar tidak cepat puas dengan hasil usahanya. Juga
mengingatkan, jika telah menyelesaikan suatu urusan maka bergegaslah
menyelesaikan urusan lainnya.
Ayat 8; Allah mengingatkan kepada Nabi
Muhammad saw. dan umatnya agar senantiasa bersandar dan mohon pertolongan hanya
kepada Allah Swt.[5]
C. Keterkaitan
Isi Kandungan Surah Quraisy dan al-Insyirah tentang Ketentuan Rezeki Allah Swt.
Surah Quraisy dan al-Insyirah memiliki keterkaitan tentang
ketentuan rezeki Allah Swt., antara lain sebagai berikut:
1. Kedua
surah tersebut memberikan pelajaran kepada kita bahwa Allah Swt. meyediaan
rezeki untuk segala kebutuhan manusia.
2. Rezeki
yang diberikan Allah Swt. kepada hamba-Nya sangat banyak macamnya. Dalam surah
Quraisy, dijelaskan bahwa rezeki Allah Swt., ada yang berupa harta hasil
perniagaan, makanan, rasa aman, dan dijauhkan dari rasa cemas. Adapun daam
surah al-Insyirah, disebutkan beberapa rezekiAllah Swt., antara lain sikap
lapang dada (sabar) dalam berdakwah, diringankan dari beban yang terasa berat
dalam berdakwah, diangatnya nama Nabi Muhammad Saw. dan kemudahan-kemudahan
yang diberikan Allah Swt.
3. Dalam
surah Quraisy dijelaskan bahwa rezeki Allah Swt. akan diperoleh dengan usaha
yang dilakukan manusia, seperti berdagang. Adapun dalam surah al-Insyirah,
terdapat perintah memanfaatkan waktu. Waktu sangat berharga bagi manusia.
Dengan demikian, manusia wajib berusaha mencari rezeki Allah Swt. untuk memnuhi
kebutuhannya.[6]
Rangkuman
1.
Rezeki adalah segala
sesuatu yang dapat berdaya guna bagi kelangsungan makhluk hidup.
2.
Allah Swt.
memerintahkan manusia untuk senantiasa bersyukur atas rezeki yang telah diberikan.
3.
Mata pencaharian suku
Quraisy umumnya adalah berdagang. Pada musim dingin mereka berdagang ke Yaman,
sedangkan pada musim panas mereka pergi ke Syam (Suriah).
4.
Allah Swt. telah
melapangkan dada nabi Muhammad saw. sebagai tameng untuk menghadapi rintangan
orang-orang kafir.
5.
Allah Swt. menjanjikan
kepada nabi Muhammad saw. dan umatnya bahwa setelah kesulitan akan datang
kemudahan.
6.
Etos kerja harus
ditumbuh kembangkan dengan cara bergegas menyelesaikan satu pekerjaan, dan
berganti ke pekerjaan berikutnya.
7.
Kita harus senantiasa
mengharapkan pertolongan dari Allah Swt. karena Dialah sebaik-baik pemberi
pertolongan.[7]
BAB 3
Kebahagiaan anak yatim adalah
kebahagiaanku

KI
1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutny
KI 2 Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya
KI
3 Memahami pengetahuan (faktual,
konseptual, dan prosedural) berdasarkan Rasa Keingintahuanmu nya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
KI
4 Mengolah, menyaji dan menallar dalam ranah
konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah
abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan
yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori
Kompetensi Dasar dan Indikator

3.3 Memahami isi kandungan Q.S
AL-Kautsar (108) dan Q.S al-Ma’un (107) tentang kepedulian sosial
3.3.1
Menjelaskan pengertian peduli sosial
3.3.2 Mengartikan
Q.S al-Kautsar (108) dan Q.S al-Ma’un (107)
3.3.3 Mengartikan Hadis tentang perilaku tolong menolong riwayat
al-Bukhari dari Abdullah Ibnu Umar
الـمسلم اخو الـمسلم لا يظلمه ولا يسلمه
dan hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah
من نفس عن مؤمن كربة من كرب الدنيا
نفس الله عنه كربة
dan hadis tentang mencintai anak yatim riwayat al-Bukhari dari
Sahl bin Saad
أنا وكافل اليتيم
dan hadis riwayat Ibnu Majah dari Abu Hurairah
خير بيت في المسلمين بيت
3.3.4
Menunjukkan sikap
yang mencerminkan isi kandungan Q.S al-Kautsar (108) dan Q.S al-Ma’un (107)
tentang kepedulian sosial dan isi kandungan hadis tentang perilaku tolong
menolong riwayat al-Bukhari dari Abdullah Ibnu Umar
4.
الـمسلم اخو
الـمسلم لا يظلمه ولا يسلمه
Dan hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah
من نفس عن مؤمن كربة من كرب الدنيا
نفس الله عنه كربة
Dan hadis tentang mencintai anak yatim riwayat al-Bukhari dari
Sahl bin Saad
أنا وكافل اليتيم
Dan Hadis riwayat Ibnu Majah dari Abu Hurairah
خير بيت في المسلمين بيت
Dalam fenomena kehidupan dan akibatnya.
4.3 Mensimulasikan sikap tolong menolong dan peduli terhadap ana
yatim sesuai isi Q.S al-Kautsar (108) dan Q.S al-Ma’un (107) dan sikap tolong
menolong sesama muslim sesuai isi kandungan hadis tentang tolong menolong riwayat Al-Bukhari dari Abdullah bin Umar
الـمسلم
اخو الـمسلم لا يظلمه ولا يسلمه
Dan
hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah
من
نفس عن مؤمن كربة من كرب الدنيا نفس الله عنه كربة
Dan
hadis tentang mencintai anak yatim riwayat Al-Bukhari dari Sahl bin Sa’ad
أنا
وكافل اليتيم
Dan
hadis riwayat Ibnu Majah dari Abu Hurairah
خير
بيت في المسلمين بيت
4.3.1
Mempresentasikan contoh sikp orang yang tolong menolong dan peduli terhadap ana
yatim sesuai isi Q.S al-Kautsar (108) dan Q.S l-Ma’un (107) dan sikap tolong
menolong sesama muslim sesuai isi kandungan hadis tentang tolong menolong
riwayat Al-Bukhari dari Abdullah bin Umar
الـمسلم اخو
الـمسلم لا يظلمه ولا يسلمه
Dan
Hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah
من
نفس عن مؤمن كربة من كرب الدنيا نفس الله عنه كربة
Dan
hadis tentang mencintai anak yatim riwayat Al-Bukhari dari Sahl bin Sa’ad
أنا
وكافل اليتيم
Dan
hadis riwayat Ibnu Majah dari Abu Hurairah
خير
بيت في المسلمين بيت
1. Konsep Kepedulian Sosial
menurut
QS.
al-Kautsar
[107]
dan
QS.
al-Ma‘un [107]
a. Kepedulian Sosial
Kepedulian
berasal dari akar kata peduli, yaitu memperhatikan atau menghiraukan. Menaruh peduli berarti menaruh perhatian atau
menghiraukan sesuatu. Kepedulian
adalah sikap memperhatikan atau menghiraukan urusan orang lain (sesama anggota masyarakat). Kepedulian sosial bukan berarti
mencampuri urusan orang lain, lebih dari
itu untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi orang lain dengan tujuan kebaikan.
Mengapa
manusia perlu memiliki kepedulian sosial? Karena manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa menjalin hubungan kerjasama
dengan orang lain. Kerjasama tersebut dapat terjalin harmonis
manakala masing-masing pihak memiliki
kepedulian sosial.
Di dalam Islam
sikap semacam ini sangat dianjurkan sebab mempunyai dampak positif. Di antara dampak positif
tersebut antara lain terwujudnya sikap tolong menolong sehingga menumbuhkan kerukunan dan kebersamaan. Selain
itu, untuk menumbuhkan
kepekaan dan kepedulian sosial ada berbagai cara yang harus ditempuh, antara lain:
a. Menyadari bahwa
rezeki berasal dari Allah. Maka,
jika Dia menghendaki dapat diambil sewaktu-waktu.
b. Menyadari bahwa kepedulian sosial termasuk ibadah yang akan mendapatkan
pahala dari Allah Swt.
c. Menjauhkan diri dari sifat
rakus (tamak) dan kikir.
Konsep-konsep
kepedulian sosial ini terdapat pada surah al-Kautsar dan al-Ma'un.
2. Surah Al-Kautsar dan Al-Ma‘un Tentang Kepedulian Sosial
a. Surah al-Kautsar
إِنَّآ
أَعۡطَيۡنَٰكَ ٱلۡكَوۡثَرَ ١ فَصَلِّ
لِرَبِّكَ وَٱنۡحَرۡ ٢ إِنَّ شَانِئَكَ
هُوَ ٱلۡأَبۡتَرُ ٣
b. Terjemah Surah
1. Sesungguhnya Kami telah memberikan
kepadamu nikmat yang banyak.
2. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu;
dan berkorbanlah
3. Sesungguhnya orang-orang yang membenci
kamu dialah yang terputus.
c. Penjelasan
surah
Surah
al-Kautsar terdiri dari 3 ayat, dan termasuk
di antara surat-surat Makkiyah.
Surah ini mengabarkan tentang
anugerah Allah Swt. berupa kebajikan
yang melimpah kepada Nabi
Muhaammad Saw.
yang sangat banyak, baik dalam hal
kedudukannya sebagai Nabi maupun pribadi. Adapun
isi kandungan surah al-Kautsar sebagai berikut:
Ayat 1; menerangkan tentang nikmat Allah
yang melimpah yang telah diberikan kepada Nabi Muhammad Saw. Kenikmatan yang melimpah itu disebut
al-Kautsar.
Ayat 2;
menerangkan tentang dua perintah kepada Nabi Muhammad Saw. khususnya, dan
umat Islam pada umumnya. Kedua perintah itu adalah pelaksanaan shalat dan kurban. Pelaksanaan dua
perintah tersebut sebagai bukti rasa syukur
atas limpahan nikmat Allah yang
begitu banyak
Ayat 3;
menerangkan perihal orang yang membenci Nabi Muhammad Saw. dan risalahnya.
Kebencian ini akan mengakibatkan terputus dari rahmat-Nya. Selain itu, dalam ayat ini juga terdapat
lafaz al-abtar. Kata ini bermula dari ba-ta-ra yang berarti putus atau terputus. Semula kata
ini untuk menjuluki binatang yang
tidak memiliki ekor. Kemudian kata
ini mengalami perluasan makna sehingga digunakan
untuk menyebut orang-orang yang tidak memiliki keturunan anak laki-laki.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan,
isi kandungan surah al-Kautsar
menjelaskan tentang nikmat Allah yang dianugerahkan kepada Nabi Muhammad Saw. Dengan kenikmatan inilah, Allah memerintahkan Nabi untuk bersyukur
dengan mendirikan shalat dan berkurban sepenuh hati. Sedangkan
orang-orang yang membenci Nabi
Muhammad tidak akan mendapatkan kebaikan
di dunia dan akhirat,
dan termasuk orang yang merugi.
d. Surah Al-Ma‘un [107]
أَرَءَيۡتَ
ٱلَّذِي يُكَذِّبُ بِٱلدِّينِ ١ فَذَٰلِكَ
ٱلَّذِي يَدُعُّ ٱلۡيَتِيمَ ٢ وَلَا
يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ ٱلۡمِسۡكِينِ ٣ فَوَيۡلٞ لِّلۡمُصَلِّينَ ٤ ٱلَّذِينَ هُمۡ
عَن صَلَاتِهِمۡ سَاهُونَ ٥ ٱلَّذِينَ
هُمۡ يُرَآءُونَ ٦ وَيَمۡنَعُونَ
ٱلۡمَاعُونَ ٧
e. Terjemah surah
1. Tahukah kamu (orang)
yang mendustakan agama?
2. Itulah orang yang
menghardik anak yatim,
3. dan tidak menganjurkan
memberi makan orang miskin.
4. Maka kecelakaanlah bagi
orang-orang yang shalat,
5. (yaitu) orang-orang
yang lalai dari shalatnya,
6. orang-orang yang
berbuat riya’.
7. dan enggan (menolong
dengan) barang berguna.
f. Penjelasan Surah
Ayat 1-3;
menjelaskan tentang pendusta agama. Mereka adalah orang-orang yang menghardik
(menyia-nyiakan) anak yatim dan enggan memberi makan orang miskin.
Ayat 4-7;
menjelaskan perihal orang-orang yang melaksanakan shalat tapi mendapat celaka.
Kecelakan itu disebabkan mereka lalai atau mengabaikan waktu shalatnya.
Orang
yang melalaikan shalatnya termasuk pendusta agama. Di samping itu, juga menjelaskan
tentang sifat riya’, atau orang-orang yang berbuat baik demi memperoleh
pujian dan sanjungan dari orang lain, bukan ikhlas karena Allah.
Dalam
menerangkan tentang riya’ Al-Ghazali mengatakan jika seseorang
menampilkan amal ibadahnya dengan tujuan untuk diperhatikan orang lain, hingga
ia mendapatkan tempat di dalam hatinya. Dan orang yang bersikap riya’
termasuk pendusta agama karena ia sama halnya telah menyekutukan Allah Swt.
Ayat 7; merupakan salah satu
ajaran tentang larangan berperilaku bakhil atau kikir, dan sikap enggan memberi
bantuan kepada orang lain. Perilaku ini termasuk pendustaan terhadap agama.
Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan, isi surah al-Ma’un menjelaskan tentang
sifat manusia yang dipandang sebagai pendusta agama, di antaranya:
a)
Orang-orang yang menghardik anak yatim
b) Enggan memberi bantuan kepada orang lain yang sangat mem-butuhkan.
c)
Tidak memberi makan fakir miskin.
d)
Orang yang lalai dalam shalat dan bersikap riya’.
Berkaitan dengan hal di atas, ada dua pengertian tentang
menghardik anak yatim. Pertama,
menghardik secara verbal; kedua, menghardik secara non verbal.
Menghardik secara verbal yaitu dengan kata-kata kasar. Sedangkan menghardik
yang bersifat nonverbal, misalnya, bertutur kata lembut dengan mereka tapi tidak
memperhatikan makan, pakaian, dan pendidikan yang layak buat mereka.
Orang-orang yang berperilaku demikian akan mendapatkan balasan dari Allah,
sebagaimana ditegaskan dalam surah an-Nisa’ ayat 10 bahwa mereka diibaratkan
menelan api dalam perutnya dan akan masuk ke dalam api neraka yang
menyala-nyala.
إِنَّ ٱلَّذِينَ يَأۡكُلُونَ أَمۡوَٰلَ
ٱلۡيَتَٰمَىٰ ظُلۡمًا إِنَّمَا يَأۡكُلُونَ فِي بُطُونِهِمۡ نَارٗاۖ
وَسَيَصۡلَوۡنَ سَعِيرٗا
Artinya,
“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya
mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang
menyala-nyala (neraka).”
Demikian
pula dengan menghina anak yatim. Seseorang yang melakukan perbuatan ini sama
halnya sedang menempuh perjalanan ke neraka. Karena anak-anak yatim adalah orang-orang
yang disayangi Rasulullah Saw. Apalagi doa anak yatim itu cepat dikabulkan
Allah Swt. Dengan demikian, barangsiapa menyakiti hati mereka, berarti ia melapangkan
jalan menuju neraka.
3. Hadis Tolong
Menolong dan Mencintai Anak Yatim
a. Hadis Tentang Tolong Menolong
Hadis 1
عَنْ اِبْنُ شِهاَبٍ اَنِّ
ساَلِمَ بْنَ عَبْد اللَّهِ بْنِ عُمَرَ اَخْبَرَهُ اَنَّ عَبْد اللَّهِ بْنَ
عُمَرَ اَخْبَرَهُ اَنَّ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلىَ اللَّهُ عَلَيْهِ ؤَسَلَّمَ قاَ
لَ : الْمُسْلِمُ اَخُوْ الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَ لاَ يُسْلِمُهُ مَنْ كاَ
نَ فِيْ حاَ جَةِ اَخِيْهِ كَا نَ اللَّهُ عَزَّ وِجَلَّ فِيْ حاَ جَتِهِ وَمَنْ
فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ بِهاَ كُرْبَةً مِنْ
كُرْبِ يَوْمٍ الْقِياَمَةِ وَمَنْ سَترَ مُسْلِماً سَترَاللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَوْمَ
الْقِياَمَةِ ( رواه البخاري)
Artinya: Dari
Ibn Syihab, sesungguhnya Salim bin Abdullah telah mengkahabarkankepadanya bahwa
sesungguhnya Abdullah bin Umar RA. mengabarkan, Rasulullah Saw.. bersabda, “Muslim
yang satu adalah saudara muslim yang lain. Oleh karena itu, ia tidak boleh
menganiaya dan menyerahkannya (kepada musuh).Barangsiapamemperhatikan kepentingan
saudaranya, Allah akan memperhatikan kepentingannyaBarangsiapa membantu
kesulitan seorang muslim, maka Allah akan membantu kesulitannya dari beberapa
kesulitannya pada hari kiamat kelak. Dan, barangsiapa menutupi (aib) seorang
muslim, Allah akan menutupi (aib)nya pada hari kiamat.” (HR. Bukhari)
Hadis 2
مَنْ نَفْسَ عَنْ مُؤْمِنٍ
كُرْبَةً مِنْ كُراَبِ الدّنْياَنَفَّسَ اللَّهُ عِنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُراَبِ
يَوْمَ الْقِياَمَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلىَ مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَليْهِ فىِ الدّنْيا
وَالاَخِرَةِ وَمَنْ سَترَ مُسْلِماً
سَترَاللَّهُ فىَ الدُّنْياَ وَالاَخِرَةِ وَاللَّهُ فىِ عَوْنِ الْعَبْدِ
ماَ كاَنَ الْعَبْدُ فىْ عَوْنَ اَحِيْهِ (رواه مسلم عن ابي هريرة)
Artinya:
“Barangsiapa melapangkan seorang mukmin
dari satu kesusahan dunia, Allah akan melapangkannya dari salah satu kesusahan
di hari kiamat. Barangsiapa meringankan penderitaan seseorang, Allah akan meringankan penderitaannya di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan menutupi (aib)nya di dunia dan akhirat. Allah akan menolong
seorang hamba selama hamba itu mau menolong saudaranya. (HR.
Muslim dari Abu Hurairah).
b. Penjelasan Hadis
Hadis Pertama:
Rasulullah
Saw. mengajarkan kita untuk saling
tolong-menolong. Tolong menolong atau ta’awun merupakan keharusan bagi setiap orang. Karena manusia tidak bisa hidup di dunia tanpa pertolongan orang lain. Setiap pekerjaan, apapun bentuknya, pasti
membutuhkan kerjasama dengan orang lain.
Di samping itu, tolong menolong dibutuhkan tidak hanya dalam urusan pekerjaan, melainkan dalam hal-hal nasihat-menasihati dalam
kebaikan, anjuran berbuat kebajikan,
dan lain sebagainya. Hal ini sebagaimana tercermin dalam firman Allah
Swt.
وَلَا تَعَاوَنُواْ
عَلَى ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوَٰنِۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ
ٱلۡعِقَابِ ٢
Artinya: “…
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah
kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah itu amat berat siksa-Nya.”(QS.al-Maidah
[5]: 2)
Di samping itu, ta’awun
adalah salah satu cara menjaga Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan dalam
Islam). Tidak ada artinya ketika kita menganggap orang lain sebagai
saudara, tapi tidak memberikan bantuan manakala ia sedang membutuhkan. Tolong
menolong dan bahu-membahu menjadi tuntuntan dalam kehidupan bermasyarakat.
Misalnya, ketika tetangga kita sedang menderita sakit maka selayaknya kita
menjenguk dan mendoakannya. Atau tatkala orang-orang di sekitar kita mengalami suatu musibah, hendaknya kita membesarkan hatinya dengan
mengunjunginya atau menghiburnya. Sebab kehadiran kita akan membantu
meringankan beban mereka danmenjadi pelipulara dalam kehidupannya.
Dalam
hal ini, Rasulullah Saw. telah mengajarkan untuk saling tolong menolong dalam
bermasyarakat. Beliau mengibaratkan sikap semacam ini sebagai bangunan yang
saling menguatkan satu sama lain:
Artinya: “Mukmin
yang satu dengan yang lainnya bagaikan sebuah bangunan yang saling menguatkan
antara sebagian dengan sebagian lainnya. (Rasulullah Saw. sambil memasukkan
jari-jari tangan ke sela jari-jari lainnya) (HR. Bukhari)
Coba kalian
renungkan:
Sebuah batu bata
tampak lemah bila ia hanya teronggok sendirian tanpa yang lainnya. Demikian
juga, ratusan bahkan ribuan batu bata tetap tampak lemah jika hanya berserakan
tanpa kesatuan yang dapat menguatkan mereka. Akan tetapi, bila ribuan batu bata
itu tersusun dengan rapi dan sesuai dengan aturan yang berlaku, seperti ditata
dengan rancang-bangun yang presisi, direkatkan dengan semen yang bercampur air
dan pasir, dan lain sebagainya maka akan menjadi sebuah banguan yang kokoh.
Batu bata tidak lagi sebagai batu bata, tetapi menjadi dinding dan bangunan
yang kuat, yang berfungsi sebagai rumah, hotel, istana, gerbang, dan lain
sebagainya. Demikian inilah permisalan yang digambarkan Rasulullah berkaitan
dengan pentingnya sikap saling tolong menolong, terutama dengan sesama Muslim.
Dalam Hadis di
atas juga dijelaskan, Allah Swt. mengapresiasi orang yang mau membantu
keperluan saudaranya. Dia akan membantunya dalam memenuhi kebutuhan dan
mengabulkan hajatnya. Seseorang yang mau melepaskan kesusahan orang lain, ia
akan dilepaskan dari kesusahannya di hari kiamat. Dan orang yang suka menutupi
aib orang lain, aibnya pun akan ditutupi oleh Allah pada hari kiamat kelak.
Hadis
Kedua: Menjelaskan tentang sikap hidup yang
harus ditumbuhkembangkan dalam kehidupan bermasyarakat. Sikap tersebut antara
lain: Kesediaan melapangkan kesusahan, meringankan beban penderitaan; menjaga
atau menutupi aib saudaranya, dan kesediaan menolong sesama. Jika sikap
tersebut tertanam dalam dada seorang muslim, sekaligus menjadi karakter yang
dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari maka Allah Swt. akan membalas dengan
balasan yang sama; dilapangkan, diringankan, ditutupi aibnya dan memperoleh
pertolongan Allah dari kesusahan-kesusahan pada hari kiamat.
b. Hadis Tentang Mencintai Anak Yatim
Hadis 1
عَنْ سَهْلٍ بن سَعْدٍ رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله
عليه وسلم :اَنَا وَكاَ فِلُ الْيَتِيْمِ في الْجَنَّةِ هكَذأ وَاَشاَ رَ بِالسّباَ بَةِ
وَالْوُسْطىَ وَاَشاَرَ بَيْنَهُمَا (رواه البحاري)
Artinya:
Dari Sahl bin Sa’ad ra. barkata, Rasulullah Saw bersabda, “Aku dan
orangorang yang memelihara anak yatim di surga seperti ini beliau menunjukkan
jari telunjuk dan jari tengah serta merenggangkan antara keduanya.” (HR.
Bukhari)
Hadis 2
عن ابي هريرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه
وسلّم خَيْرٌ بَيْتٍ في الْمُسْلِمِيْنَ بَيْتٌ فيه يضتِيْمٌ يُحْسَنُ اِلَيْهِ
وَشَرُّ بَيْتٍ فالمُسْلِمِيْنَ بَيْتٌ فيه يتيمٌ يُساءُ اِلَيْهِ (رواه ابن ماجه)
Artinya:
Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baik rumah
seorang muslim adalah rumah yang di dalamnya ada anak yatim dan diasuhdengan
baik. Seburuk-buruk rumah orang Islam adalah rumah yang di dalamnya ada anak
yatim yang diperlakukan dengan jahat.” (HR. Ibnu Majah).
c. Penjelasan Hadis
Hadis
di atas mengajarkan kepada kita untuk peduli terhadap anak yatim. Seseorang
yang mau peduli terhadap anak yatim dengan cara memeliharanya secara layak,
memberikan pendidikan dan pelatihan yang bermanfaat, membesarkan jiwanya dengan
perlakuan yang baik dan wajar, akan memperoleh kedudukan yang tinggi di surga
bersama nabi Muhammad Saw. Kebersamaannya di surga Rasulullah digambarkan
layaknya kedekatan antara jari telunjuk dan jari tengah.
Anak
yatim adalah anak-anak yang belum baligh yang ditinggal mati orang tuanya, atau
salah satunya. Di Indonesia dikenal dengan istilah yatim piatu, atau anak yang ditinggal
mati oleh keduanya. Setelah kematian salah satu dari kedua orang tuanya maka
orang yang pertama kali harus bertanggung jawab adalah ahli warisnya. Mereka
berkewajiban untuk memelihara, memberikan kehidupan serta pendidikan yang
layak, mengajarkan moralitas dan membangkitkan etos kerja guna mempersiapkan
masa depan yang mandiri.
Sama
halnya dengan anak-anak lainnya, anak-anak yatim ini juga membutuhkan bimbingan
dan kasih sayang orang tua dalam rangka perkembangan kepribadiannya.
Namun, mereka tidak mendapatkan hal tersebut karena ayah atau ibunya telah
tiada. Maka, diperlukan orang lain yang dapat menggantikan peran orang tua guna
menuntun mereka ke jalan yang benar. Karena anak-anak yang kehilangan orang tua
ini tidak akan tumbuh dengan baik dan seimbang, baik dari segi jasmani, mental,
maupun spiritual tanpa kasih sayang orang-orang di sekitarnya. Maka dari itu,
diperlukan orang tua asuh untuk membangkitkan jiwa dan karakternya yang
terpuruk dan terbelakang, sekaligus menggantikan peran kedua orang tuanya.
Tindakan menyelamatkan generasi dari anak-anak yatim ini tentu tidak mudah, dan
memerlukan perjuangan dan keikhlasan yang sangat besar.
Sebagian
masyarakat selama ini memahami bahwa menyantuni anak yatim hanya terbatas pada
kebutuhan fisik, seperti memenuhi kebutuhan sandang dan pangan. Dan kebanyakan
dari mereka tidak mempertimbangkan perihal pendidikan, pembekalan skil, dan
aspek psikologis lainnya. Padahal, selain kebutuhan makanan dan pakaian
anak-anak yatim yang tinggal di panti maupun di rumahnya sendiri juga
membutuhkan pendidikan dan bekal skil yang dapat dikembangkan kelak ketika
mereka dewasa. Di samping itu, mereka merindukan fi gur orang tua yang menjadi
tempat bertukar pikiran dan curahan hati. Oleh karena itu, seharusnya pemberian
bantuan fi sik disertai pula dengan komunikasi pribadi yang intens untuk
memahami kebutuhan psikologis maupun pengembangan bakat dan minat anak yang
bermanfaat bagi masa depannya.
Hal ini
sebagaimana dijelaskan Rasulullah Saw. pada hadis tersebut bahwa orang yang
menyantuni anak yatim dengan baik, ia akan berada di surga bersanding bersama
Rasulullah Saw.
Demikian pula
pada Hadis kedua bahwa rumah yang paling mulia dalam pandangan Nabi Muhammad
adalah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim dan diasuh dengan baik.
Sebaliknya, seburuk-buruk rumah yaitu bila di dalamnya ada anak yatim tapi
disia-siakan. Jika demikian halnya maka keberkahan hidup tidak akan pernah
terpancar dari rumah tersebut beserta penghuninya.[8]
5. Mensimulasikan Sikap Tolong Menolong dan
Peduli terhadap Anak Yatim Sesuai Kandungan Surah al-Kautsar dan al-Ma’un
Siswa kelas 2
Madrasah Tsanawiyah berasal dari
berbagai daerah. Tingkat kemampuan ekonomi wali murid pun amat berbada.
Beberapa wali murid yang berdomisili di kota ada yang menjadi pengusaha swasta
dan pegawai negeri. Sementara itu wali murid yang berdomisili di desa pun juga
demikian halnya. Sebagian mereka menjadi pedagang kayu yang sukses, sebagian menjadi
petani yang sukses dan sebagainya.
Setelah
mempelajari surah al-kautsar dan al-Maun, guru agama kelas dua bermaksud
mengajak para siswa yang berasal dari keluarga mampu untuk mengamalkan isi
kandungan kesua surah tersebut.[9]
Rangkuman
1.
Surat al-Kautsar dan al-Ma’un adalah surat yang mengungkap
informasi dari Allah bahwa kaum Muslimin harus mempunyai dan selalu menumbuh
kembangkan sikap kepedulian sosial terhadap orang lain
2.
Kepedulian sosial dalam surat al-Kautsar diwujudkan dengan
menyembelih kurban dengan niat semata-mata karena Allah Swt.
3.
Kepedulian sosial dalam surat al-Ma’un di wujudkan dalam bentuk
- Tidak
menyia-nyiakan anak yatim dan menyantuni fakir miskin
- Menganjurkan untuk
memberi makan orang miskin dan memberi sesuatu yang dapat berguna bagi orang
lain.
4. Dalam surah al-Ma'un, Allah Swt. menjelaskan tentang
ciri-ciri orang yang mendustakan agama, yaitu:
a.
Menyia-nyiakan anak yatim
b.
Melalaikan shalat
c.
Bersikap ria
d.
Enggan memberi pertolongan.
5. Mencintai anak yatim adalah perintah agama yang mengandung
pahala besar.
6. Keutamaan orang yang mencintai anak yatim adalah ia akan
berada di surga bersama Rasulullah. Kedekatannya diumpamakan jari telunjuk dan
jari tengah.
7. Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, Allah akan menutupi
aibnya di dunia dan di akhirat.[10]
[1]
Kementerian Agama Indonesia, Buku Guru Al-Qur’an Hadits , (Jakarta:
Kementerian Agama, 2015), hlm. 6-7.
[2] Kementerian Agama Indonesia, Buku Siswa Al-Qur’an Hadits , (Jakarta:
Kementerian Agama, 2015), hlm. 3
[3] T.
Ibrahim dan H. Darsono, Pemahaman Al-Qur’an dan Hadis 2 untuk Kelas
VIII Madrasah Tsanawiyah, (Solo: AQILA, 2015), hlm. 8-9
[4] Kementerian Agama Indonesia, Buku Siswa Al-Qur’an Hadits , (Jakarta:
Kementerian Agama, 2015), hlm. 9.
[5]
Kementerian Agama Indonesia, Buku Siswa Al-Qur’an
Hadits , (Jakarta: Kementerian Agama, 2015), hlm. 13-19.
[6]
Ibrahim dan H. Darsono, Op.Cit., hlm.25.
[7]
Kementerian Agama Indonesia, Buku Siswa Al-Qur’an
Hadits , (Jakarta: Kementerian Agama, 2015), hlm. 22.
[8]
Kementerian Agama Indonesia, Buku Guru Al-Qur’an Hadits , (Jakarta:
Kementerian Agama, 2015), hlm. 51-59.
[9] T. Ibrahim dan H. Darsono, Pemahaman Al-Qur’an
dan Hadis 2 untuk Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah, (Solo: AQILA, 2015), hlm.
44.
[10] Kementerian Agama Indonesia, Buku Siswa Al-Qur’an Hadits , (Jakarta:
Kementerian Agama, 2015), hlm. 39.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar